***
Sudah satu bulan Disha dan Bima menjalani hidup bersama di apartemen, Bima masih belum menyentuh Disha karena teringat dengan janjinya bersama Daddy Disha, meskipun Disha beberapa kali mencoba merayu Bima agar bisa melakukannya, tapi untunglah Bima masih bisa mengontrol hasratnya.
"Honey bangun sudah pagi" panggil Disha.
Cup.. Cup... Cup..
Entah berapa kali Disha memanggil seraya mendaratkan kecupan di wajah suaminya itu, agar terbangun, namun Bima tak bangun juga hingga akhirnya membuat Disha kesal.
"Okey kalau honey, tidak mau bangun, Disha mau pegang itu yah," ancam Disha, dengan pelan Disha menyibak selimut mencoba memegang senjata milik Bima.
"Eiit tidak boleh, awas kalau menyentuh itu!" cegah Bima langsung membuka matanya lalu menahan tangan Disha dengan cepat, Disha terkikik melihat wajah Bima yang menegang.
"Hihihi, siapa suruh honey tidak mau bangun,"
"Hmmm.. iya ini saya sudah bangun" ucap Bima melepas tangan Disha lalu melenguh menarik tubuhnya.
"Honey kita liburan kemana hari ini? Disha suntuk di apartemen, pengen jalan-jalan"
Bima mengerjapkan matanya menatap Disha, ia terus menelan ludahnya yang kering sambil memikirkan tempat yang akan mereka pergi sebentar.
"Honey kok diam, Disha tanya hari ini kita kemana?"
"Bagaimana kalau ke Dufan?" Tanya Bima menghembuskan napasnya.
"Boleh juga sih, walau sebenarnya Disha bosan kesana, tapi gak papalah," ucap Disha setuju. Disha menarik tangan Bima agar segera bangkit dari tidurnya, "ayo honey, siap-siap"
"Iya, Disha duluan yah siap-siap, nanti saya belakangan,"
"Baiklah" sahut Disha kemudian turun dari ranjang bersiap untuk mandi.
Setengah jam kemudian, mereka sudah siap untuk pergi ke Dufan menikmati weekend mereka. Akan tetapi ada sesuatu yang mengganjal dimata Bima saat melihat pakaian Disha yang agak terbuka.
"Kamu pakai ini?"
"Iya honey, cantik kan?" Tanya Disha seraya memutar-mutar tubuhnya dihadapan Bima.
"Saya tidak suka baju Disha yang seperti ini, cari baju yang lain saja" titah Bima sambil berdecak pinggang.
"Tapi honey, ini baju bagus menurut Disha."
"Menurut Disha bagus, tapi menurut saya gak baik pakai baju seperti itu, apalagi Disha itu istri saya, saya gak mau tubuh istri saya dilihat seenaknya saja" cetus Bima, Disha mengerjapkan matanya mendengar ucapan suaminya barusan.
"Ih honey kenapa sih? Lagi sensi yah hari ini? Biasa aja kali" Disha tersenyum meledek melihat Bima.
"Saya gak sensi, saya serius." Bima menatap Disha dengan tajam. Disha terkikik melihat tingkah Bima yang aneh.
"Baiklah Disha ganti baju dulu deh, dari pada suami Disha marah-marah," ucap Disha mendekati Bima, "Jangan marah-marah dong Honey entar cepat tua," sekilas Disha menyentuh dagu Bima kemudian berlalu pergi.
Tak lama kemudian Disha muncul dengan celana Levis dan t'shirt hitam dengan luaran kemeja kotak-kotak berwarna merah yang sengaja tidak dikancing terkesan seperti ABG yang baru menginjak dewasa.
"Bagaimana honey?" Bima mengangkat jempolnya sambil tersenyum memandangi Disha.
"Terima kasih honey."
"Ya sudah sekarang kita jalan."
"Okey" Disha mengangguk setuju.
Mereka pun sama-sama berjalan pergi keluar dari apartemen. Setelah sampai diparkiran mobil dengan hati gembira Disha masuk kedalam mobil.
"Honey" panggil Disha setelah Bima masuk ke dalam mobil. Bima menoleh kearah Disha yang sedang bersimpuh dijok mobil mendekati Bima.
"Disha, kamu mau ngapain?"
"Biasa honey, cium"
"Astaga disini banyak orang Disha!” Pekik Bima.
"Gak papa honey, sebentar saja" Disha semakin mendekati Bima lalu mendekatkan wajahnya, dengan ganas Disha melumat bibir Bima. Mata Bima melotot sesekali melirik kearah luar memastikan tidak ada orang di luar sana. Disha menarik kepala Disha hingga ciuman mereka terlepas.
"Sudah cukup Disha, nanti kita lanjut setelah pulang dari Dufan, okey."
"Baiklah honey," sahut Disha kembali duduk pada posisi semula.
Bima pun mulai menyalakan mesin mobil, dan menancapkan gas mobilnya, mereka melaju dengan cepat menuju Dufan.
***
"Mana Ci, Disha? Katanya mau datang kesini," tanya Dimas merasa gusar, karena sudah setengah jam mereka menunggu di Dufan tapi Disha tak kunjung datang. Cici mulai merasakan gematar karena takut Disha tak datang ke Dufan, sudah terlanjur berbohong pada Dimas tentang Disha.
"Iya, tunggu sebentar lagi Dimas, sabar dong" kata Cici terus memegang ponselnya berusaha menghubungi Disha.
"Atau kamu tunggu disini yah, aku cari Disha dulu,"
"Okey jangan lama-lama yah"
"Iya" sahut Cici.
Cici berjalan pergi untuk mencari Disha, meskipun ia merasa bersalah karena telah membohongi Dimas mengatakan Disha ingin bertemu dengan Dimas di Dufan, tapi ia berharap bisa bertemu Disha disana.
"Duh dimana sih Disha? Tadi dia buat story' mau ke Dufan, kok gak ada yah? Apa gak jadi yah Disha ke Dufan?" Gumam Cici penuh tanya.
Setelah hampir sepuluh menit Cici berjalan, tiba-tiba ia melihat seperti sosok Disha yang sedang bergandengan tangan dengan seorang pria dewasa. Cici pun mencoba mengikuti mereka, hingga akhirnya Cici menghampiri Disha.
"Disha" panggil Cici.
Disha menyipitkan matanya melihat seseorang memanggilnya dari depan sedang menghampirinya.
"Cici" sebut Disha melihat Cici dengan jelas.
"Disha, kamu sama siapa?" Tanya Cici setelah sampai dihadapan Bima dan Disha.
Bima dan Disha saling memandang kebingungan, Bima melepaskan tangannya dari Disha.
"Saya omnya Disha" Bima memperkenalkan dirinya sambil mengulurkan tangannya. Mata Cici tak henti-hentinya memandangi wajah Bima yang tampan.
"Saya Cici om, ih om ganteng deh," puji Cici membalas uluran tangan Bima, mata Disha membeliak mendengar pujian Cici. Sementara Bima tersenyum mendengar pujian Cici.
"Terima kasih Cici" ucap Bima.
"Kamu ngapain disini Ci?" Tanya Disha.
"Oh iya, kebetulan aku lagi jalan-jalan Disha, oh ya Disha ada sesuatu yang ingin aku omongin,"
"Ngomong apa Ci?"
"Ada sesuatu Dis," Cici menarik tangan Disha mambawanya sedikit menjauh dari Bima.
"Dis, tolongin aku yah," bisik Cici.
"Tolongin apa Ci?"
"Aku kesini sama Dimas, dan Dimas pengen ketemu kamu Dis,"
"Apa?!" Disha terkejut.
"Maafin aku Disha gak bilang ini sama kamu,"
"Ih kamu gila Ci," cetus Disha. Cici pun meraih tangan Disha karena merasa bersalah.
"Maafin aku Dis, tapi tolong bantu aku sekali ini saja yah, please."
"Tapi aku jalan sama om Bima gimana?"
"Kita ketemu sebentar aja sama Dimas, lalu kamu bisa lanjut jalan sama om Bima,"
"Tapi Ci,"
"Ya udah kalau kamu takut, nanti aku bicara sama om Bima," Cici menarik tangan Disha hingga mereka kembali dihadapan Bima. Disha dan Cici saling menatap ketakutan.
"Om bisa pinjam Disha sebentar gak? Soalnya ada hal penting" ucap Cici. Bima mengerutkan keningnya mendengar ucapan Cici.
"Memang kalian mau kemana?"
"Ada om, sebentar saja yah, please om,"
Bima menarik napas berat seraya menatap Disha yang nampak diam.
"Okey, tapi jangan lama-lama, dan jangan pergi jauh-jauh,"
"Iya om, gak lama kok," ucap Cici merasa senang lalu mengajak Disha " ayo Disha kita pergi"
"Ho eh om, Disha pergi dulu," pamit Disha.
"Iya Disha" sahut Bima.
Disha dan Cici pun pergi menemui Dimas yang sedang menunggu didekat wahana tornado. Sementara Bima hanya tersenyum menggelengkan kepalanya melihat tingkah kedua gadis kecil tadi.
Saat Bima berdiri sendiri melihat keramaian Dufan, tiba-tiba ia melihat seorang wanita yang tak asing sedang berjalan sendirian.
"Raisya" sebut Bima. seraya membuka kacamata hitamnya.
Raisya adalah pacar Bima selama enam bulan belakangan ini, mereka dipertemukan di suatu event untuk penggalangan dana sosial untuk anak yatim-piatu, dan Bima adalah anggota donatur tetap di yayasan yang event nya dibuat oleh Raisya dan teman-teman mahasiswa lainnya.
"Raisya" panggil Bima sambil berjalan menghampiri Raisya. Gadis cantik jelita yang mempunyai tinggi hampir sepadan dengan Bima itu menoleh kearah suara yang memanggil nya.
"Mas Bima," ucap Raisya tersenyum menatap Bima.
"Kamu ngapain disini? Pasti ada event lagi yah untuk penggalangan dana" ucap Bima sudah bisa menebak aktivitas Raisya.
"Iya mas, betul" Raisya mengulum senyumannya dibibirnya mendengar Bima menebaknya.
"Baguslah kalau begitu, kamu benar-benar gadis yang luar biasa,"
"Terima kasih mas, oh iya mas gak pengen lihat eventnya"
"Hmm pengen dong masak tidak, ayo kesana," ajak Bima, lalu meraih tangan Raisya menggenggamnya dengan erat. Raisya semakin tersipu malu merasakan sentuhan tangan dari Bima. Merekapun sama-sama berjalan menuju event yang diselenggarakan oleh Raisya.
***
"Disha, kamu tau gak, wajah om Bima kayak gak asing aku lihat," ucap Cici saat ia bersama Disha berjalan beriringan. Disha menoleh kearah Cici keheranan.
"Gak asing gimana sih maksud kamu?"
"Wajah om Bima seperti mirip wajah Dimas." Jawab Cici menebak. Seketika Disha terkekeh.
"Kamu asal aja, masak wajah Dimas mirip omku"
"Ya cuma nebak aja sih" kata Cici ikut terkekeh bersama Disha. Merekapun melanjutkan langkah mereka menuju tempat Dimas menunggu.
Beberapa saat kemudian Disha dan Cici sampai. Disha melihat Dimas sedang duduk menunggu.
"Dimas, ini Disha," ucap Cici tersenyum. Disha hanya tersenyum kaku melihat Dimas.
"Disha kamu dari mana saja? Dari tadi aku menunggu kamu disini,"
"Hmm Disha jalan-jalan tadi, sama.."
"Disha kesini sama om nya Dimas, makanya Disha gak bisa langsung ketemu kamu, soalnya kita takut nanti omnya Disha marah, iya kan Disha?" Jelas Cici menoleh kearah Disha mengedip-ngedipkan matanya.
"I-ya Dimas, Disha kesini sama om Disha,"
"Oh seperti itu, terus om nya dimana?"
"Ada disana" ucap Disha menunjuk kearah tadi ia berdiri bersama Bima.
"Oh, Gak papa kan kalau aku ajak kamu jalan Disha?"
"Hmm gimana yah," Disha kebingungan menatap Dimas.
"Iya Disha, kita jalan sama-sama,"
"Terus om ku gimana?"
"Hmm iya juga,"
"Jadi gimana?" Tanya Dimas.
"Boleh, tapi sebentar aja yah, aku takut om ku marah,"
"Oh iya gak papa, yang penting aku bisa jalan sama kamu Disha." Ucap Dimas tersenyum bahagia. Mereka bertiga berjalan bersama mencari wahana yang akan mereka coba.
***
Setelah menempuh perjalanan yang panjang akhirnya mereka tertuju pada satu wahana yang lumayan ekstrim yaitu halilintar, dengan cepat mereka berjalan menuju wahana Halilintar. Namun saat mereka sedang berdiri diantrian tiba-tiba mata Disha tertuju pada Bima yang sedang menggandeng seorang wanita. Hatinya bergemuruh, amarah kian membara,
'Ih ngapain honey gandeng cewek lain?' batin Disha seraja mengepalkan tangannya lantaran emosi. Sejenak Disha mengatur nafasnya mencoba meredam emosinya.
"Ayo Disha, kita masuk" ajak Dimas. Disha menoleh kearah Dimas, ia menatap Dimas dari atas sampai bawah. Lalu sedikit tersenyum.
'okey, emang cuma honey saja yang bisa, Disha juga bisa lakukan,"
Sekejap Disha meraih tangan Dimas, lalu menggenggamnya dengan erat.
"Dimas ikut Disha yuk." ajak Disha.
Dimas dan Cici saling menatap kebingungan melihat wajah Disha yang tiba-tiba berubah.
"Mau kemana?" tanya Dimas.l tidak mengerti.
"Ikut aja Dimas,"
"Tapi ini kita sudah beli karcis," celetuk Cici.
"Gak usah, sebentar saja kita mainnya," ucap Disha berdengus kesal saat melihat Bima semakin romantis menggandeng wanita itu. Dimas pun menurut mengikuti kemauan Disha