Love|Part.14

1899 Words
Akhtar dan Kalina masih menikmati keramaian kota Bali mereka masih betah duduk di area jajanan di pinggir jalan, keduanya masih terdiam, sepertinya rasa canggung keduanya masih terasa diantara mereka. Akhtar sibuk dengan handphone di genggamannya, hingga bunyi ponsel Kalina membuat keduanya mengalihkan fokusnya pada ponsel Kalina. Menunjukkan nama Kayra tertera disana, Kalina menoleh ke arah Akhtar yang juga memandang nya seolah Kalina bertanya bolehkah ia mengangkatnya. Akhtar mengedik dagu nya tanda menyuruh Kalina mengangkatnya. "Heii, gimana liburannya?" tanya Jihan yang muncul dari layar kaca ponsel Kalina. "Loh, kok bisa kamu yang pegang handphone Kayra?" "Gue lagi di Apartemen, nih lihat." Jihan menggeser ponsel mengarahkan kepada yang lain. "Ada Abi dan Kak Kai juga?" Kalina berbicara saat melihat kedua pria tersebut. "He'em." Jihan mengangguk sambil tersenyum malu malu. "Yeh seneng deh pastinya." Kalina ikut menimpali. "Ya gitu deh." Kayra tiba tiba muncul di layar tersebut melihat kearah Kalina. "Cieee yang lagi dinner malam malam." ucap Kayra seketika membuat Kalina menoleh ke arah Akhtar yang juga menoleh ke arahnya. "Kayra apaan sih, kita lagi cari angin." "Lagi cari kecocokan juga gak papa, kali aja beneran cocok." "Kayra kalau ngomong tuh jangan ngaco." Kalina sedikit berbisik tapi tetap bisa didengar oleh Akhtar, rasanya Kalina ingin segera mengakhiri vidio call tersebut. "Oh ya kayanya loe betah ya Lin, ngomongnya tiga hari, lah ini empat hari gak balik balik." "Besok balik Kay," "Beneran besok balik?" "Ya iya lah, ngapain gue bohong." "Kali aja kan mau di panjangin jadi liburan, seminggu juga gak apa apa." "Udah deh gue matiin ya, loe ngaco kalau ngomong." tampak dari layar tersebut Kayra tertawa. "Ya udah deh, gue juga lama lama takut ganggu." "Kayy..." "Oke oke, ya udah aku tutup ya, see you next to Jakarta, bay." Kayra melambaikan tangannya lalu vidio tersebut terputus. "Sorry ya Pak, Kayra suka asal kalau ngomong." ucap Kalina sambil terkekeh sungkan. "Its oke, kalau tidak ada lagi kita pulang sekarang." Akhtar berdiri berjalan membayar kepada penjual es, lalu berjalan menuju mobil nya. Kalina mengikuti Akhtar di belakangnya, selang beberapa menit mereka tiba di hotel, Akhtar berjalan lebih dulu membiarkan Kalina mengekorinya, setelah tiba di pintu kamarnya Akhtar berbalik menatap Kalina. "Selamat beristirahat Pak." Akhtar mengangguk. "Kamu juga, oh iya kita berangkat penerbangan pagi kan?" "Iya Pak." "Tolong bersiap siap lah, setelah sarapan kita langsung berangkat." Kalina mengangguk, Akhtar berlalu masuk ke kamarnya sedangkan Kalina masih berdiri memegang jantungnya yang berdebar, mungkinkah ia sudah gila mencintai suami orang, ia menggelengkan kepalanya lalu masuk ke dalam kamarnya yang bersebelahan dengan milik Akhtar. Akhtar melepas jaketnya berbaring menatap langit langit kamar hotel, kenapa pikirannya terus di kelilingi senyuman Kalina, sekertarisnya, ia mengusap wajah nya kasar, lalu meraih ponselnya, menghubungi nomor istrinya yang tersambung sejak tadi tapi tidak juga mendapat jawaban. Akhtar menghela nafas ia sudah bertanya pada asisten rumah tangga nya tapi Giana juga tak berada dirumah, ia menghela nafas sampai kapan ia harus terbelenggu dengan pernikahan yang tak pernah benar benar memiliki komunikasi. Pagi hari Akhtar sudah bersiap di bawah hotel menunggu Kalina turun untuk sarapan bersama. Ia mengedarkan pandangan melihat dari arah jauh Kalina berjalan mendekat ke arahnya sambil membawa barang barangnya. "Maaf Pak, jadi nungguin saya?" ucap Kalina sambil duduk dihadapan bosnya. "Gak apa apa, saya juga sengaja bersiap siap di awal, supaya tidak terburu buru." Kalina mengangguk. "Bapak udah sarapan?" "Belom." "Kita sarapan dulu Pak." Akhtar melirik jam tangannya masih cukup lama penerbangan mereka berangkat ia mengangguk setuju. Selang beberapa menit mereka tiba di Bandara International Bali, penerbangan mereka masih satu jam lagi Kalina dan Akhtar duduk di kursi tunggu setelah menyelesaikan semua kelengkapan mereka. Akhtar berdiri menjauhi Kalina, Kalina tidak tahu entah mau kemana bosnya tersebut, Kalina sendiri merasa sesak ingin buang air kecil ia berjalan menuju toilet, saat keluar ia mendengar seseorang di ujung lorong sedang berbicara, Kalina hapal betul jika itu adalah suara Akhtar ia berjalan mendekati dan melihat Akhtar tengah marah dengan seseorang diseberang telpon yang Kalina tebak itu adalah istrinya. "Apa kamu pernah bertanya aku sudah makan atau belum?" Kalina bingung harus berdiam diri disana atau pergi ia merasa lancang mendengarkan pembicaraan bosnya tapi rasa penasaran itu membuat dirinya tidak bergerak sedikit pun. "Apa kamu pernah tahu aku lelah atau tidak saat pulang bekerja, dimana kamu, saat aku ingin melepaskan rasa lelahku, aku sudah cukup sabar Giana, aku merasa menjadi pria bodoh yang mencintaimu tanpa kamu perduli bagaimana keadaan ku, kau membuatku seperti seorang pengemis!" Kalina terhenyak mendengar ucapan Akhtar ia tahu bosnya mengucapkan itu dalam keadaan marah dan sedih. "Apa kamu bilang, cinta? cinta seperti apa yang kamu maksud Giana, cinta itu bukan hanya untuk kebutuhanmu, apa kamu tahu bagaimana aku disini, pernahkah kau bertanya kapan aku kembali, yang kau ucapkan hanya kamu merindukan ku dan mencintaiku tanpa tau apa maknanya!" Kalina masih setia berdiri tak jauh dari Akhtar ia merasa sangat sedih mendengar ucapan Akhtar benarkah pria ini tidak pernah bahagia dalam pernikahannya kenapa sakit sekali rasanya mendengar keluh kesah Akhtar. "Oke, fine, terserah, aku tidak perduli lagi apa yang ingin kau lakukan aku sudah cukup sabar dan muak Giana, kali ini terserah." Akhtar mematikan ponselnya lalu berbalik arah Kalina yang masih berdiam diri disana langsung terkesiap melihat Akhtar berjalan kearahnya sambil mengerutkan dahinya. "Sejak kapan kau ada disini?" Kalina merasa gagap tertangkap basah oleh atasannya menguping pembicaraan. "Saya, itu Pak tadi dari toilet." "Saya tidak bertanya kamu dari mana Kalina, saya tanya kamu sejak kapan ada disini?" "Sejak,,_" Kalina terdiam sambil berdiri gelisah. "Apapun yang kamu dengar, saya harap kamu bisa menjaga ucapanmu." Akhtar berjalan meninggalkan Kalina yang terdiam bisu, apakah bosnya saat ini marah padanya, sepertinya ia harus cepat cepat meminta maaf. Suara panggilan penerbangan pesawat yang mereka tumpangi akan segera berangkat, Kalina mempercepat langkah nya untuk mengejar atasannya. Mereka baru saja tiba di Bandara International Soekarno Hatta Kalina menggeret kopernya mengikuti langkah Akhtar, sejak di dalam pesawat Akhtar tidak mengucapkan satu kata pun pada Kalina ia merasa bersalah kepada bos nya karena telah lancang mendengarkan pembicaraan bosnya. Dari kejauhan Toni sudah menunggu mereka dengan membuka pintu untuk Akhtar yang langsung masuk kedalam, diikuti Kalina yang masuk duduk di samping Toni bagian depan, ia ingin meminta maaf kepada Akhtar tapi tidak mungkin melakukannya dihadapan Toni, jadi ia harus menahannya terlebih dahulu. Akhtar memilih kembali kerumah ia menyuruh Toni untuk mengantarkannya dan menyuruh Kalina mulai bekerja besok saat mobil Toni menjauhi perumahan Akhtar, Kalina yang merasa penasaran pun angkat suara. "Aku boleh bertanya sesuatu?" Toni melirik sekilas ke arah Kalina lalu mengangguk sambil fokus pada jalanan. "Tanyakan saja." "Tapi kau mau menjawabnya kan?" "Bagaimana aku bisa menjawab kamu saja bertanya tanpa pertanyaan." Toni tersenyum disela pembicaraannya. "Oke, tapi ini agak sedikit privat jadi aku harap kamu mau menjawab dan bekerja sama." Toni mengerutkan dahinya menatap Kalina. "Tentang apa?" "Tentang Pak Akhtar!" "Kenapa dengannya?" Toni berubah menjadi lebih serius. "Apa pernikahannya tidak berjalan baik?" Toni tidak menjawab ia hanya diam fokus menatap lurus kejalan. "Sepertinya itu bukan ranah ku." "Kan apa aku bilang kenapa kau tidak bisa di ajak bekerja sama." Kalina menjerit pada Toni sambil memukul lengannya. "Hei kita bisa celaka, kenapa kamu jadi maksa seperti ini?" Kalina berdecak sebal menatap Toni sinis. "Dasar payah, kau pasti tahu sesuatu." "Aku tidak tahu Kalina!" "Kau asisten pribadinya." "Lalu?" "Kau pasti tau." "Aku tidak tahu." "Aku tidak yakin, aku saja yang baru lima bulan bekerja dengannya sudah tahu bagaimana rumah tangga nya apalagi kau?" tunjuk Kalina sambil melotot ke arah Toni. "Kamu tahu?" "Apa?" "Pernikahan Pak Akhtar?" "Iya, maka dari itu aku tanya sama kamu lebih jelasnya." "Kau ingin bertanya yang mana, tapi bisakah kamu jaga ucapan mu dan rahasia ini." "Aku sekertaris Pak Akhtar apapun akan aku lakukan Toni untuk menjaga nama baiknya kau tenang saja." "Oke, apa yang ingin kamu tanyakan?" "Apa memang benar istri bos suka mabuk di club malam?" Toni menghentikan mobilnya seketika membuat Kalina terkejut. "Apa yang kau lakukan Toni, kenapa berhenti?" "Kamu tahu dari mana?" "Udah gak perlu deh kamu tahu aku tahu dari mana, yang jelas kamu jawab aja pertanyaan ku?" Toni melajukan mobilnya kembali. "Toni?" "Apa?" "Kenapa kau payah sekali, kamu gak dengar aku bertanya tadi jawab dong." "Ahh, iya dia memang pemabuk berat." "Maksud mu itu semua benar?" Toni mengangguk. Kalina menutup mulutnya terkejut. "Jadi gosip itu benar?" "Gosip apa?" tanya Toni penasaran. "Tidak, bukan apa apa." jawab Kalina mencoba mengalihkan pembicaraan. "Sejak kapan kamu tahu?" tanya Kalina lagi. "Sudah lama, aku sangat mengenal Pak Akhtar, aku bekerja dengannya sejak ia belum menikah, saat itu Pak Akhtar memang sudah berhubungan dengan istrinya, tapi belum menikah, Pak Akhtar pria baik, dia tidak pernah mencintai wanita lain meskipun tahu istrinya memiliki sifat yang suka hura hura." "Mungkin Pak Akhtar baru tahu saat ia sudah menikahi Mbak Giana." Toni mengangguk setuju. "Mungkin, saat itu aku melihat sendiri istri bos sedang mabuk parah, ketika aku sedang berada di club malam, tentu saja aku terkejut dan langsung membawanya pulang, saat itu aku mulai tahu kehidupan rumah tangganya tidak baik." Kalina terdiam mendengarkan ucapan Toni dengan seksama. "Kalau sedang ada masalah Pak Akhtar tidak pernah mau diganggu, ia selalu menyendiri, sampai benar benar merasa lebih baik." Kalina terdiam memikirkan Akhtar pulang kerumahnya berarti hanya untuk menyendiri dan menenangkan pikirannya. "Makannya ia lebih suka pergi kemana pun dengan ku, yang sudah tahu gimana istrinya, aku juga tidak pernah terkejut lagi kalau Pak Akhtar tidak pernah terlihat bersama istrinya, karena Giana itu gadis yang suka hidup bebas tanpa kekangan, mungkin itu juga yang membuat mereka belum juga di karuniai anak." ucap Toni panjang lebar saat mereka sudah tiba di parkiran apartemen Kalina cukup lama, yang masih berdiam diri mendengarkan penuturan Toni. Kalina menghela nafas mengapa ia merasa sedih mendengar Akhtar tak bahagia, apa ia mulai tertarik dengan pria itu yang tak lain adalah bosnya sendiri, Kalina mengucapkan terimah kasih lalu keluar mobil meninggalkan Toni yang langsung pergi. . . . . . . . . . . . . . . . *** . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Maaf untuk typo dan lain lain.. Jangan lupa Komen . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Alamat sss Author.. *Lyerma wati. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Salam sayang dari Author. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD