“Ashel! Kenapa kamu di sini?” suara Fariz dari arah samping mengejutkan Ashel. “Ngapain di tempat gelap-gelapan kayak gini? Kalau digondol genderuwo gimana?” Ashel bingung harus menoleh atau bagaimana? Mukanya kini sedang dibanjiri air mata. Pasti jelek sekali disaat dia sedang mewek begitu. “Bodo amat.” “Loh, kok marah? Kamu lagi nangis, ya? Salah saya apa? Apa karena ninggalin kamu nggak bilang-bilang? Atau karena ungkapan di mikrofon tadi?” “Pake nanya lagi. Ngapain Bapak kesini?” Akhirnya Ashel menoleh tanpa perduli mukanya yang sembab. Dia sebenarnya ingin menyembunyikan wajahnya itu, tapi bagaimana caranya? Ya sudahlah, terpaksa diperlihatan saja. “Hahaaaaa....” Fariz tergelak. “Kenapa Bapak ngetawain saya? Muka saya jelek kalau lagi nangis?” “Iya jelaslah. Lia