Pesta ulang tahun

1141 Words
Ketika Minur akan menutup sambungan teleponnya dan berbalik badan, ia sangat terkejut melihat hantu tertutup kain putih di depannya. "Hantuuuuuu,"teriak Minur. "Minur, ada apa?"tanya Gasendra cemas. Tidak ada jawaban dari Minur. "Minuuuur,"teriak Gasendra. Tubuh Minur membeku di tempatnya. Tidak bisa bergerak atau bicara, lalu ia pingsan. Sebelum pingsan Minur mencium aroma Pisang goreng dari hantu itu. Gasendra yang merasa cemas segera pergi ke kamar Minur dengan berlari. Setelah sampai di kamar Minur, ia melihat Daniel, keponakannya yang berumur 7 tahun berada di sana dengan dengan wajah cemas. "Apa yang terjadi? Gasendra segera mendekati Minur dan berusaha menyadarkannya. "Minur sadarlah!" Ia menepuk-nepuk pelan wajah Minur, lalu menggendongnya ke tempat tidur. Daniel menangis, lalu memeluk pamannya. "Apa wanita aneh itu meninggal?" "Minur tidak meninggal." "Syukurlah. Aku tidak bermaksud membuatnya seperti itu." Gasendra berjongkok dan menatap keponakannya. "Kenapa Minur sampai pingsan?" "Maafkan aku. Tadi aku menjadi hantu untuk menakut-nakutinya dan dia langsung pingsan. Aku mendengar pembicaraan Paman yang membohongi Minur kalau di rumah ini ada hantu, jadi aku punya ide untuk menakut-nakutinya." Gasendra mendesah. "Lain kali kamu jangan melakukannya lagi." Daniel mengangguk. "Iya Paman." Gasendra berusaha kembali menyadarkan Minur. "Cium saja, Paman!" "Hah?" "Seperti dongeng putri tidur. Sang Pangeran datang menyelamatkannya dan mencium Sang Putri yang sedang tidur." "Itu hanya dongeng." "Siapa tahu itu berhasil." Daniel menyengir lebar. Gasendra mengoleskan semacam minyak di hidung Minur. Ia merasa lega, Minur mulai sadarkan diri. Daniel naik ke atas tempat tidur. "Bagaimana Paman bisa mengenal wanita aneh ini?" "Kakek dan Nenek yang mengenalkanku dengannya." "Jadi Paman akan menikah dengannya ya?" "Iya. Selera Paman juga aneh dalam memilih wanita. Aku kira Paman akan menikah dengan Bibi Bella." "Kami berdua hanya teman." Daniel mengangguk mengerti. Gasendra mendesah lega setelah selesai menghadapi keponakannya yang selalu banyak bertanya. Daniel adalah anak yang cerdas. "Pisang goreng,"gumam Minur. "Bibi Minur sepertinya ingin makan pisang goreng sampai terbawa mimpi,"kata Daniel. "Pisang goreng, di mana kamu? Jangan tinggalkan aku!" "Paman, Bibi Minur bicara apa? Aku tIdak mengerti." "Paman juga." Minur membuka matanya lebar-lebar. Ia melihat wajah Gasendra dalam jarak dekat. Pipinya merona merah, lalu ia teringat dengan hantu. "Hantuuuu." Minur langsung duduk. "Tenang Minur. Tidak ada hantu." Minur menghembuskan napas lega. "Mungkin itu hanya mimpiku saja." "Daniel adalah hantunya." Gasendra kemudian menceritakan kejadian sebenarnya kepada Minur. Daniel pun meminta maaf. "Kamu so sweet sekali, Daniel. Kamu juga sangat menggemaskan." Minur mengendus tubuh Daniel dan tak salah lagi tercium aroma pisang goreng. Perut Minur berbunyi sangat keras. Gasendra tersenyum geli. Daniel kemudian pergi dari kamar dan sekarang hanya tinggal mereka berdua. "Apa kamu baik-baik saja?" "Aku baik-baik saja. Apa kamu sekarang percaya, aku melihat hantu?" "Ya. Aku percaya dan hantunya adalah Daniel. Sekarang kamu istirahat saja." "Sebelum kamu pergi, maukah kamu memijat kakiku?" "Apa?" "Tolong pijat kakiku ya! Sepertinya kakiku terkilir saat berlari tadi." Mata Minur menjadi bulat dan berkaca-kaca seperti tatapan kucing yang sedang memelas. Gasendra seperti terhipnotis. "Aku akan memijat kakimu." Minur bersorak kegirangan. Gasendra mulai memijat kaki Minur tanpa protes lagi. Sementara itu Minur menikmati pijatan tangan Gasendra di kakinya. Gasendra menatap Minur yang sedang memejamkan matanya. Baginya ini sangat ironis, seorang wakil presiden direktur berubah jadi tukang pijat di rumahnya dan hanya Minur yang bisa melakukan ini kepadanya. Entah apa yang akan dilakukan gadis kampung bin ajaib ini kepadanya selanjutnya dan anehnya ia tidak bisa menolak permintaan Minur. *** Hari ulang tahun Gasendra pun tiba. Minur sibuk berdandan untuk pesta malam ini. Ia mengaduk-aduk isi kopernya untuk mencari gaun pesta yang akan dikenakannya dan ia shock, gaun pesta yang sudah disiapkannya tidak ada di kopernya. "Haduh, bagaimana ini?" Minur mulai nampak gelisah dan berjalan mondar-mandir di kamarnya sambil menggigit kuku-kuku jarinya. "Huaaaaa. Ibu tolooooong aku!" Minur menangis meraung-raung di kamar dengan berguling-guling di kasur. Ia kemudian berlari menuju ke kamar Gasendra tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. "Honey Buns, ayang Gasendra." Gasendra yang sedang berpakaian terkejut melihat kedatangan Minur ke kamarnya. Minur yang melihat Gasendra yang setengah telanjang rohnya langsung keluar dari tubuhnya, karena sangat terpesona dengan pemandangan indah di depannya. Di mata Minur tubuh Gasendra begitu sangat seksi dan indah. Ia sudah tidak sabar untuk mencicipi tubuhnya yang terlihat sangat lezat untuk segara disantap di tempat tidur. Minur membasahi bibirnya. Gasendra mengenali tatapan Minur seperti itu. Tatapan orang yang sedang ingin melahapnya. Tubuh Gasendra langsung merinding. Hiiiiiiii. Ia langsung cepat-cepat memakai kemejanya. Minur masih berdiri mematung di tempatnya tidak bergerak sedikitpun dan Gasendra tidak peduli. Ia menyisir rambutnya dan membiarkan Minur tetap seperti itu, tapi lama-lama Gasendra merasa ketakutan dengan diamnya Minur. Gadis itu terlihat seperti hantu yang sedang menatapnya di balik cermin. Gasendra mendekatinya dan memperhatikan Minur. Tangannya dilambai-lambaikan di depan wajahnya, tapi Minur tidak merespon. "Minur, kamu baik-baik saja?" Minur tetap tidak merespon. Gasendra menghela napas panjang. "Minur, apa kamu masih hidup?" Minur masih tetap diam. Gasendra mendekatkan wajahnya ke wajah Minur. "Kenapa kamu diam saja?" Tiba-tiba saja Gasendra dirasuki sesuatu oleh kekuatan gaib yang tak terlihat. Ia melumat bibir Minur dengan bibirnya begitu saja. Roh Minur langsung tersedot masuk ke dalam tubuhnya lagi. Gasendra dan Minur langsung memisahkan dirinya. Keduanya sama-sama malu dan membuang wajah. "Ada apa kamu tiba-tiba datang ke kamarku tanpa ketuk pintu dulu?" Minur memasang wajah sedih. "Maafkan aku. Aku hanya ingin menyampaikan berita gawat darurat." "Berita gawat darurat apa?" "Gaun pestaku ketinggalan di rumah. Huaaaa. Bagaimana ini ayang Gasendra? Aku tidak bisa menghadiri pesta ulang tahunmu." "Aku kira berita gawat darurat itu apa ternyata hanya gaunmu yang ketinggalan. Kamu ini." "Itu kan gaun yang baru aku beli khusus untuk pesta ulang tahunmu dari hasil mencangkul tanah setiap hari,"kata Minur dengan wajah cemberut. "Beda dengan semua pakaianmu yang mahal-mahal yang bisa kamu dapatkan tanpa mencangkul tanah." "Hah. Kenapa kamu jadi membanding-bandingkan bagaimana aku membeli pakaian." Gasendra kembali menghela napas panjang. Ia harus sabar menghadapi Minur yang mempunyai perilaku ajaib. Ini pertama kalinya Gasendra bertemu wanita seperti Minur yang perilakunya tidak mudah ditebak. "Kamu tidak perlu sedih lagi. Aku akan membelikanmu gaun." Wajah Minur kembali cerah ceria seperti matahari pagi yang baru muncul di kaki langit. "Benarkah?" "Iya." "Horeeee." Minur melompat-lompat kegirangan. Gasendra mengambil ponselnya di atas meja, lalu menelepon seseorang dan tak lama ia memutuskan sambungan teleponnya. "Sebentar lagi pegawai butik akan datang ke sini. Kamu bisa memilih gaun yang kamu suka." Minur sampai tercengang mendengarkan perkataan Gasendra. "Kamu sampai memindahkan toko pakaian ke rumah ini hanya sekali menelepon. Wah kamu hebat sekali. Ini luar biasa. Apa kamu bisa memindahkan restoran dan toko makanan ke sini?" Air liur Minur hampir menetes membayangkan banyak makanan di depannya. "Kamu jangan minta yang aneh-aneh." Gasendra meraih tangan Minur dan membawanya keluar kamar. Minur tersenyum senang melihat tangannya digenggam oleh tangan Gasendra yang hangat, besar, dan kokoh. Mereka menuruni tangga menuju lantai bawah dan di sana sudah banyak keluarga Gasendra yang berdatangan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD