Chilla tersenyum sambil menghembuskan nafas lega begitu selesai menyiapkan sarapan untuk dirinya dan juga Toni. Saat ini di atas meja makan sudah tertata dua piring roti panggang serta telur mata sapi yang ia siapkan untuk dirinya dan juga Toni, selain itu ada juga dua gelas sus* coklat hangat. “Kayanya aku emang udah cocok jadi istri Toni,” gumam Chilla membanggakan dirinya. Chilla kemudian melirik jam dinding yang ada di atas tembok. Melihat jam yang menunjukkan pukul delapan pagi membuat dirinya teringat bahwa ia harus segera meminum obatnya saat ini. Karena terakhir kali melewatkan jadwal minum obatnya, dokter Amanda serta kedua orangtuanya menjadi sangat cerewet dan selalu mengingatkannya untuk tidak melupakan jadwal obatnya. Chilla akhirnya mengalah dan memutuskan untuk selalu mem