DUA PULUH LIMA

1533 Words

Aku mendesah pelan ketika baru saja memasuki sebuah apartemen mewah yang terletak di kawasan Setia Budi itu. Wajar saja jika seorang CEO seperti Ervan memiliki apartemen di sini. Harganya pasti selangit. Aku yang punya keinginan untuk membeli apartemen kira-kira 2 tahun lagi, tak akan sanggup untuk membeli unit di sini. Semalam, Ervan meneleponku ketika aku baru saja hendak tidur pukul 22:00. Dia mengatakan bahwa aku harus membangunkannya pagi besok ke apartemennya. "Saya merasa kurang fit malam ini. Kecapean kayaknya. Ini juga saya baru aja nyampe apartemen. Jadi, besok pagi kamu bisa datang ke sini? Saya takut bangun lebih siang lagi kalau nggak ada yang bangunin." Aku mendengus. "Kalau merasa kurang fit, nggak usah datang ke kantor besok. Gitu aja kok, repot!" "Saya harus datang ke

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD