20 scoop

1136 Words
Minur menjadi tegang dan wajahnya menjadi pucat. Gasendra merasakan tubuh Minur menegang. Ia berhasil membohongi Minur. "Aku tidak mau tidur sendirian. Aku takut. Bagaimana kalau nanti hantunya menakut-nakuti aku?" "Aduh Minur tugas hantu ya menakut-nakuti manusia. Memang menurutmu tugas hantu apa selain menakut-nakuti orang?" "Membuat orang jadi gila dan membunuh seperti yang ada di film-film horor. Apa kamu rela dan ikhlas melihat Neng Minur yang cantik ini diserang dan diganggu hantu?" "Aku ikhlas." "Apa? Kamu jahat. Huaaaaa." Minur menangis dengan keras. "Kamu tidak mencintaiku ya sehingga kamu tega mengumpankan aku ke hantu." "Minur, bisakah kamu diam? Nanti kamu jatuh." Minur berhenti menangis dan memasang wajah cemberut. "Kamu ini cengeng sekali dan mudah sekali menangis." "Kamu pria dingin dan tak berperasaan." "Kamu ini. Ini kamarmu. Kita sampai." Gasendra membuka pintu kamar dan Minur tercengang melihat betapa indah dan luas kamarnya. "Ayo cepat turun! Kamu berat." Minur melompat turun dari punggung Gasendra, lalu berlari ke arah tempat tidur yang besar dan empuk. "Kasurnya besar dan empuk. Kasurku di rumah kecil dan sudah lepek. Baru kali ini aku tidur di tempat tidur yang besar ini." Minur menyengir lebar, lalu mengguling-gulingkan tubuhnya di tempat tidur. Sejenak ia melupakan masalah hantu. Gasendra tersenyum geli melihat Minur seperti menemukan mainan baru. "Baiklah. Aku akan meninggalkanmu di sini untuk beristirahat. Kita bertemu tiga jam lagi." "Tunggu!"teriak Minur. Gasendra menghentikan langkahnya. "Ada apa lagi?" "Kamu berjanji akan memberikan aku es krim yang banyak." "Oh ya tentu saja. Aku akan menyuruh pelayan untuk membawakanmu es krim." "Aku ingin porsi besar. Kira-kira berapa ya?" Minur mencoba berpikir dan menghitung. "Aku ingin 20 scoop." "Apa itu tidak terlalu banyak?" "Tidak." Minur memasang wajah memelas dan Gasendra mendesah. "Baiklah." Gasendra meninggalkan kamar, kemudian Minur menjelajah kamarnya yang besar. Ia pergi ke balkon dan matanya berbinar senang melihat kolam renang yang sangat besar, lalu ia membayangkan Momocha bisa berenang di sana sepuasnya. "Pasti Momocha senang tinggal di sini." Minur kembali masuk dan melihat kamar mandi yang begitu mewah. Ia memperkirakan luas kamarnya ini seluas rumahnya. Minur membuka kopernya dan mengambil beberapa pakaiannya. Ia kemudian mandi di bathtub yang besar sambil bernyanyi lagu tek kotek anak ayam. Setelah selesai mandi, Minur melihat satu mangkuk besar es krim di atas meja. Ia langsung saja duduk dan melahap es krimnya. Seumur hidupnya ia belum pernah merasakan es krim seenak ini. Ia berteriak kegirangan selama memakannya. Dalam sekejap es krim telah habis dimakannya. Minur berbaring di tempat tidur mencoba beristirahat sebentar, lalu ponselnya berdering. Ia melihat nama ibunya. Minur lupa untuk memberitahunya, kalau ia sudah sampai di rumah Gasendra. "Halo, Bu!" "Minur, gawat!" Minur langsung bangun dan menegakkan badannya. "Ada apa?"tanyanya cemas. "Momocha." "Kenapa dengan Momocha?" "Tadi pagi Momocha sempat hilang, lalu Ayahmu menemukan Momocha sedang b******u di bawah pohon mangga depan rumah sama angsa tetangga." "Apa? Lalu sekarang Momocha ada di mana?" "Sekarang sudah ada di rumah." "Syukurlah. Baru aku tinggal sehari Momocha sudah berbuat ulah." "Ibu yakin sebentar lagi Momocha akan punya anak." "Hah anak?" "Iya." "Ya ampun Momocha. Tolong jaga baik-bsik Momocha ya!" "Tenang saja. Ibu sudah mengurung Momocha di kandangnya. Sekarang Ibu mau memberi makan Momocha dulu." Minur menutup sambungan teleponnya, lalu ia menelepon Gasendra untuk menanyakan di mana letak kamarnya. Ia cepat-cepat keluar kamar menuju kamar Gasendra. Minur mengetuk pintu dengan keras berkali-kali. "Buka pintunya!" "Iya tunggu sebentar." Pintu kamar terbuka dan Gasendra menatap kesal sekaligus heran dengan kedatangan Minur ke kamarnya. "Kamu berisik." "Momocha sudah diperkosa." "Hah?" Gasendra pun akhirnya menyadari apa yang dimaksud Minur. "Aku kira ada hal gawat apa?" "Tentu saja ini gawat. Apa kamu tidak cemas pada calon anakmu sendiri." Minur menerobos masuk ke kamar. "Anak?" "Iya. Sebentar lagi kita akan menikah, jadi Momocha akan resmi jadi anak kita berdua." "Tapi itu kan hanya angsa." "Momocha sudah menjadi anak buluku, jadi mulai sekarang kamu harus mencintaiku satu paket. Kamu juga harus mencintai dan menyayangi Momocha sebagai anakmu sendiri." "Ya baiklah kalau itu maumu." "Aku ingin pinjam pengacaramu." "Untuk apa?"tanya Gasendra keheranan. "Untuk menuntut angsa tetangga, karena sudah menperkosa Momocha." "Aduh Minur,"kata Gasendra dengan suara gemas. "Mungkin saja Momocha dan angsa tetangga saling jatuh cinta dan mereka melakukannya atas dasar suka sama suka. Itu bukan perkosaan. Itu namanya mereka sedang kawin." "Tapi mereka melakukannya tanpa izin dariku." Minur kembali memasang wajah cemberut. Gasendra menjadi sangat gemas melihatnya. "Boleh aku memelukmu sebentar?"tanya Minur tiba-tiba. Rona merah di pipinya sudah menyebar. Gasendra pun tersipu malu dengan permintaan Minur. "Baiklah. Kemarilah!" "Kyaaaaa." Minur melompat ke dalam pelukan Gasendra. Ia menyukai aroma muffin jagung dari tubuh Gasendra, lalu ia menatap pria itu dengan tatapan lapar yang membuat Gasendra takut, lalu cepat-cepat melepaskan Minur. Gasendra pun pasrah memiliki calon istri seaneh Minur. "Sebaiknya kamu kembali ke kamar." "Baiklah." Minur kemudian melihat ke arah tempat tidur dan melihat Squidward berada di sana. Ia langsung saja berlari ke arah tempat tidur, mengambil boneka itu, lalu memeluknya. "Squidward, aku merindukanmu." Minur menciumi boneka itu. "Apa Gasendra memperlakukanmu dengan baik? Ah aku sangat merindukanmu." "Kamu bisa mengambil kembali boneka itu kalau mau." "Tidak. Squidward sudah menjadi milikmu. Aku tidak bisa mengambilnya lagi, lagi pula kita akan segera menikah dan Squidward akan menjadi milik kita berdua." Minur mengedipkan matanya dengan centil. "Apa matamu sedang kemasukan debu?" Minur memasang wajah cemberut. "Tidak. Aku kan hanya sedang menggodamu dan merayumu dengan kedipan mataku ajaibku." "Apanya yang ajaib? Itu membuatku merasa ilfeel." "Masa sih? Kedipan Neng Minur yang cantik ini bisa menaklukan hatimu ini. Percaya deh! Ahay." Gasendra menghembuskan napas panjang. Baru pertama kalinya juga ia bertemu wanita yang memiliki percaya diri tinggi dengan level tingkat keanehan yang tinggi pula. "Terserah kamu saja. Sekarang kamu kembali ke kamarmu." "Baik. Ayang Gasendra yang tampan." Minur berjalan keluar kamar dan ketika melewati Gasendra ia melakukan ciuman jarak jauh. "Muaaach." Bentuk hati keluar dari mulut Minur mengarah ke Gasendra dan hati itu pecah di depan pria itu. "Jangan sampai tersesat kembali ke kamarmu." "Tidak akan." Minur sekarang berada di luar kamar dan berjalan menuju kamarnya. Di tengah perjalanan, ia mendengar suara-suara seperti ketukan dan garukan di tembok. Tubuhnya menjadi tegang, lalu ia teringat dengan perkataan Gasendra tentang hantu di rumah ini. Ia menoleh ke belakang dan tidak ada siapa pun di sana. Ia menjadi merinding, lalu lari seribu langkah menuju kamarnya. "Ibu, tolooooong aku! Ada hantuuuuu." Minur cepat-cepat membuka pintu kamarnya dan cepat-cepat menutupnya. Napasnya tersengal-sengal. Ia cepat-cepat menelepon Gasendra. "Ada apa lagi?" "Honey Buns, ada hantu." "Hah? "Tadi aku mendengar sesuatu yang aneh. Ada suara-suara." "Minur sudahlah jangan mengada-ada." Suara Gasendra terdengar kesal. "Aku tidak bohong. Aku bisa mendengarnya dengan sangat jelas." "Baiklah. Begini saja. Mungkin kamu sudah lelah, jadi lebih baik kamu istirahat saja." "Tapi aku takut. Bagaimana kalau hantu itu datang?" "Tidak akan." Gasendra kemudian merasa menyesal sudah membohongi Minur. "Benarkah?" "Iya." "Baiklah kalau begitu."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD