When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Danira tak bisa untuk tak mempercayainya, siklus pagi yang membuat tubuhnya lemas terulang kembali. Hanya karena aroma masakkan yang ia buat perutnya langsung mual tak terkira, kepalanya berat, keringat dingin mengucur di pelipisnya, dan sendi-sendi di tubuhnya terasa melemas. "Kita ke Dokter aja Ra, biar di kasih obat atau vitamin buat mengurangi rasa mual kamu." Bara yang panik dan tak tega hanya bisa menyarankan hal itu. "Vitamin buat apa?" tanya Danira dengan air mata menggenang di pelupuk mata. Dia masih ingin mengingkari apa yang ia rasa saat ini berada di tubuhnya. "Ra..., saya rasa kamu...." "Aku nggak hamil." Danira memotong ucapan suaminya dan meninggalkan Bara yang masih berdiri diam di dalam kamar mandi. Dia masih boleh berharap jika itu tidak terjadi pada tubuhnya bukan?