Alunan musik pop terdengar nyaring di earphone yang Raja pakai, kepala cowok itu mangguk mangguk sesuai dengan irama lagu. Matanya terpejam dan jari jarinya mengetuk di atas pahanya.
"Hei" panggil Tasya dengan nada rendah tapi Raja tak mendengar.
Cewek itu duduk di kursi lain berseberangan meja dengan Raja. Tasya menatap wajah jutek Raja yang berubah santai saat seperti ini. Cowok 17 tahun itu meresapi sekaligus menikmati alunan demi alunan nada.
Tasya teringat awal dia tinggal di rumah Raja sempat membuat cowok itu pingsan. Tasya tidak tau kenapa Raja memiliki penyakit aneh seperti itu. Tapi suatu saat Tasya harap Raja bisa sembuh dan tidak mudah pingsan lagi.
Bayangkan cowok cool, tapi takut sama cewek? Orang orang pasti akan anggap dia gay.
"Raja" panggil Tasya lagi kali ini dengan toelan di lengan cowok itu.
Raja menoleh sembari menaikkan alisnya dan mengangguk seolah mengatakan 'kenapa?'
"Cari martabak yuk. Lagi pengen nih" ucap Tasya.
Cowok di sebelahnya itu melepaskan earphone di telinganya.
"Lo ngomong apa tadi gue gak denger" ucap Raja.
"b***k amat elah. Gue mau martabak antarin dong" seru Tasya. Raja menyimpan telinga dengan telapak tangan nya.
"Gak usah teriak juga kali" dumelnya.
Tasya mendengus "gue gak tau penjual martabak di sekitar sini tuh di mana. Jadi antarin dong. Kan lo sendiri yang bilang gue belum tau jalan di sini"
"Lo punya maps. Pake aja" jawab Raja dengan cueknya.
"Heh! lo tega ngebiarin gue keluar sendiri malam malam gini?"
Raja mengedikkan bahu sambil memasang earphone melanjutkan mendengar lagu. Tasya melepaskan kembali secara paksa.
"Raja!" Geram Tasya.
Cowok itu menghela nafas pendek
"Iya iya, bawel banget deh lo"
Tasya tersenyum sambil mengikuti Raja yang sudah berjalan masuk ke dalam rumah.
"Mah kunci mobil di mana?" teriak Raja. Tak lama Tante Diva keluar dari kamar.
"Tadi di bawa sama papa mu. Mobil dia kan lagi di service" jawab mama Raja. Raja menatap Tasya ia memang sudah tau jika mobil sedang tidak dirumah, Raja tersenyum puas.
"Lo denger kan mobil gak ada. Jadi martabaknya beli besok aja" Cowok itu kembali melangkah.
"Kamu naik motor saja sana, kasian Tasya mau martabak aja gak keturutan" Tante Diva membela. Dalam hati Tasya bersorak 'yes' karena ada yang membelanya.
Raja mendengus "mah masa iya naik motor sih. Kalo tiba tiba-"
"Gak akan kambuh. Cepat pakai jaket sana keburu kehabisan martabak" sela Tante Diva sebelum Raja menyelesaikan kata katanya.
Raja mengalah, dia tidak bisa membantah mama nya atau jatah uang jajan selama satu minggu nya jadi berkurang.
"Jangan ambil kesempatan dalam kesempitan ya. Awas aja kalo tiba tiba meluk gue" Seru Raja saat ia sudah duduk di jok motornya.
Tasya memonyongkan bibirnya "ge'er banget deh lo. Siapa juga yang meluk meluk cowok kepedean kayak lo" timpal Tasya jengkel.
Dia naik ke jok belakang motor sport hitam Raja, Tasya mencengkeram jaket cowok itu agar tidak jatuh, sebisa mungkin jangan menyentuh Raja, Tasya masih ingin hidup lebih lama.
Motorpun melaju, ini pertama kalinya Tasya keluar malam sejak ia berada di bandung, ternyata pemandangan kota bandung malam hari sangat dingin apalagi dengan menaiki motor.
"Masih jauh ya tempatnya?" Tanya Tasya.
"Bentar juga sampe. Dekat kok cuman di depan sana" jawab Raja, kemudian sekitar 5 menit mereka tiba di penjual martabak yang ternyata sudah banyak yang mengantri.
Tasya turun menghampiri lalu mengatakan pesanannya setelah itu menunggu sampai gilirannya.
Raja mengeluarkan hp nya sambil duduk di motor dia sesekali melihat sosok cewek yang mengantri panjang di dekat gerobak si penjual. Bahkan Tasya juga sempat berbicara dan tertawa dengan pembeli lain. Raja mengedikkan bahu sambil memainkan hp nya lagi.
"Yuk pulang" seru Tasya. Raja menoleh.
"Udah selesai?"
Cewek itu mengangguk sambil mengangkat kantong kresek berisi dua box martabak.
"Buruan deh kalo sudah selesai" Timpalnya sembari mengeluarkan motor dari parkiran yang sempit karena banyak motor lain di kanan dan kirinya.
Kedua tiba di rumah, Tasya meletakkan martabak ke atas piring sebelum Tante Diva datang dan mereka menyantap bersama. Raja pun ikut ikutan tapi hanya sekedar mencoba, dia tidak terlalu suka makanan yang berminyak.
"Gak pingsan kan pas gandeng Tasya?" celetuk Tante Diva. Raja hampir tersedak dan menoleh ke arah tabte Diva.
Sedangkan Tasya sendiri sibuk mengunyah makanan di dalam mulutnya.
"Iya tan. Soalnya tadi Tasya pegangannya di jaket Raja" Jawab Tasya setelah menelan makanan di mulutnya. Tante Diva menggelengkan kepala.
"Oh ya Ja'. Besok mobil kamu di pake dulu sama papa soalnya mobilnya belum selesai di bengkel" ucap Tante Diva. Raja langsung kaget.
"What!"
"Kalo gitu besok Tasya naik angkot aja kalo Raja gak mau"
"Gak boleh! Kamu itu masih baru di sini tante gak bisa biarin kamu naik angkot, bahaya! Sekarang banyak kejahatan. Apa lagi kan ada Raja biar dia yang antar kamu pake motor" tante Diva menatap Raja "Raja awas ya kalo mama tau kamu tinggalin Tasya" ancamnya.
Cowok itu memalingkan wajah kesal. "Kenapa haru Raja terus sih yang kena"
"Karena cuman kamu anak mama" sahut tante diva cepat.
Tasya tersenyum geli. "Gak papa kok tan. Bahaya juga kalo Raja nanti tiba tiba pingsan"
"Pokoknya tante bilang enggak ya enggak. Kamu tetap berangkat sama Raja. Titik dan gak boleh bantah apa kata orang tua" tandas ibu satu anak itu telak.
Raja langsung berdiri menuju kamarnya. Tante Diva menghela nafas rendah.
"Biarin aja nanti juga mau dianya" tante Diva mengedipkan sebelah matanya ke arah tasya.
Gadis itu tersenyum kaku.
___
Raja menghempaskan diri di atas kasur "mama pasti sengaja nih" gumanya.
"Naik motor ke sekolah sebenarnya kangen juga sih tapi masa harus bonceng tuh anak. Argh.. Ngeselin banget deh sejak tuh anak muncul di sini"
Tok tok tok
"Apa!" teriak Raja.
"Raja gue mau ngomong bentar sama lo" sahut Tasya dari luar.
"Gak perlu. Lo seneng kan gue kayak gini!" maki nya. Tasya tidak langsung menjawab hingga beberapa detik.
"Please. Sebentar aja"
Raja mendengus sambil bergerak duduk bersandar "masuk aja. Tapi bentar doang ya" ucap nya.
Tak lama Tasya muncul dari balik pintu berjalan menghampiri.
"Apa cepat ngomong" sentak Raja tak sabaran.
"Gue tau lo gak suka sama keberadaan gue di rumah lo. Tapi setidaknya kasi gue kesempatan buat bantuin lo, gue janji gak bakal macem macem, setelah itu pas lulus sma gue kan juga bakalan keluar dari sini"
"Terus lo pengen liat gue yang gak berdaya gitu" sengap Raja.
Tasya menggeleng.
"Gue cuman niat bantu selain itu gak ada. Tapi kalo gak setuju it's okay. Gue gak maksa"
"Itu aja kan gak ada lagi. Keluar sana gue mau tidur" Raja menggerakkan tangannya mengusir Tasya. Bahkan sedikitpun tidak peduli dengan yang cewek itu katakan.
Tasya menghela nafas.
"Kalo butuh bantuan ngomong aja" setelah itu Tasya benar benar keluar meninggalkan Raja sendiri di dalam kamarnya.
Cowok itu menatap pintu yang sudah tertutup. Tadi malam ia merasa fine fine aja saat Tasya membantunya tapi kali ini Raja tidak bisa. Rasanya begitu menyiksa menahan penyakit anehnya.
Raja hanya berharap suatu saat ia bisa sembuh.
_____
To be continue
Salam sayang dari
SILAN