"Frey...." Jevais kembali memanggil nama Frey saat wanita itu nampak enggan bicara dengannya. "Jangan terus menerus memanggil namaku, aku tidak tuli. Katakan saja apa yang mau kamu katakan," ucap Frey dengan tubuh yang terasa tegang. Jantungnya berdebar cepat, khawatir dengan apa pun yang Jevais akan katakan. Jevais berdehem. "Bisa kita bicara sambil duduk? Sepertinya pembicaraan kita akan panjang dan kita akan lelah karena terus berdiri. Terutama kamu baru saja kembali dari Paris." Frey mendesah pelan. Paris yang dikenal sebagai kota romantis sama sekali tidak meninggalkan kesan manis baginya. Yang dia rasakan selama di Paris adalah rasa miris, membayangkan apa yang sedang Jevais lakukan sampai lelaki itu tega menghancurkan liburan yang seharusnya menjadi momen bahagia keluarga keci