Kami pun berbincang dan saling tertawa ketika Mas Rande menceritakan hal-hal yang lucu yang mengundang tawa kami. Keluarga ini sangat damai, apalagi Mas Rande yang sudah mau menerima pernikahanku dengan Mas Rafiz, aku tahu, dan sudah lama mengetahui tentang perasaan Mas Rande padaku, aku sempat kagum pada Mas Rande, karena dia dokter yang hebat, dokter yang tidak pernah membeda-bedakan kalangan, dia setia mengobati setiap pasien yang datang, dia juga yang sudah membuat desaku kembali seperti dulu. Dia juga yang telah menentang pergusuran di desa, hanya saja kekaguman itu tidak mengarahkanku kepada rasa suka. Saat ini pun, aku masih menganggap Mas Rande sebagai keluarga. "Oh iya, ada yang ingin Mama bicarakan." aku membuyarkan lamunanku mendengar Mama. Mas Rafiz melihat ke arahku, aku ter