Tasya terlihat berlari menuruni tangga. Dari arah bawah Raja menatapnya.
"Ngapain sih lari lari berisik tau" Seru Raja.
Tasya melangkah mendekati Raja
"Gue pinjem sepeda lo yang di garasi ya?" ucap Tasya.
"Emang lo udah hapal daerah sini?"
Tasya menggelang "Belum sih tapi kan ada maps jadi gak bakal kesasar" sambil menunjukkan hp nya. Raja mengerutkan dahi.
"Ntar kalo kesasar jangan salahin gue. Kalo mau keluar keluar aja sana" dan Raja kembali menatap layar tv.
Tasya bergegas mengambil sepeda Raja dan mengendarainya. Sore sore seperti ini memang asik kalo main sepeda. Raja melihat Tasya melewati jalanan depan Rumah dengan senyum merekah di bibir cewek itu.
"Raja!" Seru Diva- mama Raja. Raja bahkan harus menyumpal kedua telinganya karena seruan mama nya itu.
"Apa sih mah?"
"Tasya mana? Tasya mana?" Seru mama Raja lagi.
Dengan malas Raja menatap tv lagi
"Keluar tuh naik sepeda" jawabnya dengan santai.
"Kok kamu biarin sih. Cepat susul Tasya"
"Ngapain di susul. Tasya bukan anak kecil lagi Mah jadi biarin aja"
"Kamu ini di bilangin orang tua kok bantah aja sih. Mama papa Tasya mau datang ke sini"
Raja menoleh ke arah mama nya
"Mama punya hp kan?" tanya Raja.
"Lah kok malah Hp?" Mama Raja balik bertanya.
Raja menghela nafas "Kenapa susah susah nyariin sih kalo bisa di telfon" Ucap Raja malas.
Mama Raja menepuk dahinya dan tertawa canggung "Ah iya mama lupa" kekeh nya.
Mama Raja kemudian menghubungi Tasya sedangkan cewek itu masih asik mengayuh pedal sepeda menikmati pemandangan pepohonan di pinggir jalan saat hp nya berdering.
"Iya tante" jawab Tasya.
"Tasya kamu kenapa keluar sayang. Tante jadi bingung cariin kamu. Tante dapat kabar katanya mama papa kamu mau datang ke sini ayo bantu tante buat persiapan"
Dahi tasya berkerut. Papa mama nya bukannya sedang sibuk militer kok tiba tiba bisa di sini?
"Tante udah telpon mama ku belum?"
"Belum. Tante tadi cuman dapat pesan dari nomer asing katanya papa mama kamu mau datang" Dengan polosnya tante Diva menjawab.
Tasya menepuk dahinya
"Bentar ya tante aku telfon mama buat memastikan"
"Kabari tante ya kalo jadi" Sahut tante Diva sebelum panggilan mereka terputus dan Tasya segera menelfon mama nya.
"Halo mah. Mama beneran mau ke rumah tante Diva?"
Setelah mendapat jawaban dari mamanya Tasya menghela nafas panjang.
"Ya udah kalau begitu aku kasih tau tante Diva" Tasya menyimpan hp nya lagi.
"Hahh.. Penipuan sekarang modusnya banyak banget" gumam Tasya. Setelah puas bermain sepeda dia kembali pulang yang langsung di sambut pelukan erat mama Raja yang membuat Tasya sampai kaget.
"Ada apa tante?"
"Astaga Tasya tante pikir kamu di culik beneran. Nomer asing tadi minta tebusan 50 juta kalo enggak kamu bakal di jual. Tante khawatir banget"
Tasya mengusap bahu Mama Raja
"Tante gak usah peduli sama begituan. Itu cuman modal orang malas dapat uang dari nipu buktinya Tasya di sini"
"Besok kamu gak boleh keluar sendiri. Tante gak kasih ijin. Pokoknya harus di temani Raja Oke"
"Kok aku di tarik tarik juga sih mah!" Seru Raja dari ambang pintu.
Tante Diva menatapnya horor "Kalo gak mau kualat dengerin kata kata mama" ucap mama nya. Raja mendengus.
Tasya meringis, mama Raja ternyata sangat posesif juga
"Tante. Tasya bisa jaga diri kok tante gak usah khawatir" ucap Tasya menenangkan berusaha agar Raja tidak menatap nya sinis lagi.
---
"Males banget gue di mata pelajaran olahraga. Pagi pagi harus keringetan lagi, kena panas matahari. Entar kulit gue jadi gosong percuma perawatan"
Afika menatap kakak kelasnya itu dengan jengah. Kenapa mata pelajaran mereka harus berbarengan terlebih ada kakak kelas yang cerewetnya naujubillah.
Tasya menarik Afika pergi dari ruang ganti, ternyata perempuan yang menjegalnya kemarin adalah kakak kelas? Pantes aja sifatnya semena mena sama adik kelas.
"Melinda lo lihatkan cewek tadi?"
Melinda memutar bola matanya malas. "Ya liat lah lo kira mata gue buta" jawab Melinda.
"Gue tadi pagi gak sengaja liat dia keluar dari mobilnya Raja"
"Hah! Yang bener! Serius lo? Kelewatan gak bisa di biarin ini" Melinda berjalan cepat.
"Mel. Lo mau kemana!"
"Kasih pelajaran buat itu anak baru" jawab Melinda. Welda mengikut di belakang nya.
Kelas Tasya sudah berbaris di lapangan, terik matahari tidak membolehkan mereka berteduh di tengah lapangan.
Intruksi guru olahraga saat mempraktekkan permainan bola volly. Setiap kelas dibagi menjadi 4 kelompok dan kelompok Tasya maju duluan.
Begitu selesai di ganti dengan kelompok satunya lagi dan kelompok yang sudah selesai boleh istirahat.
Tasya mencari tempat berteduh sembari melap keringatnya.
"Melinda lo yakin?" tanya welda.
Melinda tersenyum seperti iblis
"Kalo dia mati kan saingan gue berkurang" jawab melinda sambil memegang pot yang akan dia jatuhkan ke bawah dimana tepat di kepala Tasya.
"Mel jangan deh. Gue gak mau ikutan kalo menyangkut nyawa orang lain"
"Tenang aja Wel. Gue gak akan meleset kok" kemudian Melinda menjatuhkan pot nya.
Tasya memperhatikan permainan teman kelasnya yaitu salah satunya ada afika di sana. Namun siapa sangka tiba-tiba dia merasakan dorongan yang kuat dan suara benda jatuh setelah nya.
Kaget? iya. Syok? apalagi.
Tasya mengerjap beberapa kali melihat sosok cowok di atas tubuhnya.
"Ngapain sih lo berdiri di tempat pendaratan loncatan gue"
Ucapan cowok itu menyadarkan Tasya dengan apa yang terjadi. Cowok itu mendongak welda dan Melinda langsung bersembunyi.
"Sial. King liat kita" ucap Melinda.
Sesaat kemudian kerumunan orang orang terasa sedang memperhatikan Tasya dan cowok tadi yang kini sudah berdiri dan pergi.
"Tasya lo gak apa apa kan?" seru Afika membantu Tasya berdiri, di situ Tasya menyadari sesuatu. Jika tidak ada cowok tadi mungkin kepala nya sudah pecah tertimpa pot.
"Gue masih kaget fik" gumam Tasya.
"Kamu istirahat saja di uks obati luka di tanganmu itu. Afika kamu temani Tasya"
"Iya pak guru" jawab Afika dan membantu Tasya berjalan.
"Yang lain ayo lanjutkan" seru guru olah raga tadi.
"Pot nya tadi kok bisa jatuh sih. Untung cowok tadi bantuin lo coba kalo enggak mungkin ada ambulan yang datang" celetuk Afika sembari mengobati luka di siku Tasya.
"Afika gue pengen tau siapa cowok yang udah bantuin gue tadi. Lo mau kan bantuin gue" ucap Tasya.
Afika membereskan kembali botol dan kapas ke dalam kotak.
"Setau gue cowok tadi kakak kelas kita. soal namanya gue belum tau sih tapi katanya dia preman di sekolah ini" jawab nya.
Tasya terdiam. Meskipun sudah beberapa kali melihat cowok itu Tasya masih belum mengetahui namanya.
Kedua cewek di dalam uks itu sontak menoleh bareng bareng saat pintu di buka secara mendadak.
"Hey lo gak luka parah kan?" Tanya Raja dengan nafas ngos ngosan seperti habis berlari marathon.
Tasya menggeleng
Raja mendesah lega
"Syukurlah gue kira lo bakal masuk rumah sakit"
Tasya melemparkan bantal kecil di belakang nya ke arah Raja
"Sialan. Lo nyampahin gue?" ucap Tasya marah.
Afika hanya diam memperhatikan dua orang ini yang terlihat akrab satu sama lain sebagai musuh.
"Apa sih lo main lempar aja" protes Raja.
"Udah stop! emang harus bertengkar nya di uks ya?" seru Afika menengahi.
Raja dan Tasya sontak dengan kompak memalingkan wajah.
Afika membuang nafasnya.
"Kalian ini ada apa apa ya?" tebak Afika.
"Enggak!" jawab Raja dan Tasya sengit. Afika menepuk dahinya.
_______
Hai gais..
Suka cerita romance tenfic?
Aku punya nih salah satu buat koleksi library kalian. Tekan Love nya dulu bagi yang belum ya.
Jangan lupa Komen dan Share, buat orang lain tau karyaku yang lain..
ILY
❤