Happy Reading!
Arvind pulang ke rumah tepat jam 12 malam. Tubuhnya sangat lelah karena harus bergabung dengan pesta yang membosankan. Biasanya ada Karin yang menemani dan jika merasa bosan maka mereka akan mencari kamar untuk bercinta.
"Ck! Aku tidak bisa mengeluh karena akan menjadi seorang ayah." gumam Arvind lalu melangkah menuju kamar utama.
Ceklek
Arvind mengernyit saat melihat Ayyara yang masih berbaring di ranjangnya. Hanya karena ia membiarkan gadis itu tidur dengannya satu malam bukan berarti diijinkan untuk menetap di ranjangnya.
"Ck!" Arvind berdecak lalu menyeringai. Baiklah, kali ini anggap saja jika gadis itu yang menggodanya.
Arvind melempar jas serta dasi yang tadi ia pakai ke sembarang arah lalu melangkah menuju tempat tidur.
"Jangan salahkan aku jika kau tidak bisa bangun dari tempat tidur." ucap Arvind lalu menarik selimut yang Ayyara gunakan lalu menindih tubuh gadis itu, namun_
Arvind berhenti saat merasakan hawa panas dari tubuh gadis di bawahnya. Bahkan wajah Ayyara terlihat sangat pucat seperti tidak ada darah yang mengalir di tubuhnya.
Panik? Tentu saja. Arvind segera turun dari tempat tidur dan bersiap membawa gadis itu ke rumah sakit namun__
Arvind melotot melihat warna merah membanjiri sprei di sekitar paha Ayyara.
"Ck! Apa yang terjadi?" gumam Arvind panik lalu bergegas menggendong tubuh Ayyara. Sepertinya kali ini, ia tidak punya pilihan lain selain membawa Ayyara ke rumah sakit.
Tiba di rumah sakit, Ayyara langsung ditangani oleh dokter. Sedang di luar, Arvind menunggu dengan cemas. Harusnya tadi pagi, ia tidak meninggalkan Ayyara sendiri.
"Ck! Sial." Maki Arvind lalu duduk di kursi tunggu.
Ceklek
"Suami bu Ayyara?"
Arvind berdiri. Ia tidak fokus dengan pertanyaan dokter.
"Ada apa, dokter?" tanya Arvind mendekat.
"Anda suaminya?"
Arvind menggeleng.
"Lalu di mana suaminya? Bisa panggil ke sini karena ini menyangkut janin yang__"
"Janin?" kaget Arvind.
Dokter mengangguk. "Anda tidak tahu kalau pasien tengah mengandung dua bulan?"
Arvind kembali menggeleng. Ia begitu terkejut, bagaimana Ayyara bisa hamil dua bulan saat ia baru menyentuh gadis itu tiga hari yang lalu.
"Apa dokter yakin bahwa wanita itu sedang mengandung?"
"Sangat yakin, pak. Dan kami juga ingin menyampaikan bahwa pasien keguguran."
Deg
Entah mengapa tiba-tiba saja jantung Arvind berdenyut sakit.
"Ke_keguguran?" Tanya Arvind memastikan.
Dokter mengangguk. "Dan karena usia kandungan kurang dari sepuluh minggu, maka tidak perlu di kuret. Pasien bisa langsung di pindahkan ke ruang rawat."
Tubuh Arvind mendadak lemas. Jika Ayyara keguguran maka sudah pasti ia adalah penyebabnya. Tapi siapa yang bisa menduga bahwa gadis itu tengah hamil, karena tiga hari yang lalu Arvind bisa memastikan bahwa Ayyara masih perawan
Tunggu?
Arvind melotot memikirkan beberapa kemungkinan. Karin mengaku hamil dua bulan sedangkan dua bulan sebelumnya mereka pergi ke rumah sakit untuk periksa kesehatan. Apalagi saat itu Arvind sangat ingat, bahwa ia memberikan spermanya sebagai sampel untuk diperiksa.
Belum lagi keanehan tentang kedatangan Ayyara. Mereka bertemu saat Karin membeli sate dan itupun di pinggir jalan? Sejak kapan Karin bisa makan sate di pinggir jalan dan merasa kasihan hingga mengajak seseorang tinggal di rumah.
Tangan Arvind mendadak gemetar. Jangan bilang kalau___
"Hhh_ aku harus menemui Karin." ucap Arvind lalu segera beranjak dari sana.
Arvind menyetir dengan ugal-ugalan. Ia ingin segera sampai dan memastikan segalanya.
Brakk
Arvind mendobrak pintu rumah mertuanya lalu melangkah masuk.
Karin yang sedang menghitung barang belanjaannya segera berdiri.
"Sa_sayang, kamu kok nggak bilang mau ke sini?" tanya Karin lalu segera memeluk Arvind.
Arvind mendorong tubuh Karin. "Aku hanya ingin memastikan keadaan bayiku." ucap Arvind datar.
Karin tersenyum. "Aku dan bayi kita baik-baik saja, sayang. Dia sangat sehat."
Arvind mengangguk. "Syukurlah. Aku menjadi sangat cemas karena sesuatu terjadi di rumah."
Karin menatap bingung. "Terjadi sesuatu di rumah? Apa sayang, katakan!"
"Ayyara jatuh dari tangga dan keguguran."
Deg
Tanpa sadar, Karin melangkah mundur lalu menggeleng.
"Tidak.. Tidak mungkin." gumam Karin.
"Apanya yang tidak mungkin?" tanya Arvind maju.
Karin menggeleng. Untung saja ia cepat menguasai dirinya. "Ti_tidak sayang. Aku hanya kaget saja. Sepertinya dia di usir dari rumah karena hamil di luar nikah." ucap Karin membuat Arvind menyeringai.
"Ya. Lagipula aku tidak peduli selagi calon bayiku aman." ucap Arvind menatap Karin.
Karin menelan ludahnya kasar. "I_iya sayang. Bayi kita aman."