***
Sampai dilantai bawah Bima berkumpul bersama Daddy dan mommy Disha untuk sarapan, meskipun sebenarnya Bima masih canggung dengan orang tua Disha. Tak lama kemudian Disha muncul dari belakang untuk bersiap untuk sarapan juga.
"Good morning Daddy," ucap Disha, seraya duduk bersebelahan dengan Bima.
"Daddy tahu tidak siapa yang buat nasi goreng ini?" Tanya mommy Disha memecah suasana. Daddy Disha mengerutkan dahinya tak mengerti.
"Siapa?" Tanya Adit balik.
"Disha dad, sekarang Disha sudah bisa masak loh"
"Disha yang masak ini?" Tanya Adit tak percaya lalu menyuap nasi goreng ke mulutnya, "hmmm enak juga." Puji Daddy Disha. Disha hanya tersenyum mendengarnya lalu menatap Bima.
"Bagaimana honey, nasi goreng buatan Disha enak tidak?"
Bima yang baru menyuap nasi goreng ke mulutnya tiba-tiba tersedak saat mendengar pertanyaan Disha.
"Uhuk uhuk" Bima segera meraih minumnya lalu meneguknya, semua mata tertuju pada Bima membuatnya salah tingkah.
"Hmm enak enak," puji Bima juga, Disha tersenyum bahagia.
"Thank you honey" ucap Disha lalu melanjutkan makannya. Selesai sarapan Daddy Disha dan Bima bersiap ke kantor, sementara Disha ke sekolah.
"Bima mulai hari ini kita sama-sama ke kantor, jadi kamu yang bawa mobil," titah Adit.
"Tidak-tidak, pak Bima sekarang yang harus anterin Disha ke sekolah Daddy, kalau Daddy mau kita tukeran, Daddy sama mang Udin sopir Disha, dan Disha sama pak Bima," sergah Disha ikut berbicara.
"Apa?! , Nooo, Bima harus ikut Daddy," tolak Adit.
"Pokoknya pak Bima harus antar Disha, Daddy."
"Tidak, pokoknya ikut Daddy."
"Ikut Disha."
Disha dan Pak Adit saling beradu di saat sarapan sehingga membuat suasana ruang makan menjadi berisik, Ibu Lisa hanya menggelengkan kepalanya. Sementara Bima hanya bisa terdiam kebingungan seraya melihat Disha dan Daddy nya saling beradu. Sampai akhirnya Pak Adit pun mengalah.
"Baiklah" ucap Pak Adit akhirnya.
"Nah gitu dong. Thank you Daddy," ucap Disha tersenyum menang. .Selesai sarapan mereka semua beranjak dari duduknya, bersiap untuk pergi.
"Ayo honey, kita jalan," ajak Disha, Bima mengangguk menurut.
"Pak, bu, saya jalan duluan sama Disha," Sebelum pergi Bima berpamitan dulu pada orang tua Disha. Pak Adit hanya bergeming menatap Bima.
"Iya Bima, hati-hati dijalan," sahut Ibu Lisa.
Disha juga ikut berpamitan pada kedua orang tuanya. "Disha pergi dulu mommy, muah,” ucap Disha mendaratkan satu kecupaN di pipi Ibu Lisa.
"Disha pergi dulu Daddy, muaah.." ucap Disha setelah mengecup pipi Daddy-nya. Kemudian pergi menyusul Bima di mobil.
Sebelum pergi Pak Adit pamit kepada istrinya dulu, lalu pergi berangkat ke kantor untuk bekerja.
***
Dalam perjalanan ke sekolah Disha, Disha banyak berbicara dengan Bima, banyak hal yang ingin ia tanyakan tapi sepertinya waktu tidak memungkinkan mereka untuk banyak bercerita.
"Honey punya rumah?" Tanya Disha seraya menatap Bima yang sedang menyetir
"Saya tidak punya rumah, tapi punya apartemen," jawab Bima dengan lembut.
"Sama saja honey, " ucap Disha terkekeh. "Disha pengen deh ke apartemen honey, oh ya bagaimana kalau sebentar kita ke apartemen honey?" Ujar Disha mengungkapkan keinginannya itu
"Boleh, tapi nanti izin Daddy Disha dulu yah,” jawab Bima dengan pandangan tetap fokus ke depan.
"Iya nanti Disha izin sama Daddy,".
"Iya" sahut Bima.Tak lama kemudian mereka pun sampai di sekolah Disha.
"Yey akhirnya sampai !" Seru Disha. Bima hanya tersenyum menggelengkan kepalanya.
"Cepat pergi, nanti terlambat," titah Bima.
"Iya honey," ucap Disha, sejurus kemudian Disha bersimpuh di jok mobil agar bisa mencium Bima, melihat tingkah Disha, Bima jadi gelagapan.
"Disha nanti dilihat orang!" kata Bima berusaha menghindar. Sesekali mata Bima melirik kearah jendela mobil. Terlihat jelas banyak anak sekolah yang berlalu lalang masuk ke sekolah.
"Gak papa honey, cuma sebentar saja," paksa Disha langsung mengalungkan tangannya dileher Bima. Dengan terpaksa Bima mencium Disha sebelum istri Kecilnya itu membuat keributan. Merekapun saling berciuman dalam mobil beberapa saat.
"Disha sudah cukup, nanti kamu terlambat, saya juga nanti terlambat pergi kantor," Bima berusaha melepaskan diri dari Disha.
"Baiklah, terima kasih honey," ucap Disha merasa senang. Lalu mendaratkan satu kecupan sekilas di bibir Bima sebelum ia pergi.
"Bye-bye honey," pamit Disha seraya keluar dari mobil, Bima tersenyum kecil ia hampir saja tidak waras dibuat oleh Disha sejak kemarin.
"Dasar gadis omes, semoga saja aku bisa menyelesaikan kontrak ini ya Allah" gumam Bima dengan suara kecil sembari mengusap dadanya. Bima mulai menyetir kembali mobilnya keluar dari sekolah Disha, lalu melesat dengan cepat menuju kantor.
***
Disha berjalan masuk ke dalam sekolahnya dengan hati yang bahagia seperti di penuhi bunga-bunga yang indah di taman.
"Disha.." tiba-tiba terdengar suara memanggilnya, Disha sisi kanannya dan melihat Cici sahabatnya sudah berada disampingnya.
"Kenapa ci, panggil-panggil?" Tanya Disha.
"Gak ada, cuma pengen panggil aja," ucap Cici sambil ikut berjalan pelan sejajar dengan Disha.
"Hmmm" Disha hanya bergumam sambil senyum-senyum sendiri.
Sedari tadi Cici memerhatikan Disha senyam-senyum sendiri membuatnya penasaran.
"Woy kenapa kamu Dis senyam-senyum sendiri? Kesambet yah?" Tanya Cici membuat Disha terkejut.
"Gak ada ci, gak ada," jawab Disha gelagapan.
"Bohong kamu Dis, pasti ada sesuatu, jangan-jangan kamu balikan lagi sama Raka yah?" Tanya Cici berusaha menerka-nerka isi pikiran Disha.
"Idih sok tahu benget sih kamu Ci, ngapain juga aku mengingat orang yang sudah nyakitin aku," sangkal Disha sembari membengkokkan bibirnya.
"Disha!" tak lama kemudian terdengar suara laki-laki memanggil Disha, sesaat Disha dan Cici saling memandang, mereka sudah menebak kalau suara laki-laki yang memanggil Disha adalah Raka mantan pacar Disha.
"Umur panjang Dis, baru aja diomongin," bisik Cici.
"Aduuh aku malas ketemu Raka, ayo cepat jalan Ci," ajak Disha menyuruh Cici berjalan cepat. Namun saat mereka akan berjalan, Raka sudah berada di depan menghalangi jalan mereka.
"Dishaa, aku mau bicara sama kamu," ucap Raka mulai meraih tangan Disha, namun sekejap Disha menepis tangan Raka.
"Apa sih Raka, gak ada yang perlu dibicarakan lagi, kita itu sudah putus!" ketus Disha merasa kesal.
"Tapi aku masih sayang sama kamu Disha, aku cinta sama kamu," ucap Raka mengeluarkan gombalannya pada Disha.
"Tapi aku sudah gak cinta sama kamu Raka, maaf," ucap Disha kemudian meraih tangan Cici untuk pergi " yuk ci jalan."
Cici bergeming hanya bisa mengikuti Disha meninggalkan Raka sendirian, dengan mereka berjalan pergi ke kelas. Sebelum Raka menghalangi mereka kembali.
"Kamu kenapa sih Disha, sensi amat ketemu mantan, biasa aja kali!" Celetuk Cici meledek Disha.
"Hey! gak ada dalam kamus Disha ketemu mantan dijadikan teman, mantan itu dibuang ke sampah! Hahaha.." kata Disha tertawa keras.
"Gila kamu Dis!" Gerutu Cici.
"Biarin, lagian aku sudah move on kok dari Raka," kata Disha tersenyum mengingat Bima suaminya.
"Haaa kamu sudah punya pacar baru Dis? Siapa Disha? Anak kelas jurusan apa?" Tanya Cici kepo.
"Ada deh, yang pasti dia gak sekolah disini,"
"Wah asik dong, siapa sih?" Tanya Cici semakin penasaran.
Teng teng teng (suara bel sekolah)
"Rahasia dong" ucap Disha langsung berjalan ke tempat duduknya, karena guru mereka sedikit lagi akan datang.
"Ah Disha, pelit amat deh !" Seru Cici karena kesal. Cici pun mengikuti Disha ke tempat duduknya yang bersebelahan dengan Disha.
Tak lama kemudian seorang guru masuk dan diikuti seorang murid baru masuk ke kelas. Kelas yang sempat riuh seketika terdiam melihat seorang murid baru laki-laki yang sangat tampan dan keren, Disha melihat murid baru itu tampak biasa saja, sementara Cici mulutnya terperangah melihat murid baru itu.
"Disha, ganteng banget," bisik Cici.
"Ssstttt biasa aja menurut aku" bisik Disha.
"Selamat pagi anak-anak" ucap ibu Risma wali kelas Disha.
"Selamat pagi juga Bu," serentak semua murid dikelas menjawab salam.
"Kali ini kita kedatangan murid baru yah, pindahan dari Surabaya," ucap ibu Risma kemudian menoleh kearah murid baru itu, semua masih terdiam menyimak.
"Silakan perkenalkan dirimu," ucap ibu Risma.
"Baik Bu," jawab murid baru itu.
"Hay teman-teman semua, perkenalkan nama saya Dimas Anggara Pratama, saya asal dan pindahan dari Surabaya," ucap Dimas tersenyum, membuat semua gadis-gadis yang berada dikelas klepek-klepek termasuk Cici, tidak terkecuali Disha.
"Baiklah Dimas, silahkan kamu duduk disebelah sana bersama Rizki," ucap ibu Risma seraya menunjuk ke salah satu muridnya yang kebetulan duduk sendirian.
Dimas mengangguk kemudian berjalan pergi menuju tempat yang ditunjuk gurunya. Saat Dimas berjalan tiba-tiba matanya tertuju pada Disha yang kebetulan sedang melihatnya, Dimas tersenyum tapi Disha tak membalas senyumannya membuat Dimas salah tingkah. Setelah Dimas duduk, Mereka melanjutkan pelajaran sampai akhirnya bel istirahat pun berbunyi.
Saat Disha membereskan buku-bukunya, tiba-tiba terdengar suara laki-laki tadi menghampiri Disha dan Cici.
"Hay boleh kenalan," ucap Dimas mengulurkan tangannya,
"Aku Cici," dengan cepat Cici membalas uluran tangan Dimas, tapi bukan Cici yang dimaksud Dimas melainkan Disha, tapi Disha tak menghiraukannya.
"Oh Cici, salam kenal, yang disebelah boleh kenalan," ucap Dimas.
"Iya Dimas, salam kenal juga," sahut Cici tersenyum bahagia.
Dimas pun mencoba mengulurkan tangannya di hadapan Disha. Namun Disha tak membalas uluran tangan Dimas.
"Disha" ucap Disha, kemudian menarik tangan Cici. "Yuk Ci ke kantin" ajak Disha.
"Salam kenal Disha," ucap Dimas tersenyum, tapi lagi-lagi Disha tak membalas senyumannya.
"Kita sama-sama ke kantin boleh kan? Soalnya aku gak tahu kantin disini,"
"Boleh Dimas, boleh sekali," jawab Cici semangat.
"Ih Cici kamu ini apa-apaan sih," bisik Disha menyikut tangan Cici.
"Gak papa Dis, kesempatan ditemani cowok ganteng,"
"Ih dasar centil"
"Biarin" ucap Cici lalu mengajak Dimas.
"Ayo Dimas, kita sama-sama ke kantin," ajak Cici. Mereka pun sama-sama berjalan ke kantin, meskipun Dimas beberapa kali ingin berbicara dengan Disha tapi selalu saja Cici yang menjawab membuat Dimas merasa risih.