2. Ebi

1866 Words
“Jadi nama lo Queen?”   Queenbe mengangguk sambil menarik nafasnya, gemetar.   “Enggak malu lo punya nama itu tapi bentuk kayak gini?” Queenbe kembali menggeleng. Nama itu diberikan oleh Mamaknya yang ingin ia menjadi seorang yang bijaksana, adil serta baik hati, seperti seorang Ratu.   “Waduh, dia berani jawab. Sikatlah anjeng,” ujar seorang perempuan dengan laga tomboi yang saat ini tengah duduk di atas kursi. Hidungnya bertindik, lengan bajunya dilipat.   Gadis dengan rambut bewarna merah itu mendengus. Namanya Claire. “Gue enggak mau ah ngotorin tangan ngurusin tikus got.”   Dua teman lain-lainnya tertawa mendengar ejekan gadis yang nampaknya menjadi pemimpin disini. Total ada 4 orang yang mengepung Queen.   Dan tidak ada satu pun yang menatapnya kasihan. Mereka menatap benci ke arahnya.   Memangnya apa yang ia lakukan?   Queen menggeleng pelan ketika melihat Sofia hendak turut membela, ia tidak ingin gadis itu ikut terkena getahnya juga. Teman-teman kelasnya hanya bisa diam ketika melihat Queen diperlakukan seperti ini. Mereka semua takut.   “s**u basinya mana guys?” Queen meneguk ludahnya susah payah ketika melihat gadis lain memberikan dua botol s**u pada Claire. Ah, tenang Queen. Lo bawa baju olahraga. Lo bisa pake itu nanti. Batin gadis itu masih berusaha untuk tenang.   “Ambil tasnya,” suruh Claire.  Temannya itu menurut layaknya menjadi babu wanita itu. Tasnya dibuka dengan paksa, Queen mototot saat baju olahraganya dikeluarkan lalu dijatuhkan ke lantai dan di siram dengan satu botol s**u basi.    Hatinya sesak, tenggorakannya terasa tercekat. Matanya memanas siap ingin meluncurkan kristal air mata. Apa ini yang dirasakan Sella?   “Pikir deh pake baju apa.” Queen memejamkan matanya saat gadis itu mulai melangkahkan ke arahnya. Ah, nanti ia pulang cepat saja dengan alasan tak enak badan.   Queen mendengar teman-temannya berteriak heboh, namun ia masih memejamkan mata dan menahan nafas. Apa s**u itu sudah tumpah? Namun kenapa ia malah mencium bau harum permen karet? Bukan s**u basi? Tubuhnya juga tidak merasakan basah. Aneh.   Matanya sontak memelotot kala terbuka dan melihat gadis yang tadi hendak menumpah s**u padanya, malah sudah basah kuyup dengan s**u itu. Apa sekarang ia punya kekuatan super yang baru keluar disaat tersedak seperti ini? Kayak di film-film?   Queen mengerutkan dahinya saat melihat Sofia menujuk-nunjuk ke arah sampingnya. Mulutnya menganga ketika melihat siapa yang ada di sebalahnya. “Kenapa lo ngelihatin gue kayak gitu?” ketus lelaki itu membuat Queen tergagap.   “Gala, kenapa lo numpahin susunya sama gue? Bukan sama si muka gersang itu!”   “Dia udah permaluin lo, Ga. Gue ngasih hukuman sama dia!” seru gadis itu mengamuk.   “Dih, anak t***l,” seru Gala membuat Queen yang disampingnya terkejut. “Yang nyuruh lo siapa? Untung enggak gue ambil tuh air got buat nyiram lo sama kacung lo.”   “Gue ngehukum orang, bukan cuman karena masalah sepele itu b**o,” ujar lelaki itu lagi. Pedas.   “Gue mau masuk Gala Squad. Ga,” erang Claire.   Lelaki disamping Queen itu berdecak. “Enggak ada, enggak ada. Jadi tukang bawain minum aja lo masih kurang.”   “Lo beresin kotoran ini, cuci baju olahraga dia. Kalo gue lihat si cewek ini enggak pake baju olaraga siang nanti. Gue nanti temuin lo, bawa pasukan,” lanjutnya membuat keempat siswa tadi memelotokan mata mereka.   Gala langsung mengalihkan pandangannya pada Queen. Dan perempuan itu langsung menundukan kepalanya sambil berujar. “M-makasih.”   “Heh? Lo pikir kita udah selesai?” tanya Gala. Ia kemudian menarik ujung lengan baju Queen keluar kelas membuat siswa-siswi yang berada disana berteriak heboh.   “Anjir, semoga ini kayak yang ada di drama korea!”   “Mimpi!”   “Haluu!”   ———-   “Nama lo siapa?”    “Queenbe Zaneka Tanoto.”   “Hah? Jomplang banget yang terakhirnya.”   “Itu nama ayah gue,” jawab Queen. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya saat merasakan sinar matahari yang begitu terik. Dan sedikit takut karena sekarang berada di rooftop sekolah. Apa lelaki itu ingin mendorongnya dari atas?   “Bunda gue tadi ada ngomong sama anak sekolah ini enggak?”   “Iya,” angguk Queenbe.   Ekspresi laki-laki itu langsung berubah terkejut. “Lo jangan pernah ngomong ini sama yang lain. Kalo—“   “Bunda lo tadi ngomong sama gue.”   “Hah?” Gala cengo. Kemudian menghela nafas. “Maksud gue ke selain lo.”   “Enggak ada, Bunda lo tadi buru-buru.”   Gala menghela nafas lega. Kemudian merenggut. “Lo pake apa ke sekolah?”   “Naik motor sama ayah.”   “Maksud gue skincare?”   “Bedak bayi aja.”   “Hah? Lo bukan kaum yang sering bikin status, apa cuman gue yang skincarenya bedak bayi. Iya atau enggak?”   “Skincare semuanya mahal.”   Wajah Gala tiba-tiba berubah menjadi mengangguk setuju. “Iya, sih. Habis satu juta untuk tonner.”   “Apa?! Satu juta?!” seru Queen memajukan kepalanya membuat Gala meneguk ludahnya susah payah saat gadis itu berada dekat dengannya.   Bukan, bukan. Gala bukan deg-degan seperti jatuh cinta. Ia hanya sedikit risih melihat wajah gadis itu yang sangat berminyak sekarang. Rasanya lelaki itu sangat gatal untuk membersihkan minyak itu dengan tisu atau kertas penyerap minyak.   “Iya, cuman satu barang aja, sih. Belum yang lain,” angguk Gala.   Gala memperhatikan ekspresi Queen, gadis itu membuatnya terkejut. Pertama, jika ia membicarakan hal ini pada orang lain. Pasti ada saja yang bilang, alah cuman dua juta doang, gue blalala. Setan. Padahal Gala cuman mau memberi tahu karena ada yang bertanya. Tapi, sih dilihat dari gayanya, gadis ini tidak akan sanggup membeli itu. Lihat saja reaksinya.   Tapi, dimana wajah iri gadis itu? Apa dia berusaha menutupinya? Tapi, tidak. Gadis itu terlihat biasa biasa saja.   “Kenapa lo enggak iri?”   “Karena gue bersyukur. Lo harus sering bersyukur, punya uang lebih untuk beli itu. Tapi jangan lupa untuk ditabung dan di sedekahkan.” Hah? Apa Gala baru saja ceramahi?   Queen bergerak mencari kursi, sungguh kakinya masih gemetar sekrang. Untung ia bisa menahan agar tidak menangis tadi. Gadis itu mengalihkan pandangannya pada lelaki disampingnya. Sejak kapan dia disini?   “Lo mau kerupuk?” tanya Queen asal.   “Hah?” Gala kembali dibuat bingung. Kok dia ditawari kerupuk?   Queen membuka tasnya yang sedikit basah, dia mengeluarkan kerupuk dan bekal. Untung bukunya sudah ditaroh dibawah meja sehingga tak akan basah.   “Ini kerupuk udang.”   Gala mengambilnya, lelaki itu cukup suka kerupuk yang biasa ditemui di pesta ini.   “Jadi inget makanan perancisan.”   “Lo mau bekal gue?” Queen membuka bekalnya. Dan Gala terkejut. “Ini lauk dari pesta yang mesan kerupuk Mamak gue. Tapi ini tadi udah dipanasain kok.”   “Lo makan gimana?” tanya Gala.   “Nanti aja.”   Lelaki itu mengangguk, ia mengeluarkan tisu basah dari kantongnya dan mengelap sendok dan garpu milik Queenbe. Tak lupa ia juga membersihkan tangannya sebelum makan.   “Ebi. Gue panggil lo Ebi aja ya,” sahut Gala sambil mengunyah.    “Kenapa?” tanya Queenbe memberi minumnya.    “Lo suka udang, Ebi adalah salah satu olahan udang.”   “Nama Queen ga cocok sama gue ya?” tanya Queen sambil tersenyum miris. Ia jadi teringat dengan perkataan Claire.   “Lo mikirin omongan si t***l tadi? Enggak usah dipikian. Nama lo udah bagus. Tapi kalo manggil lo susah. Kayak gue. Gala, dipanggil Ga atau La. Kalo lo, Queen. Dipanggil en? Mau?   “Mau ya?” tanya Gala lagi. Dan, Queenbe mengangguk.   “Eh, iya, lo nanti ikut gue ya?   “Kemana?”   “Ikut gue aja. Lo jadi teman gue sekarang.”   —-   “Queen.... huhu! Gue enggak percaya lo masih hidup.”   “Lo enggak diapa-apainkan?” Queen menggeleng, dia duduk dibangkunya dengan tubuh lemas seperti agar-agar. Gadis itu melipat kedua tangannya diatas meja dan menempelkan kepalanya diatas  sana.   “Si Gala itu siapa, sih?” tanya Queen.   “He is real Queen,” ujar Sofia dengan senyum cerah. “Dia ratunya di sekolah ini.”   Queen mengangguk, tidak mencela karena seorang Ratu sekolah ini. adalah seorang laki-laki. Nyatanya, sebelum ada panggilan Raja, Ratu biasa digunakan oleh lelaki.   “Tapi dia ternyata baik,” gumam Sofia tersenyuk dengan mata berbinar. “Andai dia ngelirik gue.”   “Tapi dia jahat,” ujar Queen mendongakan kepalanya.   Sofia mendengus, ia menatap Queen. “Lo masih berpikir perempuan kayak Sella itu bisa dibicaraiin baik-baik?”   “Lo bisa jamin?” tanya Sofia lagi.   “Gue enggak percaya kalo seseorang mau berubah sebelum dia dapat karma.” Gadis berambut ikat dua itu menghela nafasnya. “Lo lihat sendiri abang gue. Katanya kalo udah nikah, bakal tobat. Udah dibeliin rumah, biaya bulan dibayai bokap. Masih aja kelakuaanya kayak dajjal, keluar masuk club hotel. Kasian gue ngelihat kakak ipar sama ponakan gue.”   Queen terdiam, ia tidak memaksa jalan pikir orang untuk sama dengannya. Namun, ia juga tidak bisa merubah pandangannya.   “Ke kantin aja yuk?” ajak Sofia.   “Udah bell ya?”   “Guru hari ini rapat.”   “Makan di kelas? Bawa bekal?” tanya Sofia.   “Udah habis sama si Mangga.”   “Yuk, gue traktir.” Ajak Sofia.   “Gue ada uang kok,” tolak Queen.   Kedua gadis itu akhirnya menuju kantin yang ternyata cukup ramai. Mereka semua pasti suntuk berada di dalam kelas. Kebetulan guru rapat, mereka pasti akan menuju kantin. Queen langsung menggandeng tangan Sofia kala melihat kerumunun. “Tenang aja Queen. Kalo sampai di belain sama Si Gala. Lo bakal bebas dari bullyan orang.”   “Kenapa?”   “Karena si Manggala Ganesha Banaspati itu adalah puncak tertinggi rantai makanan di sekolah ini.” Sofia mengucapkannya dengan mata membara-bara.   ———     “Lama enggak, Neng?”   “Belum tahu, Yah. Kenapa emang?” tanya Queenbe sambil menarik kaca helmnya.    "Ayah mau pacaran dulu sama Mamak."   "Boleh,” angguk Queen. “Asal jangan sampai buat adek."   “Siap-siap!” angguk Ayahnya tersenyum lebar.   “Jangan ngebut-ngebut, Neng!” pesan Ayahnya. “Itu bensim udah Ayah isi full, kalo habis uang jajan dipotong!”   “Iyaa!” seru Queen menjalankan motornya    Queen baru saja ditelpon oleh Sofia, gadis itu menelponnya sambil menangis sesegukan. Dia mengatakan bahwa kakak laki-kakinya kembali ke club ketika ponakannya masuk rumah sakit. Orang tuanya baru saja pergi ke pulau Sumatra sehingga tidak bisa pulang dengan cepat.   “Kamu enggak papa, Sof?” tanya Queen ketika ia baru saja sampai di depan club malam itu. Entah mendapat keberanian darimana, gadis itu bisa melangkahkan kaki disini.   “Gue mau masuk, Queen,” putus Sofia.   “Tunggu pake jaket gue,” ujar Queen memberikan jaketnya. “Ponsel lo dipegang aja, langsung telpon gue kalo ada apa-apa.” Sofia mengangguk dan mengucapkan terima kasih.    Queen akhirnya menunggu di luar club, gadis itu mengusap kedua lengannya yang terkena hembusan angin malam. Dingin. Untung Ayahnya tidak tahu kemana ia pergi. Jika tahu, maka habislah Queen.   Tiba-tiba perasaan Queen menjadi tak enak, ah, sebenarnya sudah dari tadi ia ia merasa tak nyaman. Gadis itu bisa merasakan ada dua orang laki-laki yang melihat ke arahnya terus-menerus.    Sebuah motor tiba-tiba berhenti di depannnya dan seorang laki-laki turun dari sana, karena panik Queen langsung saja menggengam lengan lelaki itu. Ia kemudian melirik kembali ke arah dua orang tadi namun ternyata mereka telah pergi.    “Makasih.”   Queen tiba-tiba terkejut ketika melihat tatapan tajam lelaki itu padanya yang amat sangat mengerikan. “Lepasin tangan najis lo dari tangan gue!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD