Status yang sama

1536 Words
“Kalian pacaran, Ci?” Shuhua yang sedang sibuk membuat jus mangga itu terkejut dengan pertanyaan Dewa; ketua osis sekaligus teman sekelasnya. “Kagak, tapi to the be,” jawabnya sambil cekikikan. Matanya sesekali menatap pada sang crush yang sedang sibuk membereskan ruang bersantai, sambil berbicara dengan Neneknya. “Ganteng banget ‘kan? Suka ih.” “Emang dianya suka balik sama kamu?” “Soon, bentar lagi juga bucin sama gue. Jangan khawatir, gue gak akan sakit hati nyampe gak sekolah. Pasti kelas sepi ya tanpa gue?” Shuhua terbiasa bicara santai pada semua orang di kelasnya. Dan Dewa adalah tipikal orang yang disiplin, taat aturan dan juga panutan. Berbeda 180 derajat dengan Shuhua yang sering membuat keributan, sesekali membolos karena bosan. “Iya sepi. Jadi gimana tawaran aku, kamu mau gak nanti weekend jalan?” “Lu suka ya sama gue? Lagi misi pendekatan kan? Ngaku?” “Emang.” Jawaban Dewa membuat Shuhua terkejut, si ketua osis jatuh cinta padanya? Meskipun dia akan segera turun tahta, tapi Dewa itu salah satu anak yang pintar di sekolahnya. Shuhua memang biasa merespon sesuatu dengan spontan, tapi jawaban Dewa benar benar membuatnya kaget. Mereka baru satu kelas saat kelas tiga ini saja. sekolahnya memiliki system pengocokan kelas setiap tahun. Baru juga Shuhua membuka mulut hendak bicara, Galaxy lebih dulu mendekat dan merangkul bahunya. “Ci, jangan kecapean. Kan lagi sakit, sana duduk aja. Biar Abang yang bikin.” “Ih makin suka deh sama Abang.” Shuhua memekik senang sambil memeluk Galaxy. “Makasih, Bang Al.” Kemudian dia melangkah pergi dari sana, meninggalkan Galaxy dan juga Dewa yang saling bertatapan. “Kenapa?” tanya Galaxy yang mana membuat anak itu menggelengkan kepalanya. Dan pergi dari sana. Galaxy mendengus kesal, melihat bagaimana anak itu menatap Shuhua membuatnya kesal. Hingga setelah Galaxy selesai membuatkan jus, dia segera pulang dengan alasan ada tugas yang harus dia kerjakan. Namun ekpresi wajah Galaxy membuat orang orang di sana bertanya tanya. “Kakak lu kenapa badmood, Ra?” “Gak tau. Cici, lu apain Kakak gue?” “Badmood soalnya ada tugas, jadi kepisah sama Cici yang cantik ini,” ucapnya sambil tertawa kemudian berguling guling memegang pipinya. “Maaf ya, cucu Nenek memang kayak gitu. Kalian udah gak asing ‘kan?” tanya Neneknya Shuhua. “Saya asing, Nek. Soalnya baru taun ini sekelas sama Shuhua, taun taun kemaren Cuma denger gossipnya aja.” “Gossip apa?” “Kalau Shuhua emang rada gak normal.” “Ah udah biasa emang,” ucap si Nenek yang tidak kaget, apalagi jika disangkutpautkan dengan Galaxy. Ternyata kedatangan anak anak itu berakhir dengan bermain di halaman belakang Shuhua yang luas. Mereka bermain basket bersama sama, kecuali anak anak perempuan. Oh, jangan lupakan Shuhua; perempuan sendirian yang ikut bermain dengan anak laki laki itu. “Ci, kamu jangan ikutan maen. Sana makan aja sama anak cewek lainnya.” Dewa khawatir. “Gak seru ah, kapan lagi bisa basket di rumah ini bareng kalian.” Shuhua tidak menghiraukan. “Woylah licik!” teriak Shuhua saat salah satu temannya menyenggol. “Hehehe, sorry, Ci.” “Heran gue tiga taun sekelas mulu sama lu, mana kena sundul mulu lagi,” gerutunya sambil mengambil bola yang keluar dari lapangan. Shuhua berlari hingga…. BRUK! Dia jatuh tengkurap. “Cici!” teriak teman temannya secara bersamaan. Tapi yang berlari lebih dulu adalah Dewa. “Ci, kamu gak papa?” “Gak papa kok.” “Aku gendong ya?” “Gak usah, sana lu maen lagi sama yang lain. Aw!” “Nahkan.” Tanpa bertanya lagi, Dewa menggendong Shuhua ala bridal. Yang mana membuat orang orang di sana bersorak seketika, dan menjadikan mereka berdua pusat perhatian. Termasuk sosok yang baru saja duduk di balkon, dia melihat ke sumber suara. Dan perasaan kesal itu muncul, pikiran negative tentang pria yang mendekati Shuhua bermunculan. “Dih, si Cici kan bolon, kalau dibiarin itu cowok pasti Cuma manfaatin dia doang.” ******* “Rara mana, Ma?” tanya Galaxy saat menuruni tangga ke lantai bawah. “Ke rumah Cici, katanya mau nginep.” “Lah kan ada Neneknya?” “Lah emang gak boleh kalau Rara nginep? Sekalian mereka mau ngerjain tugas katanya.” “Um…. Kakak boleh nginep di sana, Ma?” Akila yang sedang dirangkul oleh suaminya, pria yang lebih dewasa itu sepertinya tidak menghiraukan keberadaam Galaxy. Dia sibuk mengusap pinggang istrinya dengan mata yang focus pada televisi. “Mau ngapain Kakak di sana? Bukannya Kakak mau keluar ya sama temen temen Kakak?” “Gak jadi, Ma. Hujan gerimis gini juga.” “Di sini ajalah, Mama kangen sini. Ikut duduk di sini. Lagian di sana cewek doang, nanti kamu mau ngapain? Udah sini.” Galaxy merengut kesal, sampai dia memiliki sebuah ide. “Mama kangen? Kalau gitu nanti bobo bertiga lagi ya? Kayak dulu. Kakak di tengah.” “Apaan udah gede!” itu suara Papahnya, tidak terima dengan perkataan anaknya. “Udah segede gaban gini jangan bobo bareng orangtua, Kak. Pamali.” “Tapi Kakak mau suasana baru, kamer Mama sama Papa doang yang udah lama gak Kakak tempati.” “Udah sana nginep sana, cari suasana baru. Tapi jangan di kamer Papah. Sana.” Kris mengusir anaknya, bahkan dia sudah mengangkat kakinya dan membuat Gerakan mengusir. Membuat Akila memukul paha sang suami. “Mas ih jangan gitu,” ucapnya dengan suara pelan. “Kata Papah gak boleh, Ma. Kakak mau ke sana aja ya. Byee. Kakak bawa macaron yaa!” Sepeninggalan Galaxy, Kris; sang Papah menatap istrinya dengan senyuman. Jangan lupakan pelukan dari samping yang begitu erat. “Udah segede gaban loh dia, tinggian juga dia, masa jadi penghalang diantara kita. Lagian Mas kangen banget sama kamu, Dek.” CUP. Satu kecupan mendarat di pipinya. “Jangan Mas pikir malem ini ada jatah ya, ada laporan yang harus aku beresin.” Yang mana membuat Kris langsung melonggarkan pelukannya. “Bayarannya 1 M dah, itu laporan suruh asisten kamu aja.” “Bareng Gucci, Prada ya, Mas.” “Gampang.” **** “Eh, ada si ganteng,” ucap sang Nenek yang sedang duduk di kursi depan sambil memainkan ponsel. “Hallo, Nek. Bawa macaron nih, Nenek mau?” “Gak, bawa aja buat mereka. Mau nginep?” “Nginep, Nek. Mau main game punya Koko Winwin,” ucap Galaxy masuk ke dalam rumah. Sudah terbiasa, bayangkan saja anak anak itu sudah hampir 20 tahun bersama. Kedua keluarga sudah terbiasa anak anak mereka masuk ke dalam rumah satu sama lain. Seperti sekarang Galaxy yang masuk ke dalam rumah Shuhua, mencari keberadaan adiknya dan juga sahabatnya itu. Sampai akhirnya Galaxy mendapati mereka berdua sedang berada di ruang bersantai di lantai dua. Dimana Aurora sedang menulis, sementara Shuhua memainkan game di ponselnya. “Ci, cepetan ih! Kerjain PR-nya.” “Nanti aja, santuy coba,” jawabnya. “Heran, 12 taun sekelas mulu sama lu. Capek gue nanti disuruh guru buat bimbing lu.” Shuhua hanya tertawa, tanpa mengalihkan pandangannya. “Lu kan udah kenal gue, ya bantuin dong biasanya juga.” “Capek gue.” “Ekhem!” Galaxy berdehem. “Abang!” teriak Shuhua yang sudah hafal suara itu, tapi dia tetap tidak mengalihkan pandangannya dari ponsel. “Bentar Cici lagi maen game.” “Main mulu, belajar, Ci,” ucap Galaxy duduk di sebelah Shuhua, bersebrangan dengan Aurora yang menatapnya tajam. “Kenapa? nih bawain macaron.” “Bilangin tuh sama si Cici, Kak. Dia gak mau belajar.” “Mau ih.” Shuhua tidak terima. “Cuma inikan lagi sibuk bentar.” “Ci, belajar dulu napa.” TING! Sampai ada notifikasi masuk, Shuhua langsung membalikan layar ponsel. Dia tertawa sendirian. “Kenapa?” tanya Aurora. “Si Dewa chat gue mulu, lucu sih kalau diliat liat dia.” “Dewa siapa?” tanya Galaxy lagi. “Yang tadi yang dekil itu?” “Ih gak dekil, manis tau,” ucap Aurora malah membela. Berbeda dengan Shuhua yang malah sibuk dengan ponselnya, sedang chattingan. “Ci, simpen dulu hapenya.” “Bentar, Bang.” “Sekarang.” “Iya.” “Nanti kamu boleh kecup pipi Abang.” “Udah di simpen!” teriak Shuhua yang langsung membanting ponselnya. Kapan lagi dia bisa mencium pipi Galaxy? Pria itu sudah melarangnya sejak mereka masuk ke sekolah dasar, dan itu sangat dirindukan oleh Shuhua. “Cici rindu tau kecup pipi Abang,” ucapnya sambil merentangkan tangan kemudian memeluk Galaxy dari samping. CUP. Shuhua tertawa gemas dan memeluk Galaxy semakin erat. “Jangan deket deket sama yang Namanya Dewa itu, cowok kalau ngebet kayak gitu pasti ada maunya.” “Iya, Abang. Abang cemburu ya?” “Apaan cemburu, itu Cuma bentuk antisipasi sama sosok yang udah dianggap adek aja.” “Hehehe, iyadah. Kecup satu kali lagi ya?” “Tapi jangan maen hp lagi malem ini. udah.” “Iya,” ucap Shuhua kembali menegakan tubuh. CUP. Dia kembali mencium pipi Galaxy. Yang mana hal itu membuat Aurora membulatkan mata dengan mulut terbuka. “Please, kalian udah dewasa. Gak mau pacarana aja?” “Cici mauuuu. Yuk pacarana yuk, Bang.” “Kamu itu adeknya Abang, Ci,” ucap Galaxy yang meraih ponsel Shuhua dan memeriksa isinya. Sementara Shuhua tetap bergelayut manja pada pria itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD