"Keluarga Livingston benar-benar menjaga putri mereka dengan sangat baik. Aku tidak menyangka, akan mencicipi seorang wanita yang belum tersentuh oleh siapapun!"
Entah itu sebuah kalimat pujian ataupun cibiran. Karena nyatanya kini, apa yang selama ini terjaga selama dua puluh lima tahun lamanya, telah dirusak begitu saja, oleh lelaki yang hanya berbalut selembar handuk putih, sambil bertolak pinggang dan memandanginya dengan senyuman puas.
"Mandilah! Bersihkan tubuhmu! Aku akan menyuruh pelayan untuk membawakan mu makanan!"
Perkataan yang Griffin lontarkan dengan enteng sambil melenggang pergi ke arah lemari pakaian. Ia mengambil pakaian dari dalam sana dan memakainya dengan santai. Setelah itu, diraihnya kamera dari atas nakas dan membawanya keluar. Ke dalam ruangan kerjanya.
Sementara itu, di mansion keluarga Livingston.
"You're so delicious. Scream, Baby." Suara berat nan parau dari lelaki di dalam video, yang tengah mengungkung sambil memberikannya hujaman dalam tempo cepat.
Gerald membeliak tak percaya. Baru beberapa jam adiknya itu pergi dan sekarang, sudah ada video dirinya dalam keadaan yang sangat memalukan. Diraihnya ponsel dari atas meja, untuk menghubungi sang adik.
Namun, ponselnya tidaklah aktif. Hingga ada panggilan lain yang masuk. Dan itu adalah dari salah satu bodyguard, yang ia tugaskan untuk menjaga adik semata wayangnya.
"Tuan, Maaf. Mobil kami dibuntuti. Dan sekarang Nona hilang entah kemana," ucap salah satu bodyguard yang lolos dari maut, dan mengecek mobil dari Nona mudanya kosong tanpa sang pemilik.
Genggaman tangan Gerald pada ponselnya mengerat. Lalu sejurus kemudian ia melemparkan ponselnya tersebut, disertai umpatan.
"b******k!! Laki-laki itu!! Dia benar-benar kurang ajar!!!!" Teriakan yang menggemparkan dari Gerald. Saat yakin video yang dikirimkan kepadanya adalah benar sang adik.
Gerald memijat-mijat ruang diantara kedua matanya. Hal yang ia takutkan akhirnya terjadi juga. Sudah menjaga dengan begitu baik bak porselen. Namun, dihancurkan hanya dalam sekejap saja.
Seketika Gerald membeliak. Mengulangi video tepat di bagian laki-laki di dalam video berbicara. Hingga kata yang ia dengar, merupakan kata yang tidak asing lagi. Sebuah nama belakang yang sama, yang dimiliki oleh rekan bisnisnya, yang ia habisi dengan cara memberinya racun dan menyuruh orang untuk mengakui kesalahannya itu, agar dilimpahkan kepada orang tersebut, dengan sebuah jaminan uang bagi kelangsungan hidup keluarganya.
Dan yang menjadi pertanyaan sekarang, apa semua ini ada kaitannya? Kalau pun memang benar. Berarti, anak dari laki-laki yang telah ia habisi nyawanya itu. Telah mengetahui kebenarannya. Benar-benar diluar dugaan.
Awalnya, Gerald tidak bermaksud untuk menghabisi nyawa dari rekan bisnisnya sendiri. Tapi, sebuah pertentangan terjadi. Ketika moment pembagian hasil dilakukan. Gerald memang belum sepenuhnya berpengalaman di dunia bisnis. Ia menangani perusahaan pun, atas dasar ayahnya yang sakit keras. Dan harus menjalani pengobatan di luar negeri bersama sang ibu.
Namun, keadaan mendesaknya. Ia tidak boleh mengecewakan sang ayah. Apalagi, jika sang ayah mendengar kabar. Hasil yang ia sebutkan tidak sesuai dengan apa yang sempat ia katakan kepada sang ayah.
Maka dari itu, Gerald tidak punya pilihan lain. Selain melenyapkan orang yang dengan liciknya membagi hasil dengan sangat tidak adil dan tidak sesuai dengan kesepakatan mereka di awal.
Kembali ke tempat dimana Grizelle berada saat ini.
"Tadinya, aku hanya berniat untuk menghancurkan reputasi keluarga Livingston. Dengan menyebarkan video kita tadi. Tapi sepertinya, hal itu terlalu mudah. Sudah seharusnya, aku menyiksa mereka pelan-pelan bukan? Sebelum benar-benar menghancurkannya. Lagipula, aku sangat menyukai tubuhmu. Sungguh luar biasa. Apa karena masih perawan. Rasanya jadi begitu berbeda."
Kalimat-kalimat yang sungguh menyakitkan bagi Grizelle. Ia tidak tahu apa-apa. Tidak mengerti dengan situasi yang terjadi. Dan kenapa harus dilibatkan dalam persoalan seperti ini.
"Tinggallah sementara waktu di sini. Sampai aku merasa bosan. Sepertinya, itu sudah cukup membuat kakakmu merasakan kepedihan yang sama denganku," ujar Griffin, seraya memutar tubuhnya dan saat akan melangkah teriakkan wanita di belakangnya menghentikan langkah kaki Griffin.
"b******k! Dasar laki-laki b******n!!" rutuk Grizelle.
Sunggingan bibir tercipta di bibir Griffin. Griffin kembali memutar tubuhnya dan menatap wanita, yang duduk di atas tempat tidur dengan berbalut kemeja putih kebesaran miliknya.
Perlahan mendekat. Hingga langkahnya berakhir di tepi tempat tidur. Tangan kanannya terulur dan dengan cepat mencengkram rahang wanita berkulit mulus, yang tengah menatap Griffin dengan penuh kebencian.
"Seharusnya, kata-kata itu kamu berikan untuk kakakmu sendiri. Dialah b******n yang sesungguhnya. Dan bukan aku!" bisik Griffin sambil menghempas kasar wajah Grizelle.
Griffin kembali berdiri tegak diliriknya nakas, dengan aneka macam makanan, yang nampaknya belum disentuh sedikitpun. Lalu kembali mengedarkan pandangannya ke arah Grizelle.
"Makanlah! Semua ini tidaklah seru, bila kamu sudah mati lebih dulu!" perintah Griffin yang kini berjalan pergi keluar dari dalam kamar, lalu mengunci pintunya kembali.
Sore harinya.
Secangkir teh chamomile menemani sore yang santai bagi Griffin. Ia menyeruputnya perlahan. Menikmati aroma dan setiap tetes yang melewati kerongkongannya. Hingga salah seorang penjaga datang menghadap.
"Tuan Griffin. Ada yang ingin bertemu dengan Tuan," ucap penjaga tersebut.
Griffin menyunggingkan senyumnya. Sepertinya, tanpa dikatakan siapa yang datang. Ia sudah tahu pasti siapa orang itu.
"Biarkan dia masuk. Aku pun sudah tidak sabar ingin menemuinya."
Penjaga tersebut mundur teratur dan tidak lama setelahnya, ia turut membawa seorang laki-laki yang dadanya nampak naik turun. Setelah berhadapan langsung dengan Griffin.
"Dasar kurang ajar!!!" pekiknya dengan sangat lantang disertai langkah kaki yang begitu cepat, dan sudah akan melayangkan tinjunya ke arah wajah Griffin.
Namun, para penjaga yang berada di sana, dengan sigap menahan tubuh lelaki yang sudah berada di puncak amarahnya.
"Dimana adikku b******n! Dimana dia!!" pekiknya dengan mata merah yang membeliak. Ingin rasanya menghabisi nyawa Griffin saat ini juga. Tapi, cekalan oleh penjaga di kedua tangannya mencegah hal itu terjadi.
Griffin terkekeh geli. Rasanya, begitu menyenangkan melihat ekspresi serta reaksi orang yang berada di hadapannya saat ini.
Ternyata, pembalasan yang manis memang harus dilakukan, melalui orang terdekat si pelaku. Karena hal itu terasa lebih menyenangkan seperti sekarang.
Tidak ubahnya Griffin sendiri, yang begitu sakit mendengar kabar. Bila sang ayahanda kehilangan nyawanya, setelah pulang dari pertemuan dengan rekan bisnisnya sendiri.
"Apa maksud anda Tuan Gerald? Jangan asal menuduh tanpa bukti," ujar Griffin dengan santai dan disertai senyuman menyeringai.
"Jangan berpura-pura bodoh! Video itu. Kamu menyebutkan namamu sendiri di sana!" pekik Gerald yang masih berusaha memberontak dari cekalan tangan para bodyguard Griffin.
"Oh ya? Apa anda melihat wajah saya di sana?" ujaran kata yang membuat Gerald berhenti memberontak. Ia bergeming dan kembali mengingat isi video, yang memang tidak menunjukkan wajah si pelaku. Hanya wajah adiknya saja yang terlihat. Tapi, pekikan lantang dari lelaki di dalam video sudah cukup jelas bukan.
"Tapi kamu meneriakkan namamu sendiri di sana!!" pekik Gerald lagi.
"Ya bisa saja itu hanya editan. Ada orang yang ingin menjatuhkan saya. Dan berlagak menjadi diri saya. Zaman sudah semakin canggih Tuan. Banyak fakta yang bisa diputar balikkan dengan mudah. Bahkan, orang yang tidak bersalah pun bisa tiba-tiba saja menjadi tersangka. Sungguh lelucon yang aneh," ucap Griffin dengan nada menyindir disertai sunggingan bibir.
Gerald tak berkutik. Sepertinya, apa yang pernah ia lakukan. Kini menjadi bumerang bagi dirinya sendiri. Ia sudah memanipulasi keadaan. Menjadikan orang lain tersangka. Dan sekarang, dalang dari pelecehan terhadap adiknya sendiri, malah memutar balikkan fakta. Membuat seolah-olah, bila ia bukanlah pelakunya.