Mau banyak tanya juga rasanya tak mungkin karena bibir Fitri seperti habis kena lem maha kuat. Tak mampu bersuara sama sekali. Masih kaget karena kehadiran pria yang sejak kemarin menguasai pikirannya. “Saya enggak disuruh masuk?” Mata Fitri mengedip berkali-kali, “Oh, iya. maaf. Mari masuk, Mas.” Andra tau kalau kedatangannya sangat mengejutkan bagi Fitri. Sejak ia memutuskan untuk pulang dan mengunjungi Fitri dulu baru kembali ke rumahnya. Ada rindu yang tak bisa ditahan pria itu. Semua pertanyaan mengenai kenapa nama Fitri lebih banyak bersarang di kepalanya saja tak mampu ia jawab. Pria itu hanya mengikuti kata hatinya. Memerintahkan supirnya untuk mengarahkan kendaraan pada kediaman rumah Fitri yang sederhana. Juga memintanya untuk pulang saja setelah mengantarnya. Lalu menjempu