Bully

1151 Words
Suara jangkrik menghiasi malam dengan suaranya. Raja menutup bukunya sebelum keluar dari kamar di mana sebuah pintu juga ada tepat di depan kamarnya. Kamar milik gadis cerewet. Remaja itu kemudian turun ke lantai bawah melihat orang tuanya yang ternyata belum pulang. Raja mengambil apel sebelum kembali ke kamarnya. Melihat Tasya yang kini sedang berdiri di balkon menatap ke luar. Raja berjalan menghampiri "Entar masuk angin loh" ucapnya lalu mengigit apelnya. Tasya menoleh ke arah Raja yang menghadap lurus kedepan. Raja ikut menoleh dan kini mata mereka bertemu. "Kenapa?" tanya Raja. Tasya menggeleng lalu mengulurkan tangannya "Coba deh pegang tangan gue" ucap tasya. Dahi Raja berkerut. "Buat apa?" "Udah pegang aja" jawab Tasya. "Enggak. Lo tau kan gue punya penyakit aneh saat bersentuhan sama cewek?" Raja mengigit apelnya lagi. Tasya berdecak mulai kesal "Lo pengen sembuh kan? Siapa tau gue bisa bantu sedikit, Gimana kalo pegangan nya di kamar lo biar gue gak kesusahan angkat badan lo pas pingsan nanti" "Gila nih anak" celetuk Raja kemudian berbalik menuju kamar tapi Tasya menarik kaos Raja. "Gue serius mau bantu lo agar penyakit aneh itu bisa sembuh. Lo gak mau apa dekat sama perempuan atau terus hidup ngejomblo seumur hidup?" jelas Tasya. Raja mulai berpikir akan tawaran cewek di sampingnya ini, Tasya ada benarnya, penyakit anehnya ini sebenarnya juga menyiksa. "Boleh deh" jawab Raja akhirnya. Tasya tersenyum. "Jadi lo mau gue pegang tangan lo di sini atau-" "Di balkon aja lebih adem, di kamar sumpek" Raja melewati Tasya lalu duduk lebih dulu di balkon. Tasya mengikut duduk berhadapan dengan Raja, tangan nya di ulurkan. "Percaya deh gue gak bakal mengejek kok" Raja menatap tangan Tasya, baru melihat saja badannya sudah panas dingin apa ini pilihan yang tepat? "Perlahan aja. Lo kasi tenang pikiran lo anggap gue ini bola basket siapa tau karena itu lo jadi bisa" Tasya mencoba mengendalikan. Raja mulai mengangkat tangan nya, terlihat ragu bahkan melihat wajah Tasya pun sepertinya enggan. Raja menarik tangannya lagi kemudian berdiri. "Gue gak bisa" katanya. Tasya menghembuskan nafas panjang melihat bahu lebar Raja sudah menghilang di balik pintu kamar. Memang tidak mungkin menyembuhkan penyakit aneh yang sudah lama dirasakan Raja, cowok itu pasti ragu karena tidak mau Tasya melihat kelemahannya. Tapi tidak lama pintu kamar Raja terbuka kembali. Tasya menatapnya bingung. "Oke gue mau coba" Raja kembali menghampiri Tasya yang mendongak menatap nya. Kali ini Raja lebih dulu mengulurkan tangan dan tasya menyentuh telapak tangan Raja yang dingin. Raja memejamkan mata menahan perasaannya mulai tidak enak. "Lo gak mau pingsan kan?" Tasya sedikit memiringkan kepala menatap Raja. Cowok itu membuka mata dan menarik tangan nya dari Tasya, keringat dingin di dahi Raja menetes deras sepertinya ia benar benar sangat menahan. "Raja!" seru Tasya. Raja mengangkat tangan menahan Tasya untuk tidak membantunya. "Gue baik. Cuman agak pusing, lain kali coba lagi sekarang gue gak tahan buat lanjutin" Raja berdiri sempoyongan sambil memegangi kepalanya. Tasya mengejar Raja saat cowok itu masuk ke dalam kamarnya dan Tasya hanya bisa melihat pintu kayu itu kembali tertutup. "Raja lo baik baik saja kan!?" seru Tasya khawatir. "I'm okay!" sahut Raja dalam. Tasya diam beberapa detik "Lo kalo merasa gak enak bilang biar gue cari obat di luar!" teriak Tasya. Tidak ada sahutan, apa Raja pingsan? Ragu Tasya memegang handle dan membuka pintu kayu itu. Kamar Raja terlihat gelap, Tasya mencoba mencari saklar dan membuat kamar itu jadi terang. Terlihat Raja tidur telungkup di atas tempat tidur. "Raja" panggil Tasya begitu pelan "lo gak pingsan kan?" Raja mengacungkan jempol ke udara menandakan ia baik baik saja tapi sama sekali tidak bersuara. Tasya mnghela nafas rendah lalu keluar kembali, dia tidak mau mengganggu istirahat Raja. Mungkin rasanya memang menyiksa karena Tasya tidak bisa merasakan apa yang Raja rasakan. ____ Esok hari Tasya kembali ke sekolah, seperti biasa Raja akan menurunkannya beberapa meter dari gerbang yang di lanjutkan tasya dengan berjalan kaki. Tasya melihat sosok King duduk di atas pagar beton sembari makan kuaci. Sebelah kaki bergoyang goyang bebas di atas ketinggian. "Hei. Ngapain di situ?" teriak Tasya. King melihat Tasya yang berdiri di bawah, mendongak melihat ke arahnya. "Buat apa lo peduli?" kembali King mengabaikan Tasya. Tasya menggeleng pelan ia tidak mau ikut melompati pagar seperti beberapa hari lalu gara gara cowok itu. Dari atas tempatnya duduk King hanya memperhatikan Tasya mulai berjalan menjauh. Dengan cueknya King kembali memakan kuacinya. "Hai cantik" sapa Adam yang kebetulan berpapasan dengan Tasya. Tasya tersenyum "Hai juga. Oh ya nama lo kemarin Dika atau Adam gue lupa" Ucap Tasya. "Yah masa lupa sih. Gue Adam kalo yang di sana itu baru dika" Adam menunjuk Dika yang baru masuk ke dalam pekarangan sekolah dengan motornya. "Jadi nanti belajar barengkan?" Tanya Adam sambil terus melangkah. "Boleh deh. Sekalian ajak Dika sama Tio biar rame" Jawab Tasya. Keduanya berbincang ringan saat melewati koridor. "Adam!" panggil seseorang. Adam berbalik, Tasya juga ikutan berbalik. Terlihat Dika berjalan ke arahnya bersama satu orang cowok yang Tasya belum pernah lihat sebelumnya. Terlihat Adam langsung memeluk cowok itu ala pelukan khas cowok. "Wih bro kapan balik? Olimpiade nya pasti lo menangin kan?" Ucap Adam menepuk bahu cowok itu. "Haha pasti menang dong" Jawabnya kemudian Sepasang mata cowok itu menatap Tasya lalu mengulurkan tangan. "Gue Dani. Lo pasti cewek yang namanya Tasya" Dani tersenyum ke arah Tasya saat gadis itu menjabat tangannya sekilas. Dika yang di samping Dani menepuk bahu Dani "Dia ini sepupu gue. Jadi agak mirip kan?" Dika menaikkan sebelah alisnya merasa bangga. Tasya tersenyum kaku "Ah iya" "Oh ya Dik. Raja mana gue gak liat dia?" Tanya Dani "Dia gak tukang kambuh lagi kan?" sambung Dani. "Guys gue ke kelas duluan ya" Pamit Tasya langsung kabur sebelum ia di tarik ke pembicaraan itu. Suasana sekolah mulai ramai sampai bel berbunyi tanda jam pelajaran pertama akan di lakukan. Menghabiskan waktu berkutat dengan pelajaran yang cukup menguras otak, mendengarkan arahan guru saat menjelaskan soal dan rumus di papan tulis. Dan jam istirahat adalah hal paling menggembirakan seperti baru terbebas dan memenangkan pertarungan di medan perang. "Tasya mau ke kantin bareng gak?" Ajak Afika menawarkan diri. "Nanti deh gue mau ke toilet dulu" jawab Tasya. Afika mengangguk "gue ikut deh sekalian" ucap Afika. Tasya hanya tersenyum kemudian mereka masuk ke dalam toilet khusus cewek di mana ternyata ada Melinda dan Welda di sana sedang sibuk memperbaiki make up nya. Afika berdecih geli melihat tingkah anak sekolah tapi dandanan kaya ratu menor. Sedangkan Tasya mencoba mengabaikan meskipun tanpa melihat pun Tasya bisa merasakan tatapan tajam dari kedua orang itu. Tasya memasuki salah satu bilik dan Afika di bilik lain. Di situ Melinda dan Welda tersenyum jahat sembari mengambil salah satu baskom air. Byurrr... "Aaaaa...." teriak Tasya dan langsung keluar dari biliknya tak lama Afika juga keluar dan begitu kaget melihat teman kelasnya sudah basah kuyup sedangkan dua ratu jahat itu tertawa seperti setan. "Kalian kok jahat banget sih. Gue bakal laporin kalian ke guru" Sentak Afika sembari membantu Tasya. "Lapor ke guru? Uuhh takutnya" Ucap Melinda dengan nada centil. Afika mendengus menatap dua orang itu, ia membawa tasya ke luar dan malah berpapasan dengan cowok berandalan yang berdiri di luar pintu toilet cewek. Afika tambah kaget lagi, ini kan khusus cewek buat apa dia kemari? King menatap Tasya yang basah kuyup lalu matanya melihat dua cewek yang sedang tertawa di dalam toilet. Tak banyak bicara King menerobos masuk ke toilet cewek dan menarik paksa Melinda keluar. Afika dan Tasya melongo ______ To be Continue Jangan lupa bahagia semua
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD