Bab 5. Rencana Awal

1653 Words
Keesokan harinya, Soni mengajak Zaskia untuk menemui Halimah di rumahnya. Ingin rasanya Novi menampar wanita yang sudah merebut suaminya. Namun, sebisa mungkin ia tahan agar tidak menggagalkan rencana sang mertua. "Selamat pagi. Ma," ucap Soni yang kini sudah berdiri di hadapan sang ibu. "Pagi, gimana. Apa kamu sudah menentukan pilihan?" tanya Halimah sambil melirik ke arah Soni. "Apa enggak ada syarat lain yang bisa aku lakukan? Jujur aku enggak bisa pisah dari Zaskia, Ma." Soni duduk di sofa. Dengan perlahan dia mulai menggegam tang Halimah. "Sebegitunya kamu pada gundikmu itu. Sampai-sampai kamu tidak memikirkan perasaanku yang berharap semua ini hanyalah sebuah mimpi. Mas," batin Novi yang berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh. "Kamu serius mau melakukan apapun demi perempuan ini." Wanita paruh baya itu berdiri sambil melipat tangannya. "Aku serius. Aku janji akan melakukan apapun, asal Mama enggak memintaku untuk meninggalkan Zaskia." Soni terlihat begitu serius dengan ucapannya. Zaskia yang duduk di sofa terlihat tersenyum penuh kemenangan. Ingin rasanya Novi mencakar wajah wanita yang duduk di samping suaminya itu. Wajah cantik tapi tidak memiliki aurat malu sama sekali. "Ternyata mudah juga mendapatkan hati Mas Soni. Dengan begitu aku bisa secepatnya menguasai harta keluarga Dirgantara," batin Zaskia sambil menunduk dan tersenyum bahagia. "Baik. Biarkan dia tinggal di rumah ini bersama Mama." Halimah langsung menoleh ke arah Zaskia yang masih menunduk. Mendengar ucapan Halimah wanita cantik itu langsung terperejat dan menoleh ke arah wanita paruh baya itu. "Enggak! Aku enggak mau tinggal di sini," ucap Zaskia sambil menggelengkan kepalanya. "Mas. Kamu enggak bisa ninggalin aku di sini bersama Mama mu." "Kenapa? Aku enggak akan nyiksa kamu, kok. Ya, paling juga aku minta kamu untuk mengurus rumah ini." Halimah menoleh ke Zaskia sambil tersenyum. "Enggak. Sampai kapan pun aku enggak mau tinggal di rumah ini!" bentak Zaskia yang langsung berjalan meninggalkan ruang tamu. Bagi Zaskia tinggal bersama seorang mertua adalah hal yang paling menyebalkan. Apalagi mertua yang sudah berumur dan memiliki sifat cerewet seperti Halimah. "Zaskia! Zaskia, tunggu." Soni langsung menggejar Zaskia. Dan langsung menarik tangan wanita itu untuk menjauh dari Halimah dan Novi. "Apa sih. Mas? Aku enggak mau kalau harus tinggal di rumah ini! Aku itu maunya tinggal di rumah mewah ku sendiri, atau paling tidak apartemen mewah. Bukan tinggal dengan Nenek-nenek seperti Mama mu itu." Zaskia terlihat ketus. "Tapi kita enggak ada pilihan lain selain menerima tawaran Mama. Sekarang aku tanya, apa kamu mau kita jadi gembel? Atau mungkin kamu mau kehilangan aku." Soni memegang pundak wanita itu. Sambil berusaha meyakinkan Zaskia agar mau menerima tawaran Halimah. "Tapi. Mas, tinggal sama mertua itu seperti tinggal di kandang macan. Apalagi kamu tahu 'kan kalau Mama enggak suka sama aku." "Aku tahu … tapi pikiran kamu tentang Mama itu terlalu jauh, Sayang. Aku yakin Mama tidak akan pernah menyakitimu." Soni terus berusaha membujuk Zaskia. Namun, wajah wanita itu terlihat begitu kesal dengan keputusan sang suami. Zaskia sama sekali tidak menjawab ucapan sang suami. Ia terus melipat tangannya sambil memalingkan pandangannya dari Soni. Tinggal di rumah mertua? Tentu itu hal yang tidak mungkin baginya. "Ayolah. Sayang, kali ini saja! Aku janji hanya satu minggu saja, setelah itu aku akan membelikan apartemen mewah sesuai dengan impianmu." Soni berusaha membujuk wanita itu. "Baik. Aku mau tinggal di rumah ini, tapi kamu janji. Ya, hanya satu minggu. Enggak lebih." Tegas Zaskia sambil langsung menoleh ke arah Soni. Demi harta wanita itu akhirnya menyetujui permintaan Halimah. Soni langsung mengangguk dan tersenyum ke arah Zaskia. Ia segera menggandeng tangan wanita yang ada di hadapannya. Dan langsung menemui Halimah dan Novi yang masih menunggu di ruang tamu. "Zaskia udah memutuskan untuk mau tinggal di sini bersama Mama." Soni terus menggandeng tangan wanita itu. Terlihat jelas jika Zaskia melakukan itu karena terpaksa. Tetapi itu bukan masalah untuk Halimah, baginya yang terpenting adalah perempuan itu mau tinggal bersamanya. "Novi. Sekarang cepat kamu kemasi pakaianmu, dan pulanglah bersama Soni!" perintah Halimah yang dijawab anggukan oleh menantu pertamanya. Setelah menggemasi barang-barangnya Novi dan Soni segera meninggalkan rumah Halimah dan kembali pulang ke rumah mereka. "Awas saja kamu Mas. Kalau sampai kamu ingkar janji, aku enggak akan pernah maafin kamu," ucap Zaskia dengan lirih. "Ngapain kamu masih berdiri di sana! Ayo cepat ikut aku." Halimah berteriak dari kejauhan hingga membuat Zaskia terkejut. Sambil memonyongkan bibirnya wanita cantik itu akhirnya mengikuti langkah kaki Halimah. "Selama berada di rumah ku, kamu akan tidur di kamar ini," ucap Halimah sambil membuka pintu kamar. Terlihat sebuah kamar berukuran kecil dengan satu tempat tidur lantai yang sangat tipis. Tidak ada televisi ataupun AC sebagai pendingin ruangan. Yang ada hanyalah kipas angin gantung yang sudah berdebu. "Aku tinggal di kamar ini. Apa enggak salah? Ma, aku ini istri Mas Soni. Masa iya aku harus tidur di kamar jelek ini," protes Zaskia yang terlihat tidak menyukai kamar itu. "Memangnya kenapa kalau kamu tidur di kamar ini. Masih untung aku masih berbaik hati memberikanmu kamar, daripada aku suruh kamu tidur di taman." Halimah menjawab dengan ketus. Sebenarnya ini adalah bagian dari rencana Novi dan Halimah untuk membuat Zaskia kapok karena sudah merebut suami orang. Tanpa menunggu lama wanita paruh baya itu langsung meninggalkan Zaskia begitu saja. "Dasar Nenek peot, awas saja. Aku akan membuat perhitungan kepadamu, agar kamu dan suamimu bisa bertemu di surga." Zaskia menatap Halimah yang sudah berjalan jauh. *** Keesokan harinya, Halimah yang sudah rapi langsung turun ke lantai bawah. Ia terlihat menggedarkan pandangannya ke setiap sudut rumah. Seakan mencari sesuatu. "Mbok. Dimana Zaskia?" tanya Halimah sambil duduk di meja makan. "Saya kurang tahu. Nyonya, karena sejak tadi pagi saya belum melihatnya sama sekali." Mbok Ijah terliahat menata beberapa buah piring di atas meja makan. "Yaudah, sekarang kamu sembunyikan semua makanan ini! Kalau perlu kamu bawa makanan ini dan bagikan pada semua orang." Halimah menyerahkan makanan yang sudah tersaji kepada Mbok Ijah. "Loh. Memangnya kenapa, Nyonya? Apa masakan saya hari ini ada yang salah." Mbok Ijah terlihat bingung. Sebab tidak biasanya sang majikan menolak masakan yang sudah disiapkannya. "Enggak. Sudah kamu ikuti saja perintahku." Mendengar jawaban Halimah, perempuan paruh baya itu segera membungkus makanan dan langsung membawanya pergi untuk dibagikan kepada beberapa orang yang ada di jalanan. "Zaskia. Zaskia! Cepat bangun," teriak Halimah sambil mengetuk pintu kamar. "Dasar perempuan pemalas, sudah jam berapa ini." Hampir tiga puluh menit ia berdiri di depan kamar Zaskia. Hingga akhirnya dia langsung mengambil kunci cadangan dan membuka kamar tersebut. Halimah yang sebelumnya mengambil air di sebuah ember langsung menyiramkan air tersebut ke arah Zaskia. "Ya ampun. Apa-apaan sih!" bentak Zaskia. Yang langsung terkejut dan duduk di tempat tidur dengan keadaan basah kuyup. "Apa! Kamu pikir rumah ini hotel jadi kamu bisa bangun kapan saja kamu mau." Halimah melempar ember tersebut ke lantai. "Maafkan aku. Ma, semalam aku enggak bisa tidur karena banyak nyamuk. Belum lagi udaranya begitu panas," gerutu Zaskia yang masih duduk di tempat tidur. "Aku enggak peduli apapun alasanmu, yang pasti sekarang kamu bangun dan cepat kamu masak untuk sarapan." "A-aku masak." Zaskia terlihat terkejut. Jangankan memasak, masuk ke dalam dapur pun ia tidak pernah. Selama ini Zaskia selalu mengandalkan orang tuanya untuk menyiapkan semua kebutuhannya. Dan saat kedua orang tuanya sudah meninggal wanita itu selalu menghabiskan uangnya untuk memesan makanan secara online. "Iya, memang kenapa? Sudah sekarang cepat cuci mukamu dan masak untuk sarapan, dalam waktu tiga puluh menit sarapan sudah harus siap diatas meja." Halimah langsung berjalan keluar. Ia yakin jika perempuan jahat itu tidak akan bisa melakukan perintahnya dalam waktu yang singkat. "Masak. Bagaimana mungkin aku masak, sementara memegang kompor saja aku belum pernah." Zaskia terlihat kebingungan saat sudah berada di dapur. Hingga akhirnya tangan wanita itu meraih beberapa butir telur yang ada di dalam lemari es. "Ini, Ma." Zaskia meletakkan makanan tersebut dengan kasar. "Apa ini." Halimah menunjukkan telur ceplok pada menantu keduanya. Dan sebuah nasi goreng yang sudah begitu kering hingga membuatnya terlihat seperti nasi aking. Zaskia yang ada di hadapan sang mertua terlihat memonyongkan bibirnya. "Telur ceplok dan nasi goreng," jawab Zaskia dengan nada ketus. "Makanan ini kamu sebut telur ceplok dan nasi goreng." Halimah mengambil telur dengan tangannya dan mengaduk nasi goreng yang ada di atas piring. "Aku enggak tahu bagaimana rasanya, tapi yang pasti aku enggak mau makan-makanan ini. Lebih baik aku minum teh hangat ini saja," ucap Halimah sambil meraih teh yang ada di hadapannya dan langsung meneguknya. Baru sekali teguk Halimah langsung menyemburkan minuman tersebut. Hingga menggenai Zaskia yang duduk di hadapannya. "Air apa ini? Apa kamu sengaja meracuniku." "Ti-tidak, Ma. Itu teh hangat yang aku buat setelah aku memasak." Zaskia terlihat ketakutan. "Cepat minum!" perintah Halimah sambil menyodorkan gelas yang ada di tangannya. Dengan gemetar Zaskia langsung mengambil gelas dari tangan sang ibu mertua. Dan langsung meneguk teh buatannya, dan langsung memuntahkannya kembali. "Bagaimana? Apa itu yang kamu bilang teh!" tanya Halimah sambil bertolak pinggang. "Maaf, Ma. Sepertinya aku sudah melakukan kesalahan." Zaskia meletakkan gelas yang ada di tangannya. Teh itu terasa begitu asin. Entah Zaskia tidak sengaja melakukan kesalahan. Atau memang dia tidak bisa membedakan gula dan garam. "Ya ampun! Heran aku, bagaimana bisa Soni menyukai wanita sepertimu. Bahkan membedakan gula dan garam saja kamu enggak bisa, sangat berbeda dengan Novi." "Sudah cukup. Ma! Jangan pernah samakan aku dengan menantu kesayangan Mama yang kampungan itu. Bukankah aku sudah bilang kalau aku enggak bisa masak karena aku ini wanita karir bukan Ibu rumah tangga!" bentak Zaskia sambil berdiri dari tempat duduknya. "Tutup mulutmu! Apa kamu lupa dengan siapa kamu bicara? Lagipula selama ini Novi juga wanita karir, tapi dia tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri dan Ibu yang baik. Enggak seperti kamu yang bisanya menyusahkan orang saja." Halimah yang mulai tersulut emosi langsung melebarkan matanya. Rasanya ingin sekali wanita paruh baya itu menghajar Zaskia. Tetapi ia berusaha sabar demi bisa melancarkan rencananya dan Novi. "Cukup! Mulai sekarang aku enggak mau mengerjakan pekerjaan rumah lagi," bentak Zaskia yang langsung meninggalkan meja makan. "Yaudah. Jika kamu enggak suka, silahkan kamu pergi dari rumah ini! Paling juga kamu akan diantar lagi ke rumahku ini." Halimah berteriak sambil menoleh ke arah Zaskia yang sudah berjalan meninggalkannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD