2

972 Words
EPISODE 2   Darel berjalan ke kamar mandi, ia membuka kaos putihnya terlihat tubuh putihnya yang sudah terbentuk agak manly. Syuuurrrr, air yang mengalir dari sower berjatuhan tepat dikepala darel, membuatnya sangat segar dan semakin rilex. Setelah bermain-main dengan air, ia segera menutupi sebagian tubuhnya dengan handuk putih. Beberapa menit berlalu… Darel masih berjalan-jalan disamping kolam renang pribadinya, ia memandangi pemandangan indah dari sini. Ia punya segalanya, tapi ia kesepian. Darel mengenakan celana pendek hitam, tanpa menggunakan kaos atau apapun yang melekat di tubuhnya. Darel nampak melakukan beberapa pemanasan, setelah cukup panas ia segera menyeburkan dirinya kekolam, berenang dengan lihaynya didalam sana siapapun yang melihat akan terpana olehnya. Setelah dirinya puas berenang, ia mengganti pakaiannya, malam ini ia ada janji dengan beberapa temannya, tepatnya ada reunian SMA, sebenarnya dia sangat malas untuk datang, namun teman-temannya memaksanya untuk datang. 18.40 Darel menaiki mobil sportnya, meski usianya masih dibawah umur ia mampu menghalau beberapa yang dapat mengahalanginya. "Bentar lagi jam 7" desisnya perlahan memandangi arloji yang melekat dipergelangan tangannya "Andai dia ada disampingku!" Ujarnya lagi, sambil melihat kesampingnya. Darel mengendarai dengan cukup santai, ia sangat tenang dimanapun ia berada. Setelah sampai, darel segera memasuki sebuah kafe yang sudah teman-temannya sewa. "Eh itu darel" teriak salah satu gadis "Darel lama banget!" Gerutu gadis yang berada disampingnya Darel duduk disamping andi "Sory" "Ah elu gak berubah darel, masih aja dingin!" Celetus andi "Ya" jawabnya masih datar "Ayo! Makan makanannya darel" ucap gadis itu lagi Darel masih datar tanpa menanggapinya. "Eh pada mau daftar ke UNIVERSITAS mana?" Mereka menjawab sesuai keinginannya masing-masing dengan riuh. "Kalo elo darel?" Ucap andi "Universitas Utama mungkin!" Andi terlihat begitu terkejut "Wihh favorit gua tuh!" "Hmm" "Reunian ko berlima?" Desis darel menatap wajah tak sukanya "Ya mau gimana lagi darel, mereka bilang mau berangkat semua, eh tau-tau cuma berlima yang datang!" Jawab sesil "Hm, gue duluan" Mereka nampak menatapi darel semakin aneh "kenapa buru-buru bro?" "Banyak keperluan!" Jawab darel lalu pergi meninggalkan mereka berempat. Siapa yang tak kesal, di grup semua orang bilang akan mendatangi reuni itu refleks membuat darel marah dan tak mau lagi ikut reuni. Darel kembali mengendarai mobil sportnya dengan laju yang cukup cepat, namun satu pemandangan membuatnya memberhentikan mobilnya. Anak-anak seusianya sedang melakukan balapan liar, apalagi yang ia lihat sekarang beberapa diantara mereka yang mengikuti balapan adalah seorang wanita. Darel membawa sesuatu dalam saku celana nya, tak lain adalah kalung milik rahel "Rahel, dimana pun kamu! Aku harap kamu tak seperti mereka" Ia kembali mengendari mobilnya, tapi sepertinya ia tak ingin pulang kerumah nya saat ini. Ia memarkirkan mobil nya dipekarangan rumah yang antik dan sederhana. Toktoktok! Darel mulai mengetuk pintu rumah itu, ckelk pintu itu kini terbuka terligat wanita paruh baya memandangi darel bahagia. "Darel?" "Iya oma!" Neneknya langsung tersenyum semakin melebar "Ayo masuk sayang!" "Kamu dari mana?" Darel duduk dikursi tamu "Darel habis reuni oma" "Oh begitu ya? Kamu udah makan?" "Darel malas makan!" Neneknya nampak menatapinya khawatir "Yaampun jangan bicara seperti itu! Kamu harus banyak makan! Sebentar ya? Oma akan masakin sesuatu untuk kamu!"   Darel menggelengkan kepalanya cepat "Gak usah oma! Darel masih kenyang!" "Sttt diam! Tunggu saja ya?" Nenek darel lalu pergi kedapur "Heuh oma ini emang keras kepala ya!" Darel tak diam saja, ia ingin membantu omanya untuk memasak, omanya bisa membuatnya melupakan kesedihan terhadap orang tuanya.   Bagai debu yang terbawa angin, mendarat dimana saja, tetap tak berarti apa-apa. Rahel. ***   Darel menyiapkan dirinya untuk mendaftar disalah satu UNIVERSITAS ternama dijakarta. Ia masih terlihat seperti biasanya, dengan wajah yang datar dan sorot mata yang terlihat kosong. Ia menyiapkan pelajaran dengan rinci dan rapi, pakaiannya pun sangat rapi tidak meninggalkan kesan gagahnya. Ia mengenakan jaket tebal berwarna kopi s**u ala-ala korea, ya sangat klop sekali dengan postur tubuhnya yang gagah. Setelah selesai menyiapkan segalanya, ia segera berangkat menggunakan mobil pribadinya, seluruh aset yang dimiliki oleh keluarga nya sebentar lagi akan dipegang olehnya. Meski sikap darel sangat biasa saja dengan hal ahli waris ini, tapi dia memang laki-laki yang smart dan jarang ditemui dia pantas untuk menjadi penerus saham atas nama ErikLusi ayah dan ibunya. Setelah beberapa saat diperjalanan menempuh Universitas yang akan menjadi tempatnya untuk mengenyam pendidikan kedepannya. Ia berjalan sangat percaya diri memasuki tempat barunya itu, semua orang terpana melihat penampilannya yang memukau. Pesona nya akan tetap sama saat masa SMA dulu, meskipun dia sosok yang penyendiri ia banyak dikagumi karena kecerdesannya juga ketampanannya. Ia memasuki kelasnya, kelas khusus untuk orang-orang yang akan menjadi ahli waris Grup ErikLusi, karena UNIVERSITAS ini juga merupakan UNIVERSITAS milik Grup ErikLusi. Dikelas ini ada orang-orang calon Sekertaris, Bendahara dan CEO juga yang lain. Hanya di kelas ini saja calon-calon untuk penerus Grup ErikLusi. Berita tentang Putra pemilik Grup ErikLusi ini menyebar hingga keseluruh kampus, membuat mahasiswa-mahasiswi lain sudah lama menunggu-nunggu kedatangannya. Benar saja, mereka terpukau saat tahu wajah Darel yang sebenarnya sangat mirip dengan tuan Erik yang juga tampan meski usia nya sudah menginjak 40 tahun. Namun putra dari tuan Erik dan Lusi ini bukan hanya darel, melainkan ada varel saudara kembar darel yang menetap di Amerika bersama Ayah dan ibunya, bukan masalah pilih kasih hanya saja varel tidak seperti anak lain, ia harus dirawat di Amerika karena mempunyai jantung yang lemah semenjak ia lahir. Kadang Darel juga iri pada Varel yang bersama ibu dan ayahnya menetap disana, namun ia juga harus bisa belajar mandiri, ia tidak boleh egois pada adiknya sendiri. Erik dan Lusi pun sengaja membiarkan darel tinggal di indonesia untuk mengurus segala urusan bisnis keluarganya, karena ialah yang akan menjadi CEO keluarga Erik. Darel duduk dibangkunya, dan segera membuka-buka buku yang dibawanya dari perpustakaan pribadinya, ia membaca tentang ilmu bisnis lagi tentunya. Sorot mata nya sangat tenang dan rilex, fikirannya pun sama. Beberapa saat kelasnya penuh, dipenuhi oleh orang-orang yang berwibawa dan cerdas-cerdas. Mereka semua mematuhi darel dan berprilaku sangat sopan padanya, meski dengan hal itu justru membuat darel sedikit risih, padahal biasa saja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD