***
Sore hari Adit pulang dari kantor, perasaan letih karena pekerjaan yang begitu menumpuk membuat wajahnya nampak kusut. Perlahan Adit berjalan masuk ke rumahnya dan mendapati istrinya sedang duduk santai sambil bermain gawainya.
"Sayang" panggil Adit pada istrinya.
"Eh Daddy, barusan pulang yah," Lisa beranjak dari duduknya menghampiri suaminya.
"Sayang, Disha sama Bima sudah pulang?" Tanya Adit seraya melonggarkan dasi di lehernya.
"Sudah Dad, barusan sekitar 30 menit yang lalu," jawab Lisa.
"Apa?! Dari 30 menit yang lalu? Berarti mereka baru pulang ?" Tanya Adit merasa gusar.
"Iya, katanya dari apartemen Dad,"
"Iya, tapi mereka dari jam 2 siang kesana, itu berarti ada sekitar hampir tiga jam mereka di apartemen, ngapain disana?" Tanya Adit merasa geram.
"Mommy juga gak tahu Dad, coba tanya langsung sama mereka, soalnya mommy lihat wajah mereka kusut gitu Dad,"
"Baiklah, Daddy ke atas dulu mom,"
"Iya Dad," sahut Lisa. Adit pun pergi berjalan keatas berniat bertemu dengan Bima dan Disha. Setelah Adit sampai diatas, Adit mulai membuka pintu kamar Disha, seketika Adit terdiam dan terhenti saat melihat anaknya sedang shalat bersama Bima. Adit mengurungkan niatnya, lalu menutup kembali pintu kamar Disha dengan pelan. Adit menarik napas panjang, emosinya seakan turun dan merasa tidak terjadi apa-apa antara Bima dan Disha. Adit pun melanjutkan langkahnya kembali ke kamarnya.
***
Setelah Bima mengucapkan salam penutup shalat, Disha mendekati Bima, mencium tangan Bima, Bima mengusap kepala Disha lalu mengecup kening Disha. Disha mendongak menatap wajah Bima sambil tersenyum.
"Thank you honey, sudah mau jadi imam Disha, Alhamdulillah Disha gak salah pilih suami,"
Bima hanya tersenyum menatap Disha.
"Iya sekarang Disha sudah jadi istri saya, jadi sudah tanggung jawab saya, dosa-dosa Disha sudah jadi tanggung jawab saya, makanya saya mengajak Disha sholat," ucap Bima dengan bijak.
"Iya honey, Disha juga tahu," sahut Disha,
"Honey Disha bisa ngomong sesuatu," ucap Disha serius.
"Mau ngomong apa?"
"I love you honey," Disha mengungkapkan perasaannya pada Bima, seketika membuat Bima terkejut.
"Hmm.."
"Kenapa honey gak balas? Honey sayang kan sama Disha?"
"Iya saya sayang sama Disha, tapi saya masih menganggap Disha sebagai adik saya. Tidak lebih, maafkan saya Disha, lebih baik saya jujur kan dari pada saya bohong,"
"Iya gak papa honey," jawab Disha mulai cemberut.
"Tapi kita tidak tahu kan bagaimana nanti, siapa tahu cinta itu tumbuh seiring berjalannya waktu, makanya Disha sekarang harus bersikap dewasa yah, soalnya saya suka wanita dewasa."
"Okey akan Disha coba, mudah-mudahan Disha bisa jadi seperti yang honey inginkan,"
"Iya, Aamiin"
"Honey cium Disha dong,"
"Ih dasar omes, tadi siang kan sudah cium-cium yang banyak, masak mau cium lagi,"
"Gak papa kan Disha minta cium yang banyak, biar dapat pahala yang banyak,"
"Hah, Disha.. Disha.. ada-ada saja kamu ini" Bima terkekeh melihat tingkah Disha yang omes.
"Nanti saja sebentar kalau sudah mau tidur, kita makan malam dulu, shalat isya, lalu Disha belajar, setelah itu baru kita istirahat,"
"Oooohhh honey lama sekali, padahal Disha mau ciumnya sekarang,"
"Ayo, gak boleh ngeluh, ingat mau jadi istri yang baik kan?"
"Iya-iya baiklah honey,"
Bima beranjak dari duduknya, kemudian mengajak Disha untuk berdiri dan merapikan kembali perlengkapan shalat mereka, lalu keluar dari kamar untuk makan malam.
***
Sudah tiga Minggu Bima tinggal bersama keluarga Disha, Adit yang awalnya curiga dengan Bima, kini sudah tak terlalu memikirkannya, karena ia yakin Bima bisa menjaga kepercayaannya, seperti cara kerja Bima yang bisa dipercaya. Hingga suatu ketika tanpa sengaja Adit memergoki Disha duduk dipangkuan Bima sedang berciuman mesra didalam kamar Disha. Amarah Adit kian membara, ia tak mampu lagi menahan emosinya.
"DISHAAA" suara teriakan Daddy Disha yang memekik telinga dua sejoli itu terdengar dari ambang pintu. Adit berjalan cepat menghampiri Disha dan Bima, lalu mendorong Disha hingga terhempas ke tempat tidur. Bima terkejut berusaha menenangkan Daddy Disha
"Kurang ajar,,,"
"Maafkan saya pak,"
PLAAAAKKKK,
satu tamparan keras melayang dipipi Bima membuat Disha menjerit kaget.
"DADDY!"
Disha segera bangkit dan mendorong Daddy-nya agar menjauh dari Bima.
"Daddy kenapa menampar pak Bima?" Teriak Disha dengan suara besar.
"Kamu juga anak kurang ajar"
"Pak jangan" teriak Bima, berusaha menenangkan, Namun tanpa sadar Daddy Disha menampar Disha dengan kuat.
PLAAAKKK
Disha meringis lalu menatap Daddy nya dengan air mata yang mulai mengembang dipelupuk matanya, pipinya merah karena bekas tamparan Daddy. Tiba-tiba Adit tersadar dari emosinya.
"Daddy" ucap Disha dengan lirih seraya memegang pipinya.
"Disha maafkan Daddy," ucap Adit menyesal.
"Daddy menampar Disha sekarang," ucap Disha mulai gemetar, hatinya seakan sakit mendapat tamparan untuk pertama kalinya dari Daddy-nya sendiri selama seumur hidupnya.
"Maafkan Daddy" Adit mencoba merangkul Disha, tetapi Disha menolaknya.
"I HATE YOU DADDY" pekik Disha dihadapan Adit, kemudian berlari pergi keluar kamar, meninggalkan Daddy-nya bersama Bima. Setelah Disha pergi Bima mencoba mendekati Adit berusaha menjelaskan semuanya.
"Pak saya minta maaf atas sikapku terhadap Disha, saya minta maaf, saya dan Disha sering melakukan itu, tapi hanya sebatas ciuman saja tidak lebih, maafkan saya pak" ucap Bima memohon maaf kepada Daddy Disha sambil menangkupkan kedua tangannya didepan d**a. Adit hanya mengusap wajahnya menyesali perbuatannya.
Lisa yang mendengar keributan dari kamar anaknya segera beranjak dari ranjangnya dan keluar kamar, saat Lisa keluar kamar, ia berpapasan dengan Disha, ia melihat anaknya sudah berderai air matanya membasahi pipinya.
"Disha kamu kenapa nak?"
Disha hanya terdiam tak menghiraukan pertanyaan mommy nya, ia tetap pergi meninggalkan mommy-nya, membuat Lisa kebingungan.
***
Bima mencari Disha diseluruh ruangan namun tak mendapati Disha disana, beberapa Bima memanggil tak ada sahutan sama sekali, hingga akhirnya Bima melihat Disha sedang duduk sendirian di kolam dengan setengah kakinya berendam di air.
"Dishaa" panggil Bima sambil menghampiri Disha. Disha hanya menoleh tanpa menjawab panggilan Bima. Ia masih sakit hati dengan perlakuan Daddy-nya.
"Kenapa Disha disini? Disha masih marah yah sama Daddy Disha?" Tanya Bima setelah duduk disebelah Disha.
"Disha gak suka perlakuan Daddy seperti tadi," jawab Disha seraya mengusap air matanya.
"Disha, maafkan saja Daddy yah, Disha gak boleh gitu, apa yang Daddy Disha lakukan tadi memang salah karena menampar Disha, tapi yang dilakukan Daddy Disha itu untuk kebaikan Disha juga, untuk masa depan Disha."
"Tapi Disha gak suka Daddy menampar honey, kita kan suami istri honey, tidak ada salahnya kan kita berciuman, tapi kenapa Daddy seperti itu, Disha gak suka, hiks hiks" ucap Disha terisak.
"Saya sudah maafkan Daddy, lagian yang Daddy lakukan itu memang benar, andai saya punya anak perempuan, pasti saya akan melakukan hal yang sama." Jelas Bima.
"Sebenarnya Daddy Disha tidak melarang, hanya saja mungkin Daddy belum izinkan Disha untuk melakukan hal tadi karena takut sekolah Disha akan terganggu, makanya saya sudah bilang dari awal, sebenarnya kita jangan melakukan ini sebelum Disha lulus sekolah, tapi saya juga bingung harus bagaimana?, saya juga tidak mungkin menolak permintaan istriku," jelas Bima lagi panjang lebar. Disha terdiam sesaat menyimak bicara Bima.
"Honey, kenapa sih Daddy melarang kita untuk hubungan? Sebenarnya ada apa? Disha tidak mengerti, padahal kita sudah menikah,"
"Jawabannya sudah saya katakan padamu Disha, hanya satu itu, karena kamu masih sekolah, kita tidak bisa melakukan itu sebelum kamu lulus."
Disha mengusap wajahnya sambil mendesah resah karena bosan mendengar Jawaban itu dari Bima.
"Oh my God, Disha bosan dengar itu-itu terus, harus lulus sekolah dulu, aaarrggghh'" gerutu Disha. Bima menggelengkan kepalanya. Bima mengerti perasaan Disha saat ini, jadi ia tak mau terlalu banyak bicara dengan Disha.
"Sudah marahnya?" Tanya Bima,
"Belum,"
"Okey, katakan kalau sudah selesai marahnya, saya akan menunggu,"
Tak lama kemudian Bima bernyanyi sebuah lagu asal band Malaysia, berusaha menghibur Disha.
Dinda jangan marah-marah
Takut nanti lekas tua
Kanda setia orangnya
Takkan pernah mendua
Dari jutaan bintang
Dinda paling gemerlapan
Dari segenap wanita
Dindalah yang paling menawan
Disha mulai tersenyum mendengar nyanyian Bima. Sesaat kemudian mereka terdiam, perlahan Disha menatap Bima dengan lekat.
"Honey" panggil Disha.
"Iya Disha"
"Bagaimana kalau kita pindah ke apartemen saja, kita tinggal disana biar Daddy tak mengganggu kita lagi," ucap Disha mengutarakan pendapatnya pada Bima. Bima tersenyum menatap Disha.
"Maaf Disha, dengan keluar dari rumah tak akan menyelesaikan masalah, justru itu akan membuat Daddy semakin marah, sebaiknya kita ikuti saja kemauan Daddy Disha yah,"
"Tapi Disha pengen bebas, pengen hidup tenang bersama honey,"
"Nanti ada saatnya Disha bisa bebas, tapi belum sekarang, karena Disha masih tanggung jawab Daddy menyekolahkan Disha,"
Disha menarik napas panjang, sepertinya idenya takkan berhasil karena Bima selalu saja seperti membela Daddy-nya.
"Sudah malam Disha, kita masuk yuk, saya sudah mengantuk," ajak Bima. Disha melihat wajah Bima seperti sudah mengantuk, dengan terpaksa Disha menuruti Bima.
"Ya honey," sahut Disha. Mereka pun beranjak dari kolam renang dan masuk ke dalam rumah, perlahan mereka berjalan pelan hingga akhirnya mereka sampai di kamar. Merekapun mulai mengatur posisi tidur.
"Disha jangan marah lagi sama Daddy yah, maafkan saja Daddy, lupakan semua yang telah terjadi tadi," Bima memberikan pesan sebelum tidur, Disha hanya mengangguk meskipun sebenarnya dalam hatinya masih menyimpan rasa sakit hati pada Daddy-nya.
"Selamat tidur Disha,"
"Selamat tidur juga honey"
Merekapun sama-sama menutup mata dan terlelap bersama.
Bersambung..