Scars 1 Janji
Karena setiap janji,
Diucapkan oleh lidah
Yang tidak bertulang!
~~~
"Hahahaha.... sudaah... turuuunin aku... takuut...!" Seorang gadis berteriak kegirangan. Memukuli pundak seorang pemuda yang sengaja menggendongnya dan memutar badan mereka. Bahagia tampak tercetak jelas, tercermin dari tawa yang lepas dan tanpa henti.
"Selamat ya sayang... akhirnya lulus juga. Nilai tertinggi pula!" Pemuda itu mencium kening gadis tadi. Dia sudah menurunkannya, hingga sekarang mereka berdiri berhadapan. Pemuda itu memeluk gadis ayu di depannya yang masih memakai seragam SMK. Erat! Dia sungguh jatuh cinta pada gadis ini. Bahkan nekat menentang perintah orang tuanya, yang tidak menyetujui hubungan mereka. Alasannya klise! Perbedaan status!
"Sudah lulus dengan nilai terbaik, langsung diterima kerja pula di tempat kamu magang kemarin. Kamu hebat banget deh, tambah cinta aku jadinya." Pemuda tadi memainkan ujung rambut gadis itu.
"Makasih... ink buatmu juga loh. Udah ngebantuin aku belajar selama ini." Jawab si gadis manja.
"Next... kamu mau ngapain? Jadi kuliah sambil kerja?"
"Kuliah? Pingin banget sih, apalagi sekarang banyak program beasiswa dari BIDIKMISI. Tapi, tetap saja masih butuh banyak biaya lainnya. Jadi, sepertinya setahun ini aku kerja dulu deh. Lumayan bisa bantuin kurangi beban bunda. Apalagi adik-adik butuh biaya yang tidak sedikit. Walau sekolah sekarang gratis, tapi biaya hidup yang lainnya kan tidak. Kami tidak bisa kalau hanya mengandalkan sumbangan donatur saja."
Yaa..., gadis pintar yang ada di depannya ini adalah gadis yatim piatu. Sebenarnya mungkin tidak tepat disebut yatim piatu. Terlahir dari orang tua yang tidak menginginkannya. Ibu pengurus panti pernah cerita, ada seorang gadis dan pemuda yang membawa bayi mungil cantik untuk diserahkan ke panti itu. Mereka meninggalkan uang untuk kebutuhan bayi itu untuk beberapa bulan. Tapi mereka tidak meninggalkan nama atau apapun itu. Hanya permintaan agar bayi itu dirawat dengan baik di panti asuhan. Perbedaan status ini yang membuat keluarganya tentu saja tidak akan pernah bisa menyetujui hubungan mereka.
Berasal dari keluarga kaya, membuat mereka harus sangat berhati-hati dalam memilih calon menantu. Jangan sampai salah, jangan sampai dapat menantu yang malah memalukan dan mencoreng kehormatan nama keluarga.
Sayangnya, mama papanya tidak pernah mau tahu kebaikan tulus gadis yang dia cintai itu. Gadis itu cantik, luar dalam, lahir batin. Walau dibesarkan di panti asuhan dan serba kekurangan, tapi dia tetap bersinar, tetap menjadi yang terbaik di sekolah.
Pemuda tadi semakin mempererat pelukannya. Tiba-tiba dia berucap yang membuat siapapun yang mendengarnya akan kaget.
"Nikah yuk. Beneran nikah."
"Aa.. apa?" Gadis itu merenggangkan pelukannya. Dilihatnya pemuda tadi, coba diterkanya, bercanda atau serius? Tapi mimik wajah tampan itu sangat serius. Tidak ada kejahilan ataupun senyum usil.
"Aku serius. Kita menikah yuk. Katamu biar kita bebas melakukan itu karena kita sudah halal."
"Tapi..."
"Gak ada tapi-tapian aah... mau gak nikah sama aku? Atau aku melamar gadis lain nih!" Pemuda tadi merajuk. Gadis ayu di depannya, melototinya dengan mata bulat indahnya.
"Tapi bagaimana dengan keluargamu? Selama ini mereka tidak bisa menerimaku kan? Ini kita juga backstreet." Jawab gadis tadi.
"Yang penting kita sudah sah secara agama. Urusan administrasi, surat menyurat secara negara bisa menyusul. Mama papaku, soal itu... kita pelan-pelan ya membujuk mereka. Yang penting kita nikmati dulu kebahagiaan ini." Kecup lembut pemuda itu menyudahi pembicaraan.
"Asalkan kamu janji, akan tetap ada di sisiku, aku akan menemanimu. Berjuang untuk kita." Bisik si gadis.
Yaa... asalkan pemuda itu tetap pada janjinya, akan selalu bersama gadis tadi, dalam suka duka. Tapi janji diucap oleh lidah yang tidak bertulang. Bisa saja pemilik lidah itu lupa atau ingkar pada janjinya.
~~~
Tiga minggu kemudian, di suatu tempat di panti asuhan, dilakukan akad nikah sederhana, sungguh sangat sederhana. Mempelainya? Tentu saja gadis yang baru lulus itu dan pemuda tampan impiannya. Mereka bertemu tidak sengaja, saat si gadis sedang kebingungan di PMI mencari donor langsung untuk salah satu adik pantinya. Pemuda tampan yang perhatikan gadis itu kemudian nekat bertanya, dan cupid pun bekerja. Terpesona oleh kepolosan dan kecerdasan sang gadis, pemuda itu semakin jatuh cinta. Pun tetap nekat walau tahu sang gadis ayu berasal dari panti asuhan. Tak punyai nama belakang keluarga.
Akad nikah itu hanya dihadiri oleh beberapa sahabat, kakak perempuan mempelai pria, beberapa pengurus panti dan penghulu. Tidak ada keluarga inti, atau sanak saudara. Yang hadirlah yang menjadi keluarga.
Mas kawin pun hanya cincin seberat lima gram. Sudah, itu saja. Tidak ada seserahan, tidak ada pesta, tidak ada pengiring.
Berawal dari kenekatan dua remaja, yang sangat yakin bahwa cinta akan mampu mengalahkan segalanya. Tapi mereka hanyalah remaja, yang baru merasakan manisnya cinta, mereka belum merasakan pahit, asam dan getirnya kehidupan dunia nyata.
Kelak, pada akhirnya mereka akan tahu, bahwa dengan cinta saja, tidaklah cukup untuk hidup. Cinta saja..., tidak cukup. Dibutuhkan hal selain cinta. Kejujuran, tekad dan uang!