***
Pagi hari semua berkumpul ruang makan untuk sarapan, suasana yang dulu ceria kini tak adalagi, mereka semua tampak diam dan membisu tanpa saling memandang. Disha memain-mainkan makanannya karena tak selera makan.
"Mommy Disha sudah putuskan kalau Disha akan pindah ke apartemen pak Bima," ucap Disha seketika membuat suasana pecah. Bima mendengar ucapan Disha hampir tersedak makanan, tatapan Adit dan Lisa langsung mengarah pada Disha.
"Disha, apa yang kamu katakan? Kita tidak akan keluar dari sini," desis Bima.
"Daddy tak setuju"
"Kenapa Daddy? Apa Daddy akan terus-terusan menganggu Disha?" Tanya Disha menatap tajam Daddy-nya.
"Dishaaa" pekik Bima membuat mulut Disha terbungkam. Suasana semakin menegang mommy Disha tak bisa membendung air matanya mendengar keputusan Disha.
"Disha, mommy mohon jangan pergi dari sini nak," ucap Lisa terisak.
"Tidak mommy pokoknya Disha mau keluar dari rumah ini, Disha sudah besar dan Disha berhak untuk bebas." ucap Disha beranjak dari duduknya kemudian pergi dari ruang makan.
"Dishaaa" panggil Bima tapi Disha tak menghiraukan panggilan Bima. Bima kembali menoleh ke arah Adit Daddy Disha.
"Maafkan saya pak, Bu. Nanti saya akan coba bicara pada Disha." Ucap Bima langsung menghentikan sarapannya. Lalu beranjak dari duduknya.
"Biarkan saja kalau dia mau pergi," ucap Adit menahan amarahnya.
"Apa yang Daddy katakan? Mommy tidak setuju kalau Disha keluar dari rumah ini," papar Lisa merasa geram dengan keputusan suaminya itu.
"Pak saya mohon jangan mengambil keputusan seperti itu, saya akan berusaha membujuk Disha agar tidak keluar dari rumah ini." Bima melanjutkan langkahnya menyusul Disha keatas.
Sampai di kamar Bima melihat Disha sedang sibuk mengemasi semua barang-barangnya di koper. Dengan cepat Bima menarik Disha
"Disha, apa yang kamu lakukan? Kita tidak akan keluar dari sini,"
"Tidak honey, pokoknya Disha sudah putuskan akan keluar dari sini," sergah Disha, seraya memasukkan semua pakaiannya ke dalam koper. Dengan cepat Bima menahan koper Disha.
"Tidak, kita tetap akan berada disini"
"Lepas honey, kita harus keluar dari sini" ucap Disha menarik kopernya.
"Dishaaaa" panggil Bima, tetapi Disha tak menghiraukan. Ia tetap berjalan menarik kopernya. Bima pun menyusul dan menahan Disha saat berada didepan pintu.
"Kenapa kamu seperti ini Disha? Kamu mau buat malu saya? Buat apa kita menikah kalau jadi seperti ini?" Tanya Bima seketika membuat Disha terhenti, ia terus menangis mengusap air matanya.
"Honey please, Disha mau kita pergi dari sini, Disha ingin hidup tenang bersama honey," ucap Disha terisak. Bima mengusap rambutnya tak mengerti dengan jalan pikiran Disha. Padahal ia sudah membicarakan ini dengan Disha semalam.
"Permisi Tuan, Nona, dipanggil Tuan besar dibawah" tiba-tiba terdengar suara Bibi Tutik menyampaikan perintah dari Adit. Bima dan Disha menoleh kearah bi Tutik.
"Cepat ikut ke bawah," Bima menarik tangan Disha dengan kuat. Disha pun mengikuti Bima meskipun ia berjalan tergopoh-gopoh karena Bima berjalan terlalu cepat.
Sampai dibawah, Disha dan Bima berdiri dihadapan Adit, situasi semakin genting, mommy Disha semakin histeris melihat Disha.
"Pergi saja kamu kalau mau pergi dari sini, Daddy tak akan melarang-mu, tapi ingat Daddy tak akan memberimu uang jajan sekolahmu sampai kamu lulus." Ucap Adit dengan lantang. Mata Bima melotot, sementara Lisa semakin histeris mendengar keputusan suaminya itu.
"Daddy, mommy gak setuju, mommy gak mau pisah sama Disha," protes Lisa seraya terisak tangis.
"Pak jangan berikan keputusan seperti itu, saya mohon pak,"
"Tidak apa-apa, dia mungkin merasa sudah dewasa, jadi tidak mau diatur, bawa saja dia pergi dari sini." Ucap Adit lagi, meskipun sebenarnya ia berat melepas putri tercintanya itu. Disha hanya terdiam, ia hanya mementingkan keegoisannya saja tanpa memikirkan perasaan Daddy dan mommynya.
"Bi tutik" panggil Adit.
"Ya Tuan," sahut Bi Tutik,
"Panggil mang Udin kesini," titah Adit.
"Baik Tuan," sahut Bi Tutik kemudian pergi untuk memanggil mang Udin.
Tak lama kemudian mang Udin datang menghampiri Adit.
"Ada apa Tuan panggil saya?"
"Tolong kamu dan Bi Tutik kemasi semua barang-barang mereka dan bawa barang mereka pindah ke apartemen Bima."
Plak!
Seketika mata Bima melotot, wajahnya bagai ditampar mendengar keputusan Daddy Disha. Disha hanya diam, meski dalam hatinya merasa senang karena sekarang dia akan tinggal di apartemen bersama Bima tanpa gangguan Daddy-nya lagi.
"Daddy kenapa ambil keputusan sepihak tanpa meminta keputusan mommy, pokoknya mommy gak setuju Disha pergi Dad, mommy gak setuju," protes Lisa dihadapan suaminya, kemudian menghampiri Disha. Lisa meraih tangan anak kesayangannya itu.
"Disha, mommy mohon jangan pergi nak, mommy gak bisa kalau gak ada Disha dirumah ini," ucap Lisa memohon pada Disha agar tak meninggalkannya. Disha menatap mommy yang sudah berderai air mata, meskipun sedih meninggalkan mommy nya tapi tak meruntuhkan niat Disha untuk keluar dari rumah.
"Maafkan Disha mom, Disha harus pergi dari rumah ini, keputusan Disha sudah bulat" Disha melepaskan tangan mommynya. Sekilas Disha menatap Daddy-nya lalu kembali menatap mommy-nya.
"Tidak nak, Disha gak boleh ninggalin mommy," ucap Lisa, Disha tetap pergi meninggalkan mommy nya.
Bima hanya menundukkan wajahnya karena menyesali dengan keputusan Disha, perlahan Bima mendekati Adit, mertua sekaligus bosnya itu.
"Pak, maafkan saya"
"Kamu tidak perlu minta maaf, ini semua salah saya yang mendidik Disha, saya terlalu mengikuti kemauannya sehingga dia jadi begini," ucap Adit seraya menarik nafas berat, "oh ya Bima, saya serahkan putri ku padamu, tapi ingat jangan sentuh dia sampai lulus sekolah, saya beri kamu kesempatan, jadi jaga kepercayaan saya ini," lanjut Adit memberi perintah.
"Baik pak saya akan jaga kepercayaan bapak, ini kunci mobilnya," Bima menyerahkan kembali kunci mobil yang biasa dia pakai untuk mengantar Disha. "Kalau begitu saya pamit pak, permisi," pamit Bima kepada Adit, kemudian menghampiri Lisa ibu mertuanya itu. "Permisi Bu, saya pamit dulu"
"Iya Bima, tolong jaga Disha Bima, kalau ada apa-apa dengan Disha segera hubungi kami Bima,"
"Baik Bu saya akan jaga Disha." sahut Bima kemudian pergi meninggalkan kedua mertuanya itu. Tak lama kemudian Adit menghampiri berusaha menenangkan istrinya yang masih menangis terisak.
"Sudahlah mommy, ini cuma sementara saja, kalau Disha sudah lulus, kita ambil kembali anak kita." Ucap Adit memeluk Lisa mendekapkan kepalanya di dadanya.
***
Setelah sampai di mobil, Bima masuk kedalam dan melihat Disha masih terdiam tak menatapnya.
"Kamu benar-benar keras kepala Disha, kamu tega membuat orang tuamu seperti itu!"
"Sudahlah honey, Disha pusing, cepat jalan" titah Disha sambil memijit dahinya yang sakit. Bima terdiam sambil menarik napasnya, lalu mulai menancapkan gas mobil meninggalkan rumah Disha.
Sepuluh menit kemudian mereka sampai di apartemen, Disha masuk kedalam lalu menghempaskan pantatnya di sofa, sementara Bima masih sibuk memindahkan barang-barang bersama mang Udin. Setelah mang Udin pergi, Bima menghampiri Disha.
"Disha kamu tidak sekolah?"
"Disha hari ini absen dulu honey, soalnya sudah terlambat,"
"Okey, saya pergi ke kantor dulu, nanti saja barang-barangnya sebentar baru kita atur pas pulang kerja,"
"Ya honey,"
"Ini satu kunci untukmu, kalau Disha tidur kunci saja dari dalam lalu dilepas kuncinya, supaya pas saya pulang bisa buka dari luar,"
"Iya honey" sahut Disha dengan malas.
"Kalau ada apa-apa hubungi saja saya,"
"Okey"
"Saya pergi dulu!"
Disha hanya mengangguk tersenyum.
"Eh honey," panggil Disha mengikuti Bima, langkah Bima terhenti lalu memutar balik tubuhnya.
"Iya ada apa?"
Disha mengerucutkan bibirnya dihadapan Bima, Bima tersenyum menggelengkan kepalanya.
"Astaga disaat kamu marahpun masih sempat ingin berciuman,"
"Iya dong, harus, dan sudah menjadi rutinitas kita berdua honey,"
"Biar apa?"
"Biar honey jatuh cinta sama Disha,"
"Oh begitu, tapi bagaimana bisa saya jatuh cinta, kalau punya istri yang suka melawan sama orang tuanya"
Glek,
Disha merasa tersindir saat mendengar ucapan Bima,
"Honey bisa gak kita lupain soal itu, Disha malas bahas itu, sekarang Disha mau kita berdua saja,"
"Okelah kalau begitu, saya pergi dulu" pamit Bima.
"Eh belum cium, kalau honey gak cium, siap-siap sebentar Disha bakal teriak disitu," ancam Disha menunjuk kearah balkon apartemen. Mata Bima melotot.
"Hey, awas yah jangan teriak-teriak disitu"
"Ya sudah kalau begitu cepat cium, sudah jam berapa ini honey"
Bima mengusap wajahnya sambil menghela nafasnya, perlahan Bima menurunkan kepalanya mencium Disha untuk beberapa saat.
"Thank you honey" Disha tersenyum setelah melepas ciumannya.
"Ingat jangan teriak-teriak disitu,"
"Siap pak bos, hati-hati dijalan bye bye" Disha melambaikan tangannya pada Bima.
Bima pun berlalu pergi meninggalkan istri Kecilnya itu lalu menutup pintunya. Setelah Bima pergi, Disha tersenyum sendiri karena akhirnya ia bisa bebas dari Daddy-nya dan ini adalah kesempatannya agar bisa menggoda Bima suaminya.
"Yes, akhirnya Disha bisa berdua dengan pak Bima tanpa gangguan Daddy lagi, yeyeyeye !" Seru Disha bahagia.