27. Kabar Buruk

1266 Words
Rotasi bumi yang berlangsung selama 24 jam menyebabkannya adanya pergantian antara malam dan siang di muka bumi ini. Kalau tadi Kirana menyampaikan materi masih pagi saja, sekarang saatnya dia laporan kepada Pak Damar ketika sudah malan. Bukan maksud apa-apa Kirana baru bisa malam-malam mengerjakan tugasnya. Tadi dia sibuk mengurus UKM atau Unit Kegiatan Mahasiswa yang diikutinya. Kirana bukanlah mahasiswa kupu-kupu atau kuliah-pulang kuliah-pulang. Dia aktif mengikuti kegiatan organisasi karena memang cocok di bidangnya dan diharuskan ikut organisasi bagi anak yang menerima beasiswa. Tentu saja Kirana yang taat dan patuh melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai mahasiswa penerima mahasiswa. Beberapa waktu ke depan akan ada seminar nasional tentang web development. Kirana yang sekarang sudah menjabat sebagai penasihat hanya menyampaikan saran-saran terbaiknya kepada adek tingkat. Atau sekadar berbagi pengalaman di periode kerjanya yaitu satu tahun sebelumnya. Allah memang Maha Adil. Ketika Kirana dibenci teman sekelasnya, teman organisasinya begitu baik-baik. UKM tempatnya berorganisasi tidak membeda-bedakan ketika berteman, selain itu jiwa korsanya tinggi-tinggi, entah perempuan entah laki-laki. Kirana bersyukur sekali bisa menjadi keluarga besar UKM Pengembangan. Semoga tahun ini banyak anak-anak UKM Pengembangan yang mendapatkan penghargaan dalam perlombaan nasional seperti setiap tahunnnya. Karena itu juga jam delapan malam ini, Kirana baru membuka laptopnya. Kirana yang sibuk menatap laptop tetap menjawab salam Nisa ketika masuk kamar. "Assalamualaikum, Ki. Dah makan malem belum?" "Waalaikumsalam, Nis." Nisa beranjak lebih dekat. Setelah meletakkan tasnya di gantungan pintu, Nisa langsung naik ke ranjang, rebahan di samping Kirana seraya menatap apa yang perempuan itu kerjakan. "Laptopnya wali dosen kamu itu ya, Ki? "Iya, Nis. Soalnya laptopku lamban sekali sementara batas pengumpulan tugasnya nanti malam." Nisa hanya manggut-manggut. "Pakai aja sih, Ki. Lagian, bapaknya sendiri yang kasih pinjam buat bantu kamu." "Hu'um, Nis. Sangat membantu sekali, cepat sekali kerjanya." Kirana paham kenapa Nisa biasa saja karena merek laptop Nisa sama dengan Pak Damar. Kirana tidak kagok menggunakan punya Pak Damar juga karena sudah sering dipinjami laptop oleh Nisa kalau laptopnya lamban seperti sekarang. Jadi Kirana bersyukur sekali karena dirinya tidak terlalu harus beradaptasi karena sebelumnya sudah sering menggunakan yang seperti punya Pak Damar juga. "Kamu tadi sudah makan?" sambil beranjak mengambil buku, Nisa bertanya pada Kirana yang fokus sekali mengerjakan pekerjaannya. "Nanti, Nis. Nasinya masih kok, aman." Kata Kirana. "Ok, deh." Setelahnya hening karena kedua orang itu sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri. Kirana masih sibuk mengerjakan tugasnya sementara Nisa sibuk juga membaca untuk keperluan besok hari. Sedari tadi, Kirana sudah menyambungkan WiFi ke laptop milik Pak Damar agar kalau ada email masuk, dia bisa langsung tahu. Mana sedari sore tadi sudah ada beberapa yang mengumpulkan tugas kepadanya. Harapan Kirana hanya satu, jangan sampai daerah kostnya mati lampu. Karena kalau sampai itu terjadi, bisa menangis Kirana karena tugasnya belum selesai. Mana dia yang diamanahkan untuk mengumpulkan. Kalau Kirana sampai terlambat, satu kelas yang terkena imbasnya. Karena itu dia berupaya secepat mungkin menyelesaikan pekerjaannya. Waktu kian bergulir, pukul sepuluh malam lebih Kirana mengucapakan syukur ketika pekerjaannya selesai juga. Urusan benar atau salah, Kirana tidak mempermasalahkannya. Yang penting sudah dia kerjakan sendiri. Sambil membuka email, Kirana mendapati kotak masuk dari teman-temannya yang mengumpulkan tugas. Pak Damar tidak ada mengirim pesan lagi terhitung sejak pagi beliau menelfon. Kirana juga lupa ingin bertanya pada Faisal perihal Pak Damar yang bisa mendapatkan nomor ponselnya dari mana. Padahal, Kirana sudah tidak memikirkan Pak Damar sedari tadi. Tapi sekarang saat tidak melakukan apa-apa malah kembali mengingat dosennya itu. Menggelengkan kepalanya tegas, Kirana kembali mengecek email. Dia download semua pekerjaan temannya yang sudah dikirim. Per 22.45 WIB sudah ada delapan orang yang mengumpulkan. Masih kurang 17 orang lagi. Nasib menjadi tangan kanan dosen, tidurnya juga ke arah kanan, maksudnya dini hari. Sambil menunggu, Kirana makan saja karena perutnya terasa tidak enak. Daripada sakit, asam lambungnya naik, lebih baik dia makan saja. Makhlum saja anak kuliahan. Makannya seperti kelelawar saja tengah malam. Ini masih mending, biasanya Kirana karena tidak ingat sudah makan atau tidak, dini hari baru merebus mie instan. Surganya anak kuliah memang mie instan. Kalau gasnya habis, tanpa direbus, langsung dimakan pun tidak masalah. Yang penting perutnya terisi. "Mau kemana, Na?" Nisa yang sibuk tetap memperhatikan Kirana yang hendak turun dari ranjang. "Mau makan. Kamu mau juga?" Gadis yang ditanyai ini menggeleng, kemudian mengatakan sesuatu kepada Kirana. "Di kulkas ada boba, tadi dibeliin sama Simi. Diminum ya, maaf aku lupa bilang dari tadi." "Ah merepotkan lagi, makasih ya Nis, aku mau ke kamar Simi sebentar." "Anaknya nginep di teman kelasnya yang lebih deket kampus. Besok ada quiz pagi." Kirana mengangguk paham, kemudian keluar kamar untuk segera mengisi perutnya karena sudah terasa agak nyeri. Penyakit-penyakit. Baru jadi anak kuliahan sudah penyakitan. Sebenarnya, Kirana punya asam lambung sejak SMA. Tapi saat memasuki dunia perkuliahan, asam lambungnya Kirana sering naik ketika stress atau memikirkan ibunya yang tinggal di rumah sendirian. Tak mau kalau sampai sakit yang berujung merepotkan teman-temannya, Kirana segera mengisi perutnya. Dia makan hanya dengan nasi, kerupuk udang dan sayur yang dihangatkan tadi. Walaupun hanya seperti itu, makanannya harus tetap disyukuri. Di luar sana bahkan ada yang tidak bisa makan. Jadi kenapa hanya karena baru bisa makan kerupuk harus sedih. Padahal rasanya enak kalau disertai rasae ikhlas akan apapun rejeki yang Allah berikan. Kirana juga tak lupa mengambil boba yang Nisa maksud. Dia akan menghabiskannya juga dan berterima kasih langsung kepada Simi kalau sudah pulang nanti. Di ruang tengah juga ada beberapa anak kontrakan yang sedang menonton TV sambil tiduran, juga ada yang santai-santai memainkan ponsel saja. Selesai makan langsung mencuci piring, Kirana segera kembali ke kamar untuk mengecek email lagi, apakah ada tambahan email masuk dari teman-temannya atau tidak. Kalau ada yang belum, Kirana akan menghubungi Faisal biar bisa menghubungi teman-temannya yang belum mengumpulkan. Kasihan kalau sampai tidak mengumpulkan tugas. Lebih baik belum selesai tapi dikumpulkan daripada mengejar ingin selesai tapi terlambat dan tidak diterima. Pak Damar pasti akan menghargai semua pekerjaan anak didiknya. Untung ada tambahan tugas lagi sebanyak 5 orang yang mengumpulkan, jadi masih kurang 12 orang lagi. Kirana tetap menghubungi Faisal mumpung belum terlalu larut. Takutnya ketua kelasnya itu tertidur dan tidak bisa menghubungi teman-temannya yang belum mengumpulkan tugas. Setelah mengirim pesan, Kirana membuat catatan singkat di word mengenai jalannya pembelajaran tadi berlangsung. Kirana menuliskan siapa-siapa saja yang aktif bertanya dan siapa juga yang bersedia mencontohkan ke depan tutorial web development-nya. Hanya satu lembar dan itupun tidak terlalu banyak. Akan dia sertakan saat mengumpulkan tugas hari ini. Tak lama menunggu, Kirana mendapati pesan dari Faisal kalau diminta untuk mengecek emailnya lagi. Begitu dicek, sudah ada 12 email baru dari teman-temannya semua. Kirana lantas kembali mendownload file-file temannya yang baru dikirim, kemudian dijadikan satu file dan dikonversi menjadi file RAR, kemudian ada lampiran tunggal file PDF tentang catatan Kirana tadi. Setelah memastikan semua nama temannya ada semua karena ada di format nama, Kirana langsung menuliskan subjek dengan tugas hari ini beserta tanggal, juga menuliskan badan email tentang penjelasan dari catatannya karena Pak Damar pasti langsung paham dengan file RAR tadi. Begitu dibaca ulang dan tidak ada tipo, Kirana lantas mengarahkan cursor ke menu sent. Tak ada lima detik emailnya langsung terkirim. Kirana tersenyum senang, "alhamdulilah." Katanya. Dia lega sekali. Ini masih pukul 23.06 dan semua pekerjaan temannya sudah selesai semua. Karena sudah malam juga, Kirana ingin segera tidur. Tapi sayang, dia malah mendapat balasan email cepat sekali, tanpa subjek pula. Damar Anggara Maaf saya Anna, adik dari Pak Damar. Saya ingin memberitahukan kalau beliau mengalami kecelakaan ba'da Magrib saat perjalanan tadi dan sekarang masih di rumah sakit Bandung. Rencananya besok pagi baru dipindahkan ke Depok. Terima kasih. Mohon doanya untuk kesembuhan Beliau. Ini tugasnya saya terima. Belum usai membaca pesan itu, jantung Kirana berdetak tidak karuan dengan sudut mata yang sudah berair bak muara sungai.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD