“Ci, nanti abis sekolah mau kemana?” tanya Galaxy saat dia keluar dari rumah, mendekati pagar dan menatap Shuhua yang sedang sibuk memakai sepatunya. Kembali ke aktivitas semula, Galaxy juga harus kuliah. Bergegas menyelesaikan pendidikannya untuk bisa menghasilkan banyak uang.
“Mau Latihan silat, Bang.”
“Di sekolah?”
“Iya, kenapa? abang mau ngajak jalan ya?”
“Iya nih. Ada caffee baru di deket alun alun, ke sana yuk.”
“Hayuk! Nanti jemput Cici jam 4 yak!”
“Bawa baju ganti, gak mau bawa anak sekolahan.”
“Gampang, Cici punya baju ganti di loker. Buat persiapan Abang ngajak kencan. Hihihi.”
Galaxy tertawa melihat tingkah Shuhua. Mengingat orangtua Shuhua belum kembali, dan hanya Nenek yang menemani saat malam hari, jadi Galaxy akan mengajak Shuhua untuk jalan jalan bersama. Selain anaknya yang easy going, selalu ada topik yang dibicarakan jika dengan Shuhua. Berbeda dengan Aurora, meskipun mereka bersaudara, Aurora jika sudah terfokus pada sesuatu, pasti tidak bisa diajak berbicara. Terlepas dari hal itu, Aurora selalu membicarakan hal hal tentang fashion yang tidak membuat Galaxy tertarik.
“Kak, Rara mau berangkat,” ucap Aurora sambil merentangkan tangannya.
Tetap saja, sosok itu adalah salah satu kesayangan Galaxy. Membiarkan adiknya memeluknya kemudian mengecup keningnya. “Belajar yang bener.”
“Rara mah bener terus, si Cici yang gak pernah bisa diem.”
“Kamu ajarin napa, ajak dia buat bisa suka sama pelajaran.”
“Mustahil,” ucap Rara melepaskan pelukannya.
Belum juga satu dekti Galaxy melepaskan pelukannya, sebuah suara melengking diikuti oleh suara Langkah yang tergesa-gesa. “Cici mau! Cici mau dipeluk!”
“Riweuh kamu mah ih!” teriak Aurora yang didorong oleh Shuhua, kemudian sosok itu memeluk Galaxy menggantikannya. Aurora memutar bola matanya malas dan masuk ke dalam mobil lebih dulu. “Cici cepetan nih! Gue tinggal ya lu!”
Sementara itu, Shuhua tidak menanggapi ucapan Aurora. dia terlalu sibuk memeluk Galaxy dan menenggelamkan wajahnya di d**a pria yang memiliki tinggi 180cm. “Mau kiss kayak Rara.”
Tanpa ragu, Galaxy merangkup pipi Shuhua kemudian mencium kening sosok itu. “Udah sana.”
“Nanti Cici chat ya kalau udah beres Latihan.”
“Oke gampang.”
“Woyyy! Ini murid teladan bisa telat! Cepetan!” teriak Aurora untuk yang kesekian kalinya.
Ketika Shuhua mendekat dengan senyumannya yang tengil, Aurora mendengus kesal. Perbedaan sifat 180 derajat nyatanya tidak membuat mereka menjadi orang asing. Justru berteman dengan sangat baik.
“Tembak napa, Ci. Lu gak ada niatan banget gitu nembak Kakak gue?”
Shuhua dengan kebiasaanya menumpang di mobil orang lain, dia mengambil roti yang selalu disediakan di sebbuah kotak dibawah kursi oleh Mamanya Aurora. “Gue udah berapa kali minta pacaran sama dia, belum juga mau. Tapi selama Bang Al gak punya cewek, gue gak masalah sih.”
Aurora menelan salivanya kasar, justri itulah yang dia takutkan. Kasihan juga Shuhua sudah bucin pada kakaknya, sementara Kakaknya hanya menganggapnya adik.
“Ci, lu bi—Hmmmpphh!” mulut Aurora disumpal roti yang sedang dimakan oleh Shuhua.
“Tenang aja, kalem gituh. Lu tau hati gue sekuat baja, gak akan sakit hati. Uhuuyy, nanti gue mau jalan dong sama masa depan gue,” ucapnya sambil bertepuk tangan dengan riang.
Bersamaan dengan mobil yang berhenti di depan gerbang, dan mereka berdua turun, sosok yang memakai mobil Toyota vios. Sang ketua osis yang akan segera menjadi mantan, mengingat mereka sudah kelas 12.
“Uhhh, keren banget ketua osis kita,” gumam Aurora.
“Lu bilang apa, Ra?”
“Hah? Kagak. Yuk masuk, gue gak mau kena teguran lagi.”
“Ke kantin dulu lah.”
“Gue bilang gak mau kena teguran,” ucap Aurora menarik paksa lengan Shuhua agar ikut dengannya. Entah berapa kapasitas perut Shuhua, yang pasti dia selalu merasa sangat lapar.
*****
Saat jam pelajaran berlangsung, Shuhua tidak bisa menahan kantuknya. Apalagi saat melihat angka angka yang ada di papan tulis tersebut. Matanya mulai mengantuk, dan satu satunya obat yang bisa membantu adalah memandangi foto Galaxy.
“Uhhh, gantengnya masa depan,” gumam Shuhua saat memandang foto yang diam diam diambil olehnya itu. Sampai dia tidak sadar kalau guru sudah memanggilnya dari tadi, yang mana membuat Rara mengguncang tubuhnya.
“Ci, dipanggil guru.”
BRAK! “Shuhua!”
“Iya, Mamih!” teriak Shuhua sambil berdiri seketika, teriakan dan pukulan pada meja secara bersamaan membuat otaknya merespon secara spontan, seperti yang sering dia lakukan pada Mamihnya.
“Hahahahahaha!”
Dan semua anak anak di kelas tertawa seketika melihat tingkah Shuhua.
“Kamu tunggu diluar sampai jam pelajaran berakhir. Dan ponsel ini akan ada di tangan Ibu sampai jam pelajaran Ibu selesai.”
Perintahnya mutlak, dan Shuhua tidak keberatan dengan itu. Dia keluar dari kelas dengan senang hati, kantin adalah tujuan utamanya. Membeli beberapa makanan dan duduk sendirian di koridor kelas, mendengarkan apa yang terjadi di sekitarnya.
Sampai Shuhua dikejutkan oleh seseorang yang keluar dari kelas, dan duduk di sampingnya. Menelan burger yang sedang dikunyah sebelum bertanya, “Lu ngapain duduk di sini?”
“Hp aku gak sengaja bunyi, jadi Ibu nyuruh aku keluar.”
Shuhua menggelengkan kepalanya heran. “Lu suka sama gue boleh, tapi bego jangan. Please lah, lu itu ketua osis. Harus nyontohin yang baik sama yang lain.”
“Nggak kok, aku keluar mau izin ke kamar mandi. Tapi di sini dulu, liat keadaan kamu.”
“Lu pikir gue sakit?”
Dewa tertawa. “Jadi udah tau ‘kan kalau aku suka sama kamu? Gak ada kesempatan sama sekali?”
“Duh, Paketu. Gue gak mau bikin lu sakit hati, tapi saat ini ada cowok yang lagi gue kejar. Dari zaman gue masih sebiji kacang, itu cowok udah gue suka. Jadi ya….” Shuhua mengangkat bahunya sambil kembali menggigit burger. “Mau?”
“Tapi kalau kamu gak berhasil sama cowok itu. Kita masih ada kesempatan ‘kan?”
“Gue gak janji serius.” Tatapan mereka bertemu. “Lagian nanti juga gue udah mau jalan sama Bang Galaxy, jadi kayaknya gue udah dalam perjalanan jadi ceweknya doi deh.”
Sebelum Dewa menjawab, jam istirahat lebih dulu berbunyi. Sang guru keluar lebih dulu.
“Shuhua, kalau kamu kembali main ponsel saat jam pelajaran Ibu, nanti Ibu laporkan ke BK mau?”
“Gak mau, Bu. Maaf,” ucapnya sambil menerima ponselnya.”
“Nah begitu, kamu nasehatin dia, Dewa. Biar gak ngulang lagi.”
“Iya, Bu.”
“Nasehatin apanya,” gumam Shuhua menggelengkan kepala heran. Menatap gurunya yang menjauh pergi.
“Mau kemana?” tanya Dewa saat Shuhua berdiri.
Sosok itu hanya menunjuk kelas dan masuk ke sana, memeluk Aurora dari belakang. “Yuk gue traktir ke kantin.”
“Tumben, kesambet apa lu?”
“Kan mau jalan sama Bang Al. jadi gue dalam proses jadi Kakak Ipar buat lu.”
“Ngeri, anjir,” ucap Aurora sambil tertawa dan melangkah keluar; menuju kantin bersama sahabatnya itu.
*****
Galaxy sedang berkutat dengan laptop dan tumpukan buku bersama dengan teman temannya di kelas yang sudah kosong. Sang dosen tidak masuk, dan memberi tugas untuk dirumah. Sementara itu, Galaxy dan teman temannya memilih mengerjakan tugas di kampus.
Rumah adalah tempat tidur, bukan mengerjakan tugas.
Begitu moto mereka.
“Gimana hubungan lu sama kelas tetangga kita, Al?” tanya salah satu sahabatnya.
Galaxy hanya mendengus kesal sebagai jawaban. “Privacy.”
“Lu gak ditolak kan?”
“Belum confess.”
“Kapan mau confess? Lu kan laki.”
“Nanti lah, nunggu waktu tepat,” ucap Galalaxy mengambil buku yang lain. Bahkan tatapannya selalu terfokus pada buku buku dari pada orang disekitarnya.
“Ajak jalan sana, malem minggu nanti.”
Galaxy lagi lagi tidak menanggapi.
“Kalau lu gak suka sama dia, yaudah buat gue.”
“Jangan macem macem ya lu.”
Dan saat itulah teman temannya tertawa, akhirnya tatapan Galaxy berpaling dari buku.
“Eh, tuh liat siapa yang masuk,” ucap salah satu temannya sambil melihat ke ambang pintu kelas.
Di sana ada sosok perempuan berambut Panjang, blasteran German-Indonesia. Sangat cantik dengan kulit putih dan rambutnya yang cokelat. “Mau ketemu Galaxy.”
“Cieee, doi nyamperin sendiri dong.”
Tidak menanggapi teman temannya, Galaxy melangkah mendekati Leah; teman satu angkatannya. “Kenapa?”
“Lagi nugas?”
“Iya, kenapa?”
“Um…..” terlihat ragu ragu sambil menggigit bibir bawahnya.
“Udah mau beres kok. Bilang aja,” lanjut Galaxy, seolah bisa membaca pikiran.
“Abis dari sini mau kemana?”
Menatap jam tangannya. Sekarang masih jam dua siang, dan janjinya dengan Shuhua jam 4 sore. “Jam empat sore ada janji sih. Kenapa? kamu butuh apa?”
“Bisa anterin aku ke rumah rector? Ada laporan yang harus aku serahin. Kamu tau kan rumahnya?”
“Tau, bentar ya.” Galaxy kembali ke dalam kelas untuk mengambil tasnya. Dimana teman temannya menatap Galaxy dengan tatapan menggoda.
“Ciee…, mau nge-date? Jangan lupa ajakin makan, pendekatan gitu, Al. bawa motornya jangan kenceng kenceng. Eh, gak papa deh kenceng, biar doi peluk.”
“Bacot,” ucap Galaxy kemudian keluar dari kelas.
Melangkah bersama dengan Leah; sang crush.
Sementara itu di sisi lain, Shuhua menghabiskan waktu pulang sekolah dengan Latihan bela diri. Hanya anak anak yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler yang tersisa. Dan saking asyiknya, bahkan Shuhua terkejut dengan jam yang sudah menunjukan pukul empat, bertepatan dengan Latihan yang usai.
*Bang, Cici udah selesai Latihan. Ini mau ganti baju dulu. Tungguin di depan ya. Loveee youuuuu.*
Begitulah Shuhua mengirimkan pesan kepada Galaxy sebelum dirinya membasuh diri di kamar bilas di dekat kolam renang, memakai kemeja dan celana jeans. Shuhua keluar dari sekolah dengan tampilan yang berbeda, dia mengepang rambutnya supaya terlihat lebih cantik.
Namun saat keluar, Shuhua belum mendapati Galaxy di sana. Dia memeriksa pesannya, ternyata belum terkirim juga. Jadi Shuhua berusaha menelponnya, tapi ponsel Galaxy tidak aktif.
“Ih, si Abang kemana dah.”
Bisanya jika pulang sore, Shuhua akan pesan ojeg online atau naik bus kota. Namun mengingat dia ada janji dengan Galaxy, Shuhua memilih duduk di bangku taman sekolah. Berfikir kalau laki laki itu sedang dalam perjalanan, dan ponselnya mati.
Namun waktu terus berlalu, dan Galaxy belum juga datang.
“Mamih lapar,” gumamnya sambil mengelus perut. Jarak minimarket dari sekolahnya ada di perempatan, dan Shuhua takut jika dirinya ke sana dam Galaxy datang, pria itu akan mencarinya. “Kan nanti mau ditraktir.”
Begitu Shuhua menenangkan dirinya sendiri. tapi ini sudah pukul setengah lima, dan Galaxy masih belum bisa dihubungi.
Shuhua menghubungi Aurora, tapi sahabatnya itu bilang kalau Galaxy belum pulang ke rumah.
“Tunggu aja bentar lagi.”
Dan dalam proses menunggu itu, hujan tiba tiba turun. Shuhua panik, dia berjalan ke arah gerbang yang sudah terkunci. Dirinya berdiri di sana seorang diri, dengan hari yang mulai gelap.