Bab 7. Tak Sesuai Kenyataan

1095 Words
"Jadi dia belum mengatakan semuanya padamu? Baik. Sekarang duduklah ada yang ingin aku tunjukkan padamu!" perintah Halimah sambil langsung berjalan meninggalkan tempat itu. Dan berjalan ke arah kamarnya. Untuk mengambil sesuatu. "Sebenarnya ada apa ini? Mas, apa ada hal yang kamu sembunyikan dariku." Zaskia menoleh ke arah Soni dengan curiga. "Sudah lebih baik kamu tunggu Mama datang," jawab Soni sambil bersandar di sofa. Wajah Soni terlihat begitu panik dengan apa yang akan di katakan oleh Halimah pada Zaskia. Setelah beberapa lama menunggu, Halimah pun akhirnya keluar dari kamarnya. Dengan kasar ia melempar sebuah map di hadapan Zaskia. Wajah wanita cantik itu seketika berubah bingung. Sambil mengambil map di hadapannya."Apa ini." "Itu surat perjanjian Pra Nikah antara Soni dan ayahnya. Dalam surat perjanjian itu tertulis apa akibatnya jika dia melakukan pengkhianatan bahkan melakukan poligami," jawab Halimah sambil duduk di sofa. Perlahan Zaskia mulai membaca lembar surat perjanjian itu. Di surat itu tertulis jika Soni akan kehilangan jabatan dan semua yang menjadi fasilitasnya sebagai ahli waris keluarga Dirgantara jika ia melakukan pengkhianatan. Zaskia yang melihat isi surat tersebut langsung melebarkan matanya. Dia tidak menyangka jika keinginannya ternyata tidak sesuai dengan apa yang didapatkannya saat ini. Setelah meletakkan kembali map tersebut. Wanita itu langsung menoleh ke arah Soni yang masih bersandar di sofa. "Sialan! Jadi selama ini aku hanya menikahi pria miskin dan enggak berguna," batin Zaskia sambil terus memandang wajah Soni yang masih terlihat santai. "Bagaimana, apa kamu masih mau keluar dari rumah ini." Halimah langsung duduk di sofa sambil menyilangkan kakinya. ia yakin jika wanita yang ada di hadapannya saat itu panik dengan apa yang baru saja diketahuinya. Sambil berdiri dari tempat duduknya. "Aku akan tetap pergi dari rumah ini." "Mas. Aku enggak mau tahu, kamu harus segera mencari rumah untukku! Aku enggam sudi tinggal di rumah ini, apalagi harus diperlakukan seperti pembantu oleh ibumu." Zaskia menoleh ke arah Soni dengan ketus. Wanita itu terus bersikeras meminta Soni membelikan sebuah rumah pribadi untuknya. "Tidak bisa semudah itu. Sayang, kamu harus bersabar dulu disini! Aku janji akan meminta Mama memperlakukanmu dengan baik," jawab Soni sambil memegang tangan Zaskia. "Apa yang aku lakukan padamu sama persis dengan apa yang aku lakukan pada Novi. Enggak ada yang berbeda sama sekali, hanya saja kalian yang memiliki perbedaan dalam bersikap dan isi hati." Halimah tersenyum ke arah Zaskia. "Apa maksud Mama! Apa Mama pikir aku bukan wanita baik-baik," ucap Zaskia yang terlihat tidak terima. Sambil berdiri dari tempat duduknya. "Terserah bagaimana pikiranmu." Halimah yang sudah malas dengan sikap menantu keduanya langsung berjalan meninggalkan ruang tamu. Sementara itu Zaskia yang masih kesal dengan kenyataan yang diterimanya. Langsung berjalan ke arah kamarnya diikuti oleh Soni. "Aku tidak mau tahu, bagaimanapun caranya kamu harus mencarikan rumah untukku!" bentak Zaskia pada Soni saat mereka sudah berada di dalam kamar. "Aku janji akan mencarikan rumah untukmu, tapi hal itu pasti enggak mudah. Jadi aku minta kamu untuk bersabar sebentar saja, lagipula apa yang dilakukan Mama juga tidak pernah merugikanmu." Soni duduk di tempat tidur. "Tidak merugikan aku kamu bilang! Apa kamu enggak lihat bagaimana keadaan ku sekarang? Asal kamu tahu aku dulu adalah wanita karir yang sukses, dan kamu yang memintaku untuk berhenti dari pekerjaanku. Jadi kamu harus memenuhi semua kebutuhanku!" bentak Zaskia sambil melempar bajunya ke tempat tidur. Soni terlihat mengusap wajahnya dengan kasar. Ia terlihat begitu frustasi dengan keadaan saat ini. Sementara itu Zaskia terus mengemasi pakaiannya di dalam tas koper. "Bagaimana kalau untuk sementara kamu tidur di kamar tamu, biar nanti aku yang bilang pada Mama sekalian membujuk Mama agar dia mau memberikan uang untuk menyewakan rumah untukmu." Soni langsung memegang tangan Zaskia. "Membujuk Mama! Mas kamu itu pemilik perusahaan, bagaimana mungkin untuk membelikan aku rumah saja kamu enggak mampu!" bentak Zaskia sambil mengerutkan dahi. "Kamu tahu sendirikan isi surat perjanjian itu! Aku sudah kehilangan semuanya, bahkan ATM dan Kartu kredit saja aku enggak ada. Aku hanya mendapatkan pendapatan bulanan, itupun enggak besar seperti dulu," jawab Soni sambil berdiri dari tempat duduknya. Dan berjalan beberapa langkah ke depan Zaskia. "Baik. Aku beri kamu waktu seminggu untuk meyakinkan Mama, tapi ingat ya. Mas, aku enggak mau tinggal di rumah sewaan, jadi kamu harus membelikan aku rumah mewah dan harus lebih mewah dari rumah Novi sekarang!" ucap Zaskia dengan ketus. *** Beberapa hari kemudian Soni pun akhirnya mengajak istri keduanya pergi dari rumah Halimah. Dengan sombong wanita itu berjalan keluar dari rumah mertuanya. Hingga beberapa jam kemudian mereka pun tiba di depan sebuah rumah sederhana di sebuah perkampungan. "Ini rumah yang akan kamu tinggali," ucap Soni sambil turun dari mobilnya. "Ayo, kita masuk." "Rumah yang aku tinggali, jadi dia membeli rumah jelek dan kecil ini untukku," gumam Zaskia sambil melihat sekeliling rumah itu. Rumah yang terlihat sudah usang itu memang kecil. Terdapat beberapa meter halaman di depannya. Letaknya di sebuah perkampungan yang ada di pinggiran kota Jakarta itu membuat kampung tersebut begitu ramai dan padat penduduk. "Tunggu. Mas!" teriak Zaskia sambil berlari ke arah Soni yang sudah masuk ke dalam rumah. Rumah kecil itu terlihat kosong tanpa ada perabotan satu pun. Hanya ada sebuah tempat tidur kecil dan kipas angin gantung untuk menghilangkan panas. Zaskia terlihat memandang ruangan yang ada di rumah itu dengan pandangan jijik. "Mas. Aku memintamu membeli rumah mewah di perumahan elite, bukan rumah kecil seperti ini!" bentak Zaskia sambil terus memperhatikan sekelilingnya. Sambil menoleh ke arah Zaskia. "Aku tidak membeli rumah ini, tapi aku menyewa." "Menyewa? Bagaimana mungkin kamu menyewa rumah jelek ini untukku, aku enggam mau tahu kamu harus memberiku rumah mewah seperti Novi." Zaskia menatap Soni dengan kesal. "Rumah mewah! Bagaimana aku bisa memberimu rumah mewah sementara semua fasilitas yang aku miliki sudah diambil alih oleh Mama. Rumah ini saja aku bayar dengan uang bulanan yang seharusnya aku berikan padamu," jawab Soni sambil meletakkan tas di lantai. "Apa uang bulanan milikku! Lalu bagaimana dengan perawatan wajah, tubuh dan rambutku. Dan keperluanku yang lain?" tanya Zaskia sambil langsung duduk di lantai. "Kamu masih memikirkan tentang keperluan mewahmu. Sementara aku sendiri hanya mendapat uang satu juta setiap bulannya!" teriak Soni yang mulai kehilangan kesabaran. "Satu juta? Bukannya setiap bulan kamu selalu mendapat jatah uang ratusan juta, kenapa sekarang hanya satu juta?" tanya Zaskia dengan wajah bingung. "Tiap bulan Mama hanya memberiku uang 5 juta. Tiga juta Novi, satu juta aku dan satu juta lagi kamu," jawab Soni hingga membuat Zaskia terkejut. "Novi. Kenapa perempuan itu mendapat jatah lebih banyak dariku," batin Zaskia sambil melipat tangannya. "Aku pergi dulu, karena ada beberapa pertemuan yang harus aku hadiri." Soni langsung meninggalkan rumah itu. "Sialan! Aku pikir hidupku akan jauh lebih baik setelah menikah dengannya, tapi ternyata hidupku semakin terpuruk," ucap Zaskia dengan kesal.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD