bc

TITIK GELAP DI MENTARI [INDONESIA]

book_age4+
183
FOLLOW
1K
READ
possessive
arranged marriage
playboy
arrogant
tomboy
confident
drama
sweet
brilliant
virgin
like
intro-logo
Blurb

Darel yang selalu mengehar dan mencintai Rahel sepenuhnya, ia selalu mengalami kesulitan saat pengejaran cintanya berlangsung. Bahkan nyawapun ia pertaruhkan untuk sang pujaan. Akankah Darel berakhir dengan kisah yang baik?

chap-preview
Free preview
1
EPISODE 1 Cahaya itu menghidupkan, menghidupi alam tumbuhan dan segala yang didalamnya, tapi cahaya kehidupanku saat ini masih bias ditutupi oleh titik-titik gelap. ***   Darel dan rahel masih bermain dan berlarian dipekarangan rumah darel yang begitu mewah, usia mereka baru 8 tahun dan kebetulan sekali mereka seusia, sebelum rahel datang kedalam hidupnya darel merasa sangat kesepian, ia selalu ditinggalkan oleh orang tuanya keluar kota, ia merupakan anak pendiam dan sering takut jika bertemu orang asing. Tapi semenjak rahel pindah dan menetap tak jauh dari rumah darel, darel merasa b*******h seperti anak kecil pada umumnya ia ceria dan hidup nya kini penuh warna. "Darel, ikut aku yuk? Kita makan siang dirumah rahel ya hari ini? Abisnya sih kita selalu makannya dirumah kamu!" Darel tersenyum "Ayo! Bukannya waktu itu kita juga pernah makan dirumah kamu!" "Hehe ingatan kamu emang tajam darel!" Rahel memegang lengan darel erat "Ayo!" Mereka berjalan menuju gerbang rumah darel yang super megah disana terlihat satpam yang menjaga ketat rumah darel. Pak satpam menatapi darel dan rahel yang berlari-lari saling berpegangan tangan dan tersenyum riang. "Tuan muda mau kemana?" "Saya mau kerumah rahel pak! Dekat ko, gak jauh dari sini" Pak satpam menangguk faham, karena sejauh yang ia tahu darel hanya diperbolehkan main kerumah rahel. "Yasudah hati-hati ya tuan! Jangan kelamaan mainnya ya? Apa mau saya antar?" Darel menggeleng cepat "Gak usah pak! Dekat ko dari sini gak lewat jalan raya ko!" "Iya saya tau tuan! Yasudah hati-hati ya" "Siap!" Semangat keduanya menjawab Mereka kembali berjalan saling berpegangan, dan tertawa ria. Tak lama mereka sampai didepan pekarangan rumah rahel yang sederhana. "Rahel apa ibu kamu ada?" Rahel nampak seperti berfikir "Gak tau, tenang aja kalo ibu gak ada kita yang masak ya?" "Yup!" Jawab darel semangat dengan senyumannya Ckelk, rahel membuka pintu rumahnya perlahan namun sangat disayangkan pemandangan yang seharusnya tak mereka tonton kini jelas-jelas nampak dimata keduanya. "Rahel, itu bukan ibu kamu kan?" Lirih darel pelan, nampaknya kedua orang tua itu tak menyadari ada darel dan rahel. "A-ay-ah!" Ujar rahel terbata-bata, air mata nya kini bercucuran deras melewati pipi lembut nya, darel menatapi rahel sedih. "Jangan nangis rahel!" Lirih nya pelan, ia semakin erat memegangi lengan rahel. Tepatnya mereka melihat ayah rahel sedang b******u mesra dengan seorang wanita berbaju ketat dan terbuka, dan ia mengenakan rok mini, wanita itu dipangku olehnya, saat mendengar suara anak kecil mereka langsung menghentikan perbuatan dosanya. "Nak? Kenapa kamu ada disini? Sttt, jangan nangis nanti ibu kamu tau!" Ayah rahel mendekati anak semata wayangnya itu dengan menjongkokan badannya. "Ayah jahat!! Ibu akan nangis dan lebih sakit kalau lihat ini, dia siapa ayah?" Teriak rahel histeris masih dengan tangisan Darel mendorong tubuh pria paruh baya itu kasar "Om! Kenapa om sejahat ini? Siapa tante itu om?" "Diam! Kamu jangan ikut campur" tegas ayah rahel menatapi darel murka Rahel semakin menangis terisak, darel mengelus-elus punggung rahel lembut. "Aku akan kasih tau ibu!" "Jangan rahel..." Wanita sexy itu mendekati ayah rahel lalu merangkulnya mesra "Tante pergi dari sini!" Teriak rahel menatap wanita itu murka "Hah? Saya rasa ibu kamu yang harus pergi, karena ibu tiri kamu sekarang sedang mengandung dedek!" Ujarnya dengan senyuman jahat Darel dan rahel semakin terkejut "Apa? Ayah dia bohongkan? Rahel gak mau punya adik dari perempuan murah ini ayah!" Teriak rahel Plaakkk, tamparan itu menuju pipi lembut rahel dengan kerasnya, menyisakan bekas merah yang sangat jelas. "A-ayah?" Lirih rahel pelan dengan terbata-bata, Ayah rahel nampak tak sadar atas perbuatannya itu "Rahel sayang? Maafin ayah!" "Om jahat! Jangan deketin rahel om, mendingan tante juga pergi dari sini!" Tegas darel yang sedang mengelus-elus pipi rahel yang kesakitan. Suara langkah kaki tiba-tiba membuat semuanya diam, terlihat ibu rahel yang membawa belanjaan berupa beberapa sayuran. Ia nampak kaget melihat ada seorang wanita berpakaian tak sopan dirumahnya. "I-bu?" Teriak rahel lalu memeluk ibunya erat darel masih mengikuti nya "Ke-napa sayang?" Lirih ibu rahel memeluk anaknya itu erat, pandangannya masih terkunci pada suaminya. "Ayah selingkuh!" Teriak rahel Deg, kalimat itu membuat Reni semakin terpukul ternyata instingnya benar. "Mmas? Benar?" Ayah rahel nampak frustasi dan mengacak-acak rambutnya kasar "Arrgggghh! Iya Reni dia ini selingkuhan ku" "Ta-tapi kenapa kurang apa aku ini?" Wanita itu menatapi reni rendahan "Karena kamu gak pernah mau muasin suami kamu sendiri! Malah suruh sholatlah, ngajilah, kemasjid lah! Dia juga ingin di layani reni" Air mata kini bergelinangan melewati pipi reni, d**a nya terasa begitu sangat sesak, ia tak pernah percaya dengan semua ini namun inilah kenyataan. "Mulai sekarang kita cerai! Karena aku gak bisa ninggalin winda karena dia lagi hamil!" Degg, lagi-lagi hati nya kembali menjerit kesakitan air matanya semakin deras mengalir. "I-ibu jangan nangis!" Lirih rahel pelan "Kamu tega mas! Semudah itu kamu menceraikan aku? Semudah itu kamu ngehamilin dia? Lihat, ini anak kita! Semua yang kamu lakukan akan berdampak buruk!" Tegas reni Ayah rahel tersenyum "Aku gak peduli! Karena rahel akan disini bersama ku!" Lengannya menarik tubuh rahel, tapi lengan rahel yang satunya lagi memegangi erat ibunya. "Rahel gak mau sama ayah!" "Kamu anak ayah rahel!" "Lepasin mas! Jangan biarkan rahelku hancur olehmu!" Teriak reni dengan suara yang gemetaran "Rahel pulanglah bersama ibu!" Lirih reni pelan "Aku akan bersama ibu!" Tegas rahel yang lalu menggigit keras lengan ayahnya Dengan sigap reni menarik tubub rahel lalu menggendongnya cepat "Ayo darel! Kita pulang!" Ajak reni yang lalu memegangi lengan darel erat. Mereka segera berlarian dari rumah itu "Udahlah mas biarkan mereka! Kamu kan udah punya keluarga baru!" Ujar wanita itu lalu memegangi lengan ayah rahel. "Ibu berhenti disini" rahel turun dari pangkuan ibunya, rahel membuka kalung yang ia kenakan yang bertuliskan namanya. Ia meraih tangan darel "Darel, ini ambil! Jika kau sedang bersedih dan kesepian lihat kalung ini ya?" Darel memegang erat kalung itu lalu mengangguk, air matanya mengalir perlahan ia tak pernah menyangka akan secepat inikah ia kehilangan sahabatnya. "Rahel, Ibu! Aku punya ide bagus, bagaimana kalau kalian tinggal disini dirumah ku?" Ajak darel semangat Mereka berdua menggeleng cepat, lalu reni melambai-lambaikan tangan kejalanan tepat kearah taxi "Rahel cepat! Jangan sampai ayahmu menemukan kita!" Saat taxi itu berhenti ibu rahel kembali menggendong rahel "Ibu, jangan biarkan rahel bersedih" reni mengangguk lalu segera pergi dari hadapan darel, rahel melambaikan tangannya tanda perpisahan. "Rahel suatu saat, takkan kubiarkan ibu dan kau menangis!" Desis darel kemudian menghapus air mata nya. Saat mentari bersinar, biasan cahayanya kadang membuat mataku sakit. Jadi, jangan terlalu menyinariku, Rahel. *** Darel masih duduk di sofa dikamarnya, ia masih termenung sendirian tanpa banyak berbicara pada siapapun. Kini ia sudah menginjak dewasa, umurnya tepat 19 tahun 3 hari yang lalu, ya pastinya ada pesta besar dirumahnya, namun ia masih belum menemukan teman yang benar-benar ada untuknya, seperti rahel dulu. Ia sangat menyukai suasana seperti ini, tenang damai, meski faktanya ia bukan menyukai suasana ini tapi sudah terbiasa dengan suasana seperti ini. Drrrttt... Drrrtt... Dering telpon membuat suasana hati nya berubah, menurutnya ini sangat menganggu. "Darel anak mom?" "Ya?" "Darel, mom sama dad masih sibuk! Jadi gak bisa cepet-cepet pulang! Maafin mom dan dad ya? Karena gak bisa datang diacara ulangtahun kamu waktu itu!" "Santai aja!" "Ya sudah, mom sama dad akan transfer uang ya? Udah dulu sayang, mom sibuk banget nanti mom telpon. Bye!!!" "Bye!" Darel menaruh ponselnya kembali dimeja, lalu membaringkan tubuhnya disofa, rasanya ia kadang menyesal terlahir kedunia, tanpa kasih sayang dari kedua orang tuanya, hanya uang-uang-uang yang mereka fikirkan. Ia memijit-mijit pelipisnya pelan, membuatnya sedikit rilex. "Tuan! Kopi hangatnya sudah siap!" Ucap bi isah yang baru saja membuka pintu kamar darel. "Taruh dimeja" Bi isah mengangguk lalu mematuhi perintahnya "Iya tuan!" "Bi isah gak perlu mengantarkannya lagi, saya bisa ambil sendiri!" Bi isah nampak khawatir menatapi darel yang kian merasa kesepian "Tapi tuan juga harus sering berinteraksi!" "Anak akan belajar sepenuhnya pada orang tuanya! Buktinya mereka tak mengajarkan apa-apa, jadi saya hanya bisa diam!" Bi isah memegangi bahu darel, pandangannya semakin khawatir terhadap darel. "Yang sabar tuan!" Darel tersenyum, lalu memejamkan matanya bi isah pun pergi dari kamar darel dan menutup rapat-rapat kamar mewah darel.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Bukan Cinta Pertama

read
52.5K
bc

Married With My Childhood Friend

read
43.9K
bc

Cici BenCi Uncle (Benar-benar Cinta)

read
200.2K
bc

Pinky Dearest (COMPLETED) 21++

read
285.7K
bc

GADIS PELAYAN TUAN MUDA

read
465.4K
bc

See Me!!

read
87.9K
bc

Fake Marriage

read
8.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook