Chapter 6

1533 Words

Vivian POV Kubuka pintu ruang rapat perlahan, setelah mengetuknya tentu saja. Di sana sudah ada Ayah menungguku dengan tidak sabaran. Ia duduk di kursi tengah, menjalin kedua tangannya sambil memberiku tatapan tajam, tapi tidak terlihat murka seperti tadi, lebih ke rasa tidak rela kehilangan. "Duduk!" Ia menunjuk ke arah kursi di sebelah kanannya, tempat duduk yang biasanya Abang tempati. Aku menurut. Suduk dengan sopan sambil menunggu perintah, atau setidaknya pertanyaan interogasi yang telah tersusun rapi dalam benaknya. Selang lima menit kemudian, barulah Ayah memulai pertanyaan pertamanya tanpa mengalihkan tatapan dari ku. "Apa bagusnya pria seperti Prima Desmana? Dia bahkan tidak lebih bisa diandalkan dari mu." Oh, ternyata itu nama lengkapnya. Karena Melani masih saja belum member

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD