***
Sepanjang jalan menuju rumah orang tuanya, Naura tak banyak bicara, sementara Alex fokus pada kemudiannya.
" kamu tahu tentang hidup Alya, mas?"Naura membuka suara.
" Tak perlu membahas orang lain saat kita sedang berdua"
" Dia bukan orang lain, dia bagian paling penting, baik untuk hidupku untuk hidupmu."
Alex diam, ia tak menanggapi ucapan istrinya, pembicaraan hanya akan berakhir pada hubungan yang akan membuat semakin dingin.
Sampai detik ini, Alex tak mengerti, mengapa untuk sekedar melepas Naura adalah sesuatu yang sulit ia lakukan. Terlebih lagi orang tua Alex yang begitu menyayangi Naura, bukan karena Naura orang kaya, tapi sikap manja Naura mampu meluluhkan hati orang tuanya yang tidak memiliki anak perempuan dan saat ini Naura menjadi menantu satu-satunya.
Tak berapa lama, mobil mereka tiba di sebuah rumah besar yang mewah, parkiran luas dengan pengamanan yang ketat. Pintu mobil mereka dibuka oleh salah satu pekerja, orang tua Naura adalah pengusaha terhebat di negeri ini.
Mama Naura menyambut dengan hangat pada anak dan menantunya.
" mama apa kabar?" tanya Alex
" kabar baik, sayang. kalian bagaimana?"
" kami baik, ma". jawab Naura sambil memeluk mamanya.
"mama rindu, makanya nyuruh kalian ke sini. mama udah masakan makanan kesukaan kalian.
Mereka pun mengikuti sampai ke ruang makan. Berbagai hidangan merah tersaji. Naura dan Alex pun menyapa ayahnya yang sudah lebih dulu menunggunya di sana. Terlihat sekali mereka begitu memanjakan Naura dan sang menantu.
" kalian kapan mau ngasih mama cucu? sudah tiga tahun,loh!"
" Sabar saja! nanti kalau sudah waktunya pun Tuhan kasih " jawab papanya.
"Do'akan saja,ma,pa. kami sedang berusaha, " jawab Alex.
Naura sekilas melihat kearah suaminya, apa yang mau di usahakan, hubungan mereka kini semakin merenggang.
"kalau masih tidak menunjukkan tanda-tanda, baiknya kalian bayi tabung saja." ucap mama Naura lagi.
"Akan kami pikirkan, ma" jawab Alex seraya menikmati makanan yang dihidangkan.
" Dari dulu rencana saja, kalian itu sesekali harusnya pergi berdua yang lama. kemarin anniversary juga gak dirayakan kamu gimana sih, Lex?" ucap ibu mertuanya kepada Alex.
" mas Alex sudah mengajakku ma, aku saja yang menolak."
" kenapa? lihat ayahmu, dia selalu romantis meski pernikahan kami sudah puluhan tahun."
Naura tersenyum kecil, orang tuanya memang sangat bersyukur karena saling mencintai, Sementara dirinya, hanya mencintai seorang diri seperti sosok yang tidak layak untuk diperjuangkan.
Naura yang manja dan ceria kini lebih banyak diam dan menikmati makanannya dengan tidak berselera, ibunya menangkap ada yang lain dari putrinya yang tak seperti biasanya.
" kamu kenapa, Ra? kok kelihatan lesu?"
Alex langsung menoleh kearah istrinya, Naura memang jauh berbeda dari biasanya. Tapi ia masih bisa menyembunyikan semua kemelut yang ada dalam rumah tangganya.
"Beberapa waktu ini aku memang kurang enak badan,ma," jawab Naura.
"jangan-jangan kamu hamil?" ucap ibu Naura lagi.
"Do'akan saja, semoga Tuhan kasih yang terbaik," ucap ayahnya.
Selesai menyantap makanan mereka sejenak mengobrol, kemudian setelahnya pamit pulang. Orang tua Naura sempat menahan, Tapi mereka bersikukuh untuk pulang.
*****
.
.
.
"Aku mau ke rumah ibu," ucap Naura di tengah perjalanan mereka.
"mau apa?"
" mau ngantar tidak? kalau tidak aku pergi sendiri," jawab Naura ketus
Alex menghela napas panjang, kemudian tanpa banyak berkata memutar balik kendaraannya menuju rumah orang tua Alex .
Setelah menempuh perjalanan hampir dua jam, mereka pun tiba. Rumah ibu dan bapak yang sederhana dengan halaman yang penuh tanaman dan beberapa pohon buah yang rindang.
Wanita tua berusia enam puluh tahun itu menyambut kedatangan Naura dan Alex ketika sedang menyapu halaman. senyumnya sumringah melihat siapa yang datang, sudah lama mereka tak berjumpa.
"Ibu apa kabar?" Naura mendekat dan langsung memeluknya.
"Baik, ibu rindu sekali pada kalian, terutama padamu, nak. Beberapa waktu ini kamu tak pernah mengadu apa pun, ibu rindu."
Naura tak menjawab apa pun dan hanya memeluk erat, tak berapa lama Alex mendekat dan memberi salam.
" Anak ini juga! tak pernah membalas pesan ibunya!"
"Sibuk, Bu!" jawab Alex
"Alasan saja!"
Naura menggandeng tangan ibu mertuanya.
"Ayo masuk! ibu masakkan makanan kesukaan kalian."
"Kami...," ucapan Alex tertahan.
"Ayok, Bu! Aku sudah rindu masakan ibu," jawab Naura.
Mereka masuk kedalam, diikuti Alex dibelakangnya yang hanya memperhatikan.
"Wih..ada kakak ipar, " sambut seorang pria dari dalam rumah.
" Gilang... kamu disini?" tanya Naura heran.
Pria bernama Gilang itu adalah adik Alex, ia seorang dokter dan usianya sama dengan Naura . Tapi hubungan Gilang dan Alex dingin sejak dulu, mereka nyaris tak pernah bertegur sapa dan terlihat perang dingin.
" Ya.. aku sedang cuti dan pulang ."
" wah... pak dokter yang sibuk ini bisa juga cuti," jawab Naura.
" mungkin bukan cuti, tapi sedang dihukum karena sikapnya yang tidak beretika," ucap Alex seraya menarik kursi dan kemudian duduk.
Naura hanya mendelik dan menatap tajam ke arah Alex.
" Sudah biarkan saja, sudah wataknya begitu, dia tidak pernah mau kalah apalagi padaku, iri yang abadi " ucap Gilang .
"Kalian ini sudah dewasa bukannya pada akur, malu sama umur."ucap ibu
Gilang mendekati Naura, ia memberikan sesuatu pada kakak ipar nya itu, Alex terlihat memperhatikan dari sisi matanya.
"Apa ini?"
"Buku! n****+ yang sempat kamu tanyakan padaku."
"Wah.. serius?" mata Naura berbinar.
"Aku mencarinya dengan susah payah!"
" Thanks you, Kamu memang adik ipar terbaik! jawab Naura.
Alex masih memperhatikan, meski ia tak mencintai Naura, tapi ia tak pernah suka melihat kedekatan adik dan istrinya itu, meski tak bisa dipungkiri, mereka banyak kesamaan.
"Hanya buku usang!" ucap Alex seraya beranjak dan melihat apa yang Gilang berikan.
"Membuat orang bahagia tak selalu tentang barang mewah, buku usang saja bisa membuat mata seseorang berbinar, jawab Gilang sinis.
Naura selalu tak bisa berkutik melihat mereka berseteru. Selalu seperti ini setiap mereka bertemu. Tapi satu hal yang Gilang ucapkan dan itu benar, kemewahan tak selalu membuat berbinar, tapi yang terpatri di pikiran Alex, Naura adalah kemewahan.
" pusing aku kalau kalian sudah begini!" jawab Naura sambil berlalu dan membantu ibu memasak di dapur.
Setelah cukup lama, akhirnya makanan pun siap dihidangkan, berbeda saat di rumah mamanya. Masakan ibu mertua membuatnya lahap dan tawa masih terdengar ceria, hati Alex pun lega dan senang melihat pemandangan ini.
" kalau kamu nggak jadi dokter, kamu mau jadi apa?" tanya Naura pada Gilang di sela percakapan yang sejak tadi riuh dimeja makan ini.
" Pengangguran saja!"
"lah.. nggak ada yang lain gitu?"
"Gak ada! sejak dulu dia memang pemalas, bila masuk kedokteran karena beruntung saja" jawab Alex dengan wajah dinginnya.
Naura kembali mendelik ke arah suaminya.
"Aku ada pertanyaan untuk mu! ucap Gilang.
"Silahkan! Apa pertanyaan aku pasti bisa jawab!" ucap Naura
" kalau kawin lari itu pengantin sama penghulu kejar-kejaran gitu?"
Naura tertawa. " udah paling benar kawin tuh diem , pake kawin lari segala "
" Basi!" jawab Alex menyudahi makanannya kemudian meninggalkan meja makan. Alex sudah sering memberitahu istrinya, bila ia tidak suka melihat Naura dan Gilang terlalu dekat dan sering bercanda.
Ada sesuatu di masa lalu yang akhirnya membuat kedua kakak beradik itu kini sulit berdamai.
Selepas Alex meninggalkan meja makan, suasana hening, Naura pun agak canggung seketika,Naura langsung cepat menyelesaikan makanannya dan menyusul suaminya.
"Kamu kenapa sih! mas?" tanya Naura setelah menemui suaminya itu.
" Aku udah bilang padamu berkali-kali, aku tak suka kamu dekat sama Gilang."
" Tapi kenapa, dia adikmu?"
"Tak perlu membantah, udah ku peringatkan berkali-kali tapi kamu bebal, tak pernah mendengar!"
Naura menatap lain, matanya berkaca-kaca mendengar Alex berkata seperti itu.