MT 6

539 Words
Naya mengerang kesal karena Gio benar-benar sudah mengatur dirinya seolah memang begitu seharusnya. Beruntung cowok itu tidak berada di dekatnya karena jika iya, Naya bersumpah akan mencakar wajah malaikat miliknya. Wanita itu hampir lari-larian tidak jelas di bandara tadi karena laki-laki berseragam serba hitam yang memegang plang namanya. Ia berpikir laki-laki ini suruhan papanya tapi ternyata itu semua kerjaan Gio. Dan laki-laki tadi adalah supir yang saat ini membawanya ke Bogor. “Kenapa bapak bawa saya ke Bogor?” “Karena menurut pak Gio, Bogor cocok untuk Den Shakka dan Non Keysha karena kelembapannya 78% , Nyah.” Naya berdecih mendengarnya, cowok itu sok tau padahal ia hanya berpedoman pada wikipedia. Naya tidak yakin taraf kelembapan Bogor masih berada di angka 78 mengingat bagaimana ekstrimnya perubahan iklim akibat pemanasan global. Bahkan di bulan 'ember'pun sering didapati cuaca panas menggigit. “I hate this earth,”  celetuk Keysha saat mereka baru keluar dari kawasan bandara. Gadis dengan kuncir dua di atas kepala dan keringat membanjiri pelipisnya, padahal AC mobil menyala, itu menampakkan wajah jengkelnya. Naya hanya bisa tersenyum mendengarnya, putrinya berpendapat bahwa mereka baru saja pindah dari bumi satu ke bumi yang lain. “Non Keysha bilang apa, Nyah?” “Dia bilang lapar, Pak,” kekeh ibu dua anak itu, ia punya cara agar putrinya bersemangat kembali. “Kita mampir dul-” “Ga usah, Pak,  nanti kalo ketemu minimarket 24 jam, kita nanti mampir disana saja,” potong Naya karena dia barusan berbohong. “Baik, Nyah..." ucap Pak Afdal sambil melirik Shakka yang sudah terlelap menyender di bahu kiri mamanya. Dalam hati Pak Afdal bertanya-tanya kenapa anak majikannya, yang Pak Afdal maksud dengan anak majikannya adalah Gio, menyembunyikan anak dan istrinya dari nyonya besar? Karena selama bekerja pada keluarga Fernandes, nyonya besar tidak seperti orang yang akan menolak perempuan yag disukai anak laki-laki semata wayangnya. “Bapak ga disuruh standby di rumah saya kan?” Tanya Naya curiga ketika mendapati pria tua itu diam-diam mencuri pandang kepadanya. Seperti menilai atau justru membicarakan Naya di dalam hatinya. “Ga kok, Nyah, perumahannya aman jadi tuan ga khawatir.” Gio settan! Umpat Naya di dalam hati karena ia merasa kebebasannya benar-benar sudah menipis. Di sampingnya Keysha tampak sudah mulai nyaman karena AC mobil mulai menyapa kulit lembutnya. Beberapa menit kemudian Pak Afdal menepi saat melihat salah satu minimarket 24 jam. Pria ini benar-benar menganggap serius ucapan Naya padahal Key sudah tidak rewel. Mau tak mau ia membawa putrinya ke dalam sana. “Ice cream?” Tanya Naya sambil memperbaiki kepang rambut putrinya. Sedangkan Shakka sudah pasti akan merengek jika tidurnya di ganggu. Itulah kenapa ia menitipkan Shakka pada Pak Afdal. Setelah menitipkan Shakka dan memastikan putranya itu nyaman dalam posisi barunya, Naya dan putrinya berjalan menjauhi mobil. Keysha mengambil semua jenis makanan ringan yang membuatnya tertarik. Bocah perempuan itu mengambil dua untuk tiap jenis makanan. Jangan remehkan putra dan putrinya dalam hal berbagi. Kecuali itu berbagi untuk perhatian mamanya. “Mama ga punya uang sebanyak itu, Sayang,” kekeh Naya pada Key yang memangku semua cemilah yang ia dapatkan setelah mengelilingi tiga rak di minimarket tersebut. “Om Gio punya,” jawab Key dengan tampang polosnya. Benar-benar, otak anaknya sudah diracuni oleh Gio Fernandes.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD