Siang ini Arjuna, Yuda, Bima, Dewa, dan Nala sedang menikmati makan siang di warung depan fakultas teknik. Diantara mereka tidak ada satupun yang merupakan anak teknik, hanya saja mereka suka sekedar nongkrong disini. Alasannya sih dari semua warung yang ada di kampus, hanya tempat ini yang memiliki mendoan paling enak diantara yang lain.
Namun, untuk Arjuna berbeda. Dia suka berlama-lama di warung ini untuk melihat kegiatan Binar di kampus, tempat ini lebih dekat dengan gedung fakultas tempat Binar menghadiri kelas setiap hari.
"Eh itu Binar kan ya?" Suara Nala melengking, menunjuk ke satu titik dimana tampak seorang perempuan berjalan beriringan dengan seorang lelaki.
Arjuna yang sebelumnya fokus bermain ponsel menoleh, menelisik siapa gerangan sosok yang tengah bersama Binar.
"Itu sama Harsa kan ya?" sambung Nala tak begitu percaya.
Mendengar itu ketiga orang lainnya yang sebelumnya tak peduli, kali ini ikut menoleh cepat. Memasang wajah panik sambil melirik takut-takut ke arah Arjuna yang masih bergeming di tempat.
Disisi lain rahang Arjuna mulai mengetat, wajahnya yang tadi masih terlihat biasa saja kini seolah terbakar api amarah. Yuda, Bima, dan Dewa saling menyenggol satu sama lain. Tanpa banyak bicara Arjuna bangkit, melangkah meninggalkan warung tanpa menghiraukan teriakan teman-temannya yang meminta dirinya untuk berhenti.
###
Sepanjang hari Binar hanya bertahan di kampus, tak berkutik sedikitpun bahkan menolak halus ajakan temannya untuk ke warung sejenak. Pukul dua belas tepat tanpa menyempatkan diri untuk makan siang terlebih dahulu, Binar bergegas keluar kelas untuk menemui dosen sesuai jadwalnya. Pertemuannya kali ini sebenarnya telah ia rencanakan sejak lama, hanya saja sang dosen beberapa berhalangan untuk datang.
“Beberapa laporan lainnya akan segera saya kirim melalui email, Pak, mohon dikoreksi ya,” ucap Binar setelah menjelaskan panjang lebar materi yang sudah ia siapkan pada dosen tersebut.
Sedikit kepuasan terkulas dalam senyum manis Binar, lantas ia berpamitan pergi. Tugasnya yang terlambat sudah selesai, bodoh sekali ia tak memperhatikan dengan seksama jadwal kuliahnya kala berangkat ke Jakarta. Alhasil ia harus mendapatkan tugas dua kali lipat dari yang lain, mengingat begitu killer dosen satu ini.
Selanjutnya Binar memesan ojek online untuk pulang kali ini, entah mengapa Arjuna tak mengabari dirinya sama sekali. Tak apa dia bisa menikmati padatnya kota Surabaya saat jam makan siang ini. Niatnya ingin makan di warung makan sederhana yang tak begitu jauh dari kampus, tapi sebelum itu dia akan mengambil beberapa lembar uang dari kartu debitnya. Sebab sang supir juga meminta untuk Binar membayar secara cash.
“Mbak, bisa masuk dulu, saya masih nunggu temen saya ambil ATM," ucap salah seorang perempuan yang berdiri diluar ruangan tempat mesin ATM berada.
“Makasih,” jawab Binar pada sosok tersebut.
Beruntung Binar bisa langsung masuk guna mengambil uang setelah memarkirkan motornya, dia harus berterima kasih banyak pada anak sekolahan tadi.
Seperti biasa tangannya memencet nominal yang ingin diambil, memasukkan pin dan menunggu uangnya keluar. Hingga sampai saat dia ingin mengambil kartu ATM setelah menghitung lembar uang yang keluar, Nadira tak mendapati kartu itu ikut keluar.
Mungkin delay?
Namun ia tunggu hingga sepuluh menit kartunya tetap tak mau keluar, hatinya mulai kalut. Kemungkinan kartunya tertelan mesin ATM, padahal di belakangnya ada yang masih antri menunggu untuk mengambil uang juga.
“Mbak, udah belom?” Gadis tadi yang merelakan antrian didahului Binar memasukkan kepalanya ke dalam ruangan, temannya sudah sampai dan dia ingin mengambil uang juga.
“Duh, Dik, kartu aku ketelen mesin ATM," keluh Binar tak tau harus melakukan apa.
“Waduh gimana ya, Mbak?”
“Kamu coba aja, Dik, mungkin bisa. Aku mau coba cari bantuan.”
Binar keluar mempersilahkan gadis itu masuk. Otaknya sedang mencari satu nama yang mungkin saja bisa membantunya dikeadaan ini, apalagi jam makan siang sudah mulai menipis tersisa setengah jam lagi.
Di tengah kebingungan itu Binar menatap layar kunci ponselnya, terdapat potret Ryu disana. Otaknya langsung melafalkan nama Arjuna, mungkin Arjuna bisa membantu dirinya. Akhirnya Binar membuka kontak, memencet ikon ponsel untuk menghubungi Arjuna
“Hallo, Bin? Ada apa?" tanya Arjuna dari seberang sana.
“Jun! Tolongin gue dong, kartu gue ketelen mesin ATM,” ucap Binar menggebu, Arjuna satu-satunya yang bisa ia mintai pertolongan.
“Lah? Kok bisa, Bin? Sekarang lo dimana?” tanya Arjuna.
“Di deketnya rumah makan sederhana, samping kampus."
“Yaudah bentar gue kesana, tunggu ya!"
Binar akhirnya mempersilahkan beberapa orang termasuk dua orang anak sekolah tadi untuk mengunakan mesin ATM. Hingga lima belas menit berlalu Arjuna datang mengendarai motor milik Nala.
"Gimana kartunya?" tanya Arjuna yang sudah berdiri tepat di samping Binar.
"Masih ke tahan di dalem," balas Binar dengan wajah gusar.
"Terus lo ke sini naik apa?"
"Tuh!" Binar menunjuk dengan dahu seorang pria memakai jaket hijau khas ojek online yang masih setia menunggu di samping ATM.
"Belom dibayar ya?"
Binar menggeleng.
Lantas Arjuna melangkah mendekati tukang ojek tersebut, memberikan uang seratus ribu untuk membayar jasanya mengantar dan menunggui Binar. Entah Arjuna berkata apa tapi setelahnya lelaki paruh baya itu menyalakan motor dan melaju menjauh dari tempat semula. Arjuna kembali menghampiri Binar.
"Pulang sama gue aja, bapaknya biar nyari orderan lagi," jelas Arjuna sambil membuka pintu ATM, orang terakhir yang berkepentingan mengambil uang sudah keluar sejak ia datang. "Kita tunggu sales-nya ya? Tadi gue udah telepon kok sebelum ke sini," sambungnya.
"Terus kenapa kita di dalem?" tanya Binar kebingungan.
"Ngadem, Surabaya panas banget!"
Binar menggelengkan kepalanya, kemudian meninggalkan lelaki itu sendiri di dalam tempat ATM. Binar tak setuju dengan usulan Arjuna, bagaimana jika ada orang yang ingin mengambil uang? Kasian harus menunggu orang yang hanya perlu ngadem.
Arjuna akhirnya mengikuti Binar yang duduk di anak tangga depan, matanya menatap jalanan arah kira dan kanan berharap sales yang Arjuna bilang tadi segera datang.
"Kenapa pesen ojek? Kenapa gak ngajak gue pulang aja?" tanya Arjuna setelah sekian lama diam.
"Lo aja gak ngechat gue," balas Binar sedikit kesal.
Arjuna diam, memperhatikan perubahan wajah Binar yang semula tengang menjadi kesal. Tersenyum sekilas sebelum akhirnya angkat bicara.
"Gue tadi siang liat lo lagi sama Harsa, jadi gue kira kesempatan gue udah diambil orang lain," papar Arjuna menyematkan senyum remeh untuk dirinya sendiri.
Binar yang mendengar itu lantas menoleh cepat. Apa-apa lelaki di depannya ini? Kenapa malah berspekulasi sendiri? Kenapa tak mau bertanya terlebih dahulu?
"Harsa cuma minta laporan gue tahun lalu buat referensi katanya," jelas Binar membenarkan apa yang sebenarnya terjadi.
"Oh ... Maaf. Gue nyimpulin sepihak, akhir-akhir ini gue kepikiran sebenarnya ... Tapi .... " Arjuna mengantungkan ucapannya. "Terus kenapa lo gak ngechat gue?"
"Gue sadar diri lah, Jun!" balas Binar sambil tertunduk lesu.
"Sadar diri gimana?"
"Lo gak denger yang kata anak-anak kampus?"
"Emang mereka bilang apa?"
"Mereka sering bilang gue manfaatin elo, morotin duit lo. Ngasih badan gue biar lo mau sama gue, banyak deh pokoknya."
Arjuna tersenyum, sebenarnya dia juga tau kok. Hanya saja ia berpikir Binar tak akan menangapi ucapan-ucapan sepele seperti itu. Nyatanya gadis ini juga sama sensitif seperti ketiga kakan Arjuna.
"Gue kira lo gak bakal nanggepin omongan receh itu, ternyata risih juga ya?"
"Tapi gue pikir-pikir mereka ada benernya tau!"
"Soal apa?"
Binar semakin memperdalam tundukannya, kali ini disertai dengan tangannya yang memainkan tali sepatu. Tampaknya hari minggu besok ia harus mencuci sepatu ini, lihat sudah kusut seperti pemiliknya.
"Soal apa, Binar?" ulang Arjuna yang tak sabar menunggu jawaban gadis di sampingnya.
"Mereka pernah bilang kalo gue cewek murahan. Soalnya belum punya status udah di tenteng-tenteng kesana kemari. Gue mau marah tapi mereka bener juga." Binar beralih menatap Arjuna yang juga tengah menatap dirinya. "Kan?" tanya Binar meminta pembenaran.
"Ya udah jadi pacar gue aja."
####