Mobil yang membawa mereka sudah sampai di Mansion orang tua William. Flo dapat melihat, kalau William bukanlah orang sembarangan.
"Kita sudah sampai di Mansion orang tua saya. Bersikaplah manis kepada mereka, jangan berbuat nekat yang bisa menghancurkan kamu!" Ancam William.
Demi maminya, dia rela melakukan apapun.Termasuk harus menikah kembali. William menggandeng tangan Flo sejak turun dari mobil. Dia berpura-pura, kalau dia sudah membuka hatinya untuk Flo.
"Semoga cinta akan segera hadir di hati mereka. Aku lihat, mereka tampak serasi. Keduanya pun memiliki kisah yang menyedihkan. Kini saatnya mereka berbahagia."Jo berkata dalam hati.
Mendengar anaknya sudah datang, Mami Rosella langsung keluar menemuinya. Sejak pertama kali melihat, Mami Rosela sudah menyukai Flo. Flo terlihat sopan, anggun, dan lemah lembut. Tidak seperti mantan menantunya dulu. Tidak lama kemudian, Papi Orlando pun ikut keluar menemui anak dan juga calon menantunya.
"Kenalkan Mi, Pi, ini Flo. Calon istriku," ucap William kepada kedua orang tuanya.
Flo langsung bangkit dari tempat duduknya, dan menghampiri calon mertuanya. Dia terlihat ramah menyapa kedua orang tua William. Dia juga mencium tangan kedua calon mertuanya, secara bergantian.
"Pantas saja kamu langsung memilih dia, Wil. Flo wanita yang cantik. Semoga hati kamu secantik wajah kamu. Bisa mencintai anak kami dengan tulus, dan memberikan kami seorang cucu," seru Mami Rosella, dan Flo membalasnya dengan senyuman manis.
William terlihat hanya diam. Hatinya masih tertutup untuk seorang wanita. Dia masih membutuhkan waktu untuk menyakinkan dirinya, kalau Flo wanita terbaik untuk dirinya.
Saat ini dia hanya ingin fokus pada tujuan awal. Menikahi Flo hanya menginginkan keturunan, untuk menjadi penerusnya. Dia lebih memilih berhubungan tanpa status dengan seorang wanita. Setelah dia puas, dia akan membuangnya seperti sebuah sampah yang tidak dia butuhkan lagi.
"Untung saja mami menyukai Flo. Jadi, aku tidak perlu mencari wanita lain," kata William dalam hati.
Sesekali dia melirik ke arah Flo yang sedang asyik mengobrol dengan maminya. Mereka terlihat akrab. William merasa, sikap maminya sangat berbeda ketika dengan mantan istrinya dulu.
"Mi, gimana kalau kita makan dulu saja? Nanti, bisa dilanjut lagi ngobrolnya," ujar Papi Orlando.
"Oh iya, mami sampai lupa karena keasyikan ngobrol sama Flo. Ya sudah yuk kita makan! Nanti lagi ngobrolnya. Mami sudah menyiapkan makanan spesial untuk kalian," ucap Mami Rosella.
Kini Flo, William, Mami Rosella, dan Papi Orlando sudah berada di meja makan. Flo senang, karena kedua orang tua William menerima dia dengan baik. Mereka tidak sombong, meskipun Flo bukan berasal dari keluarga berada. Flo juga menceritakan, kalau dia hidup sebatang kara. Dia memilih berbohong, mengatakan kalau papinya sudah meninggal, dan maminya entah di mana.
"Wil, kapan rencananya kamu menikahi Flo? Saran mami, lebih cepat lebih baik. Agar kamu tidak hidup sendiri lagi," cicit Mami Rosella di sela-sela waktu mereka makan.
"Ya. Jo akan mengurus secepatnya pernikahan kami. Aku dan Flo sepakat untuk tidak menikah di gereja, dan menunda pesta pernikahan kami. Selain waktu yang sangat singkat, kami juga butuh saling mengenal dulu sampai kami merasa siap," jelas William.
"Apa benar seperti itu, Flo? Padahal, mami ingin sekali kalian menikah di gereja. Tapi, kalau memang kalian maunya begitu. Ya sudahlah, mami tidak akan memaksa. Gimana baiknya saja! Semoga kalian secepatnya merasa yakin, sebelum hadirnya buah hati kalian," kata Mami Rosella, diiyakan oleh Flo.
William dan Flo akan menikah di resort milik William. Dia ingin pernikahannya diadakan secara tertutup. Hanya dihadiri orang terdekatnya.
"Mami tunggu kabar baik dari kalian secepatnya! Semoga rencana kalian dilancarkan," ucap Mami Rosella lagi.
William tidak ingin banyak bicara di depan orang tuanya. Setelah makan, dia dan Flo pamit pulang. Dia berencana langsung ke boutique and bridal, untuk memesan gaun pernikahan dan juga tuxedo untuk dipakai saat hari pernikahannya dengan Flo.
Mereka sudah dalam perjalanan. Suasana tampak hening. Baik William maupun Flo, lebih memilih untuk diam.
"Untuk sementara waktu, kamu tinggal di apartemen milik saya. Kamu boleh kuliah. Namun, saya tidak mengizinkan kamu menjalin hubungan dengan laki-laki lain. Putuskan hubungan kamu dengannya!
Sebentar lagi kamu akan menjadi milik saya, sampai kontrak pernikahan kita selesai," ucap William. Dia selalu bersikap dingin dan ketus, kepada Flo.
Tidak ada pilihan lain bagi Flo, selain menerima tawaran ini. Dengan uang yang dia dapatkan nanti, akan dia gunakan untuk kelangsungan hidupnya selanjutnya. Dia memilih hidup sendiri. Rasa sakitnya begitu mendalam.
"Berapa nomor rekening kamu? Saya akan memberikan 200 juta untuk awal, sisanya akan saya bayar setelah kamu melahirkan anak untuk saya. Setelah kontrak kita selesai."
Besok pagi Flo berniat mendatangi apartemen Devan, untuk memutuskan hubungannya dengan Devan. Flo dan William sudah sampai di apartemen.
"Saya sudah menyiapkan pakaian untuk kamu di lemari. Kamu bebas memakainya! Jika kamu membutuhkan sesuatu, kamu bisa menghubungi Jo. Dia akan membantu kamu. Ini kartu black card untuk kamu. Kamu bebas menggunakannya, untuk membeli apapun yang kamu mau," jelas William dan Flo hanya menganggukkan kepalanya.
"Ya sudah, saya pulang dulu. Jangan lupa, rawat diri kamu dengan baik! Saya sangat menyukai kebersihan. Kamu juga harus selalu tampil seksi dan cantik, jika saya datang kesini menemui kamu," ucap William dengan sombongnya.
Tanpa izin terlebih dahulu, William langsung mencium bibir Flo. Membuat mata Flo membulat sempurna. Dia begitu terkejut, mendapat serangan dadakan. Sama halnya dengan Jo, yang harus melihat adegan menodai matanya.
"Selalu saja bersikap seenaknya. Dasar bos tidak punya akhlak! Apa tidak melihat, ada orang lain," gerutu Jo dalam hati.
"Besok-besok, jika saya mencium kamu. Kamu harus meresponnya! Kamu harus mulai belajar memuaskan saya. Oh iya, satu lagi. Kamu harus siap, disaat saya menginginkannya. Saya tidak suka penolakan," ujar William tanpa ekspresi. Flo tampak memutar bola matanya, karena malas mendengarnya.
Namun, William tidak mempedulikannya. Dia langsung pergi meninggalkan Flo begitu saja. Kini dia sudah dalam perjalanan menuju Mansion miliknya.
"Jo, urus pernikahan saya secepatnya dengan Flo!" Titah William kepada asistennya.
"Sepertinya, tuan sudah tidak sabar menginginkannya," goda Jo yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari William.
"Cari mati kamu?" Pekik William.
Flo terpanah saat melihat isi lemari. Di sana terdapat pakaian aneka model dari brand ternama. William juga membelikan dia tas, high heels, dan pakaian dalam.
"Seleranya bagus juga. Kapan dia membelinya ya? Mengapa semua sudah ada di sini? Ukurannya juga sangat pas untukku."
Flo mencoba satu persatu pakaiannya, dan juga high heels. Bukan itu saja, William juga menyiapkan Flo kosmetik dan parfum dari brand ternama.
"Ternyata, enak juga jadi simpanan orang kaya." Flo berkata sambil tersenyum.