Bab 9

757 Words
Happy Reading! Plak "Sialan! Bukankah sudah ku bilang untuk menjaga kandunganmu itu hah?" bentak Karin setelah menampar pipi Ayyara. Sekarang semua rencananya berantakan. Bayi yang ia harapkan sudah tidak ada, lagu bagaimana caranya melanjutkan kebohongan yang ia buat. "Maaf nyonya hiks_ " isak Ayyara. Ia juga sakit dan terluka. Untuk melunasi hutang orang tuanya, ia rela dibayar untuk melahirkan seorang bayi. Tapi bukan hanya itu, ia juga dilecehkan oleh tuan Arvind. Sekarang Ayyara tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Jika tidak ada bayi maka ia tidak akan mendapatkan uang. Sedangkan ia sudah terlanjur jatuh dan basah. "Maaf.. Maaf. Dasar tidak berguna!" omel Karin lalu menyentuh kepalanya. Sekarang ia harus memikirkan cara lain. Tidak ada bayi yang dilahirkan otomatis membuat akting hamilnya tidak berguna. 'Sial. Sekarang aku juga harus berakting keguguran.' batin Karin kesal. Padahal segalanya sudah ia susun dengan rapi. Hanya menunggu beberapa bulan, ia akan mendapatkan seorang anak dan diakui oleh suami serta mertuanya. "Hiks_nyonya."panggil Ayyara membuat Karin menatap ke arahnya. "Apa?" tanya Karin emosi. Ayyara menunduk, berusaha menahan tangisannya. "Ijinkan saya pulang hiks.. Saya tidak mau melahirkan anak untuk nyonya." Karin melotot lalu segera mendekati Ayyara kembali. "Apa? Tidak mau katamu, setelah semua uang yang aku keluarkan untuk melakukan inseminasi buatan." bentak Karin lalu menarik rambut Ayyara. "Arghh_"Rintih Ayyara kesakitan sedang Karin menatap kesal. "Dengar! Harusnya kau mengganti rugi semua uang yang aku keluarkan untuk membuatmu hamil. Kau pikir aku tidak rugi jika kau keguguran." teriak Karin lalu melepas rambut Ayyara kemudian mengatur napasnya. "Tapi aku masih berbaik hati untuk memberimu kesempatan kedua. Jadi, bersiaplah untuk hamil secepatnya." ucap Karin lalu melangkah keluar dari ruang rawat, meninggalkan Ayyara yang kembali menangis. Karin melangkah pergi dengan kesal tanpa menyadari bahwa sebenarnya ada yang mendengar percakapannya dengan Ayyara tadi. "Sial. Ternyata apa yang aku pikirkan benar." ucap Arvind lalu mengepalkan tangannya. Karin dan Ayyara sudah berani mempermainkan dirinya dan itu berarti keduanya harus mendapat balasan yang setimpal. Ceklek Arvind membuka pintu kamar rawat Ayyara lalu menatap gadis yang sedang menangis di atas ranjang. 'Jika saja kau berkata jujur maka aku tidak akan kehilangan bayiku.' batin Arvind dipenuhi dendam. "Untuk apa menangis?" tanya Arvind mendekat membuat Ayyara mendongak. "Tuan__"cicit Ayyara pelan dengan wajah dipenuhi air mata. Arvind tersenyum miring. "Untuk apa menangisi sesuatu yang hilang karena kesalahanmu sendiri." ucap Arvind lalu berbalik. "Itu bayi tuan." Deg Arvind berhenti. Kenapa tiba-tiba Ayyara mengatakan itu. Apa sekarang gadis itu ingin mengatakan kebenarannya. Tapi meskipun iya. Semuanya sudah terlambat. Arvind sudah kehilangan calon anak yang sangat ia harapkan. "Hiks_ saya dibayar oleh nyonya Karin untuk melahirkan anak tuan hiks. Sungguh tuan, saya terpaksa melakukannya karena hikss hutang yang menumpuk dan__" Arvind berbalik lalu melangkah cepat kehadapan Ayyara. "Untuk apa jujur sekarang?" bentak Arvind membuat Ayyara melotot. "Tu_tuan sudah tahu?" tanya Ayyara kaget. Arvind menyeringai lalu memegang lengan Ayyara. "Untuk apa jujur sekarang? bayiku sudah tiada dan itu karena kebodohanmu." ucap Arvind tajam lalu menarik lengan Ayyara kuat hingga yang punya tangan meringis kesakitan. "Tuan_shh sakit." ringis Ayyara membuat Arvind terkekeh. "Sakit? Aku lebih sakit Ayyara. Aku baru saja kehilangan bayi yang begitu aku nantikan." ucap Arvind tajam lalu melepas pegangannya pada lengan Ayyara. "Tu_tuan." Ayyara tidak menduga jika tuan Arvind begitu mengharapkan seorang anak. "Andai saja sejak awal kau jujur, maka aku tidak akan memperkosamu dan membuat anakku gugur. Andai saja kau jujur sejak awal, aku bisa saja mengusir Karin dan memberimu tempat yang nyaman di rumah ku. Tapi tidak, kau lebih memilih mengikuti permainan bodoh Karin." Perkataan tuan Arvind membuat Ayyara merutuki kebodohannya. Ternyata keputusannya untuk menerima tawaran nyonya Karin bukan hanya menyiksa dirinya sendiri tapi juga tuan Arvind. "Maafkan saya, tuan_ " ucap Ayyara menyatukan tangannya. Arvind terkekeh. "Apa maafmu bisa mengembalikan segalanya?" tanya Arvind membuat Ayyara menggeleng. "Mungkin tidak, tapi saya berjanji akan pergi dari kehidupan tuan. Tuan tidak akan melihat wajah saya lagi_" "Kau bodoh?" tanya Arvind membuat Ayyara terdiam. Arvind menyeringai lalu menyentuh perut Ayyara. "Bukankah perjanjiannya kau akan melahirkan bayiku? Kalau begitu kau tidak boleh pergi sebelum memberiku seorang anak." ucap Arvind membuat tubuh Ayyara menegang. "Ta_tapi tuan__" Arvind memegang dagu Ayyara. "Beraktinglah dengan baik di depan Karin atau aku akan menghabisi keluargamu." ancam Arvind membuat tubuh Ayyara gemetar. "Ma_maksud tuan, nyonya Karin tidak boleh tahu tentang hal ini dan__" "Tepat sekali. Lahirkan bayiku dan biarkan Karin berakting, hingga saat bayiku lahir nanti, aku akan mengusir Karin dan memberimu banyak uang." ucap Arvind lalu melangkah menuju pintu. Namun sebelum benar-benar pergi, Arvind kembali berbalik menatap Ayyara. "Dan satu lagi, aku ingin proses pembuatan bayiku secara alami bukan inseminasi buatan. Jadi, sebaiknya siapkan dirimu!" Brakk
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD