Lereng Bukit
Di suatu desa terpencil, hiduplah pasangan suami istri di tengah hutan. mereka bernama, Arya gede wijaya dan putri Saras kusumawati, dan mereka adalah putri raja dan seorang pangeran tampan. kehidupan mereka di hutan cukup bahagia, mereka adalah seorang pelarian dari dua kerajaan yang sedang berseteru memperebutkan tahta, namun mereka tidak memperdulikannya, mereka berhasil lari dari kerajaanya,setelah lama bersama di tengah hutan, alhasil mereka di karuniai seorang putra yang bernama raden puncak satria, perang berangsur-angsur lamanya, salah satu kerajaan milik ayahanda nyi saras kusumawati telah porak poranda di babat habis oleh kerajaan arya gede.
putri dan sang pangeran hanya terdiam lari dari perang yang sangat mengemparkan dunia. dan bagaimanakah mereka selanjutnya?
"BANGSAT..! marah sang pangeran teriak. Dia bernama pangeran bayu aji strio, dan dia adalah seorang kakak dari pangeran arya gede wijaya, yaitu suami dari putri saras kusumawati.
Braak..! suara jatuhnya meja di lantai karna di tendang olehnya. "Para senopati dan prajurit kerajaan hanya tertunduk dan tidak akan berani mendongakan wajahnya di hadapan pangeran. "Dia tergolong pangeran berdarah dingin sangat kejam, tidak segan - segan menghabisi pengikutnya sendiri, wajahnya memang tampan,tapi sifatnya sangat kejam. ia berdiri dan melangkahkan kakinya ke anak tangga menuju meja beserta makanan yang berserakan, ia memandangi sekitar yang di lihatnya, masih saja para bawahanya tertunduk tanpa bicara.
KALIAN KELUAR.! kecuali mpu pamungkas. "perintah pangeran menunjuk mereka dengan marahnya.
"Sendiko gusti (Baik pangeran) satu persatu bawahanya telah keluar dari ruangan kerajaan. "empu pamungkas adalah seorang penasihat pangeran Bayu aji satrio, dia juga terkenal licik sama jahatnya dengan pangeran Bayu aji satrio, suka mengadu domba dan entah mengapa pangeran bayu aji selalu menurut padanya. karna memang empu pamungkas adalah pembuat pusaka, dan yang paling hebat di antara pusaka yang di buatnya adalah sebuah keris, yang di namakan keris sembilan Naga. keris itu sendiri ber luk 9 sesuai dengan namanya. Sampai saat ini belum ada yang bisa menandingi kehebatan keris itu karna aura jahatnya yang luar biasa, membuka keris itu dari sarungnya terdapat sensasi tersendiri. di tandai desiran angin datang,cuaca berubah menjadi mendung, aura ingin membunuh bagi yang memegangnya sangat kental haus akan darah manusia, dan pastinya tidak sembarang orang yang bisa memegang keris itu, yang sanggub memegangnya hanya pangeran arya gede wijaya dan pangeran bayu aji satrio dan keris itu sendiri hanya di gunakan di saat perang saja, untuk sang raja sendiri tidak akan sanggub memegangnya, karana keris itu hanya di buat untuk kedua pangeran. ada sebuah rahasia jika keris itu di pegang kepada pemilik berhati bersih, maka keris itu mengikuti tuannya,jika di pegang kepada hati yang murka penuh amarah, begitu pula sebaliknya. "Keris itu sudah di nyatakan hilang semenjak kepergian pangeran arya gede lari dari kerajaan, rumor menyebar ternyata pangeran arya gede menghilang bersama putri saras kusumawati. maka terjadi peperangan antara kerajaan
TIRTOSARI (kerajaan pangeran arya gede) dan RENGGALUNG (kerajaan putri saras kusumawati) karna raja menuduh kerajaan tirtosari menculik putri saras kusumawati. dan adu domba pun terjadi karna sang raja tirtosari telah percaya dengan perkataan empu pamungkas. padahal tidak, itu hanya siasatnya saja agar ia bisa berambisi menjadi seorang raja.
"empu..! "kata pangeran bernada kasar. "tolong segera bereskan. "saya tidak ingin melihatnya di bumi ini lagi. "jangan sampai bocor. terang pangeran Bayu aji satrio.
"Baik pangeran.kata empu pamungkas, mengangguk melihat pangeran dengan raut wajah sinis, segera ia pergi dari hadapan pangeran menuju luar istana menemui panglima perang bernama sastro boyo.
"panglima..! kata empu pamungkas berdiri di hadapanya, sontak kedatangan empu pamungkas membuat kaget sastro boyo, ia berdiri dan mengamati empu pamungkas penuh tanda tanya, dan panglima itu pun sangat kasar suka membunuh siapa saja yang di anggap bersalah.
"kamu bersiap - siaplah. Bunuh dia bawa kepalanya di hadapan pangeran. sambil menyodorkan surat perintah, dari pangeran Bayu aji satrio. panglima sastro boyo mengambil surat itu dan segera membacanya, pandangangan matanya mengernyit, lalu menatap empu pamungkas dan membacanya kembali, ia segera melipat gulungan surat dari kulit hewan itu menyelipkanya di selingkar pinggang menghiasi tubuhnya.
"Baik empu. "kata panglima sastro boyo penuh amarah. segera ia membalikan tubuhnya dan memerintah bawahanya bersiap - siap. "Dengan bala tentara yang cukup banyak 50 prajurit, dan di pimpin oleh panglima sastro boyo dan mereka pergi berkuda menuju BUKIT LAWANG SEWU.
HEAH...!
HEAH...!
HEAH..!
tratap..
tratap..
tratap..
tratap..
tratap.. (gemuruh langkah kaki kuda)
"Di lereng bukit lawang sewu, keluarga kecil pangeran arya gede, di antaranya
Pangeran arya gede, putri saras kusumawati dan sang putra raden puncak satria. mereka sedang ber istirahat sehabis bertani, berbaur dengan rakyat kecil, memang di lereng itu adalah daerah bebas dari perebutan tanah kekuasan antara kedua dua kerajaan mereka. "terlihat sebuah rumah yang cukup layak beranyamkan bambu, atap rumah terbuat dari alang - alang,lampu obor dalam keadaan mati di siang itu, duduk arya gede dan sang istri di sebuah teras di depan rumah panggunggnya menahan lelah. "mereka memandangi anaknya yaitu raden puncak satria sedang bermain tanah di rerumputan bersama teman sebayanya, layaknya anak umur 7 tahun yang sedang bermain.
Sudah besar sekarang anak kita ras..
kata raden arya menoleh di samping saras. pandangan saras masih mengamati sang buah hati yang sedang bermain dengan ke 3 temanya.
"Kamu apa tidak menyesal ras kita hidup seperti ini?. kata raden arya kembali. putri saras menoleh dan berkata.
"Tidak kanda.. "saya tidak menyesal kita seperti ini, ini sudah menjadi pilihan kita.jawab saras tersenyum, lalu melihat puncak satria kembali.
"Trimakasih saras, kamu sudah membuatku menjadi manusia yang sangat ber arti. Kata arya gede tersenyum.
"yang aku takutkan dalam hidup ini adalah, jika aku kehilangan puncak satria kanda, lembut bicara putri saras penuh arti.
pikir putri saras, pasti sangatlah terpukul jika harus kehilangan raden puncak satria.
"Iya aku juga sangat takut kehilangan dia saras, Kita rahasiakan semuanya, agar puncak satria tidak tau tentang kita, terang bicara arya gede bernada halus kepada sang istri.
"Aku rela mati kanda jika aku harus kehilangan puncak satria. imbuh Putri saras, seakan - akan dia tahu atau sudah di beri pertanda sebelumnya.
"Kenapa kamu bicara seperti itu ras.. "ada apa? "Apa kamu merasa ada sesuatu yang janggal di hatimu?
tanya raden arya mengernyitkan keningnya.
"Tidak kanda.. "tidak apa - apa..
jawab putri saras, pikir raden arya pasti saras menyembunyikan sesuatu dariku, tapi sudahlah. "aku akan terus berdoa kepada dewa agar kami terus bersama.
Berlari kecil, puncak satria akan melompati salah satu temanya yang sedang membungkuk di atas rerumputan, permainan itu bisa di namakan lompatan angin, siapa yang berhasil melompat dengan jarak satu meter melewati temanya yang sedang membungkuk, maka dia penangnya.
puncak satria telah bersiap - siap mengambil kuda - kuda sekiranya sudah matang baginya segera ia berlari dari jarak 5 meter menuju garis lompatan.
tap.. tap.. tap.. tap.. tap.. (berlari)
TAP.. WUUUUZZZZZ..
SUUUUUUT..
BUUUUGHH..! (pijakan kaki menyentuh tanah)
"yee....!
yee..!
ye...!
puncak menang..!
"Seruan ketiga temanya. "puncak satria mendesis, fiuh... "nafasnya ter engah - engah,dan melihat orang tuanya sedang tersenyum kepadanya, ia juga pun balas tersenyum.
"Dari kejauhan dia antara rumah - rumah beranyamkan bambu, terlihat seorang petani berlari sekencang - kencangnya mendekati mereka,dia berteriak dari kejauhan memanggil nama" Raden..!
Raden..! sontak arya gede dan saras terkejut, ia mengamati dan telah sampai di hadapan mereka.
"Ada apa ki? tanya arya gede di depan sosok yang bernama ki jalu, ia adalah abdi kerajaan TIRTOSARI yang patuh terhadap raden arya gede.
" Maaf raden, di desa sebelah telah kedatangan panglima Satro boyo.
terang ki jalu dengan nafas tersengal-sengal.
"Haah". kaget pangeran arya gede mendengarnya, ia terdiam, sejenak menoleh ke wajah saras kusumawati yang raut wajahnya seketika berubah tegang, lalu melihat ki jalu kembali yang masih seperti itu.
"Sudah. " Sekarang kita semua sembunyi, perintahkan kepada mereka secara diam - diam agar kalian merahasiakan keberadaanku.
"puncak satria kemarilah. panggil saraswati sang ibu memanggil buah hati. " Berlari puncak satria mendekati ibu dan ayahnya, lalu mendekapnya.
"Kalian masuklah. "pinta raden arya gede kepada sang istri dan anak. segera mereka masuk ke dalam rumah, mengunci pintu rapat - rapat.
"Ayo kita pergi ki, saya tidak ingin mereka melihat putri kusumawati dan puncak satria di sini.
iya den..! jawab ki jalu membungkuk, sangat menghormati pangeran arya gede.
"Gendis ayu, ratih widari, jaka wisesa, kalian cepat pulang, sampaikan pada orang tua kalian ada bahaya. "kata pangeran arya meminta ketiga teman puncak satria untuk segera pergi. " Lalu cepat - cepat ketiga teman puncak satria berlari menuju gubuk mereka.
"Ayo sekarang ki. ajak pangeran arya, segera mereka cepat menaiki dua kuda hitam yang berada di samping gubuk raden arya. menuju desa di mana para prajurit kerajaan mencari keberadaan raden arya. " telah sampai mereka di desa itu, tapi mereka mengendap-endap dari atas bukit memperhatikan para prajurit menawan rakyat mengumpulkanya di tengah lapangan bertanah merah. "Dengan kejamnya mereka mencambuki rakyat yang tidak tau apa - apa bertanya kepada setiap manusia yang di cambuki. "Jeritan-jeritan mereka terdengar di telinga dan sangat geram sekali raden arya gede ingin membantunya.
"Kejam. " kata raden arya di atas kuda.
pandanganya masih memperhatikan mereka berkali - kali mencambuki mereka yang tidak bersalah. "Kita kesana ki. "Ajak raden ke ki jalu.
"Jangan den. " Nanti kita bakal di bunuh mereka.
"Kamu jangan takut ki. "aku akan alihkan mereka agar tidak mendekati desa dan hanya mengejarku. " tugas kamu di sini ki, saya akan ke sana mengalihkan mereka agar menjauh. pinta raden arya sangat serius, segera ia menarik pedang dari sarungnya dan berlari bersama kuda mendekati mereka.