Kontrak cinta (2)

2402 Words
Setelah memiliki ide yang menurutnya cukup bagus. Sinta kembali menatap kearah pria yang sedang memeluknya saat ini. "Ahemm! Sa ... sa ... yang, aduhh kenapa masih saja sulit untuk mengatakannya. aku minta maaf jika aku masih sangat kaku. jadi mohon untuk di maklumi ya!" ucap sinta, dia tersenyum konyol. Daffin tertawa melihat tingkah Sinta yang membuatnya semakin merasa gemas dan dia juga merasa ingin sekali untuk menciumnya lagi, tapi dia harus menahan dirinya lagi karena setidaknya dia masih punya harga diri yang besar saat berada didepan seorang wanita. Sinta kembali melanjutkan ucapannya "Sayang, ah ... akhirnya aku bisa mengucapkannya, hehehehe ... aku ingin mengajukkan syarat juga, errr ... bolehkah itu?" Tanya Sinta kepada Daffin. Mendengar itu, Daffin langsung menganggukkan kepalanya tanpa ragu sama sekali. "Tentu saja boleh baby! asalkan jangan diluar batas normal dan tidak melanggar perjanjian kita, pasti aku akan mengabulkan semua syarat yang mau kamu ajukan kepadaku," ucap Daffin sambil mengusap lembut rambutnya Sinta. Mendengar itu, Sinta langsung terkekeh sendiri. " Hehehehe ... kamu tenang saja. ini tidak akan merugikan kamu dan persyaratan aku ini juga tidak akan menyulitkan kamu," jawab Sinta. Mendengar itu, Daffin merasa semakin penasaran, lalu dia pun mendekatkan wajahnya lebih dekat lagi dengan wajah Sinta dan bertanya kepadanya. "Apa itu? ayo cepat katakan, baby! Aku ingin mendengarnya sekarang," tanya Daffin yang sudah tidak sabar lagi. Saat Daffin yang semakin mendekati wajahnya. Secepatnya, Sinta langsung memalingkan wajahnya, karena dia merasa sangat risih dan juga terasa kurang nyaman jika ada pria yang berbicara dengannya dengan jarak yang begitu dekat. Melihat sikapnya Sinta, Daffin langsung tersenyum, lalu mencubit dagu Sinta agar dia kembali menatap kearahnya. "Kenapa menghindar? kamu harus terbiasa seperti ini, karena … sebentar lagi aku akan menjadi suami kamu, jadi kamu harus terbiasa dekat denganku dan juga … kita harus lebih intim dari ini,"ucap Daffin dengan tatapan penuh hasrat dan seperti singa yang sudah tidak sabar lagi, ingin menerkam mangsanya yang begitu menarik perhatiannya itu. Mendengar itu. Sinta pun terpaksa menatap wajah Daffin yang tampan dan Sinta harus menyerah tanpa bisa melawannya lagi. Sehingga, dia pun langsung menganggukkan kepalanya dan menjawabnya, "Baiklah! aku mengerti! Aku akan terbiasa dengan semua ini dan … Aku akan mengatakan syarat yang ingin aku ajukan padamu, sayang," ucap Sinta sambil tersenyum manis kearah Daffin. Mendengar itu, Daffin langsung mengedipkan mata genitnya. "Aku mendengarkan kamu, baby!" Ucap Daffin dengan senyuman nakal dan itu membuat Sinta merasa sangat gugup. Sehingga, Sinta pun menarik nafas panjang dan berkata, "Ahemm … sayang, setelah aku menjadi istri kamu, aku berharap kamu menghargai privasi aku dan aku masih ingin bekerja di perusahaan Alexander. apakah kamu menyetujuinya?" Tanya Sinta dengan serius. Mendengar itu, Daffin tidak merasa keberatan dan menjawab, "Tentu saja aku menyetujuinya karena itu syarat yang mudah dan tidak merugikan bagiku," ucap Daffin tanpa berfikir panjang lagi, karena dia hanya membutuhkan Sinta sebagai istri kontraknya agar kakeknya tidak terus menerus menjodohkan dia dengan wanita-wanita yang menurutnya sangat aneh dan juga sangat menjijikan itu. Selain sebagai pion untuk membungkam kakeknya, Daffin juga bisa menikmati tubuh Sinta yang menurutnya sangat lezat, yang membuat dirinya menjadi ketagihan dan ingin menyentuhnya lagi dan lagi. Daffin tersenyum nakal saat bayangan itu muncul dalam benaknya dan dia segera memiliki rencana setelah mereka sudah resmi menjadi suami istri, dia akan memakannya lagi hingga puas. Sinta yang polos dan tidak tahu apa-apa hanya menghela napas lega, karena dia bisa membalas dendam pada Jeffery tanpa ada halangan tentang statusnya lagi, satu lagi yang ingin dia ajukan persyaratan pada Daffin. "Hhhmm ... sayang ada satu lagi syarat yang ingin aku katakan? bolehkah aku meminta satu syarat lagi?" Daffin mengangguk dan menjawab, "Apa itu?" "Aku, tidak ingin hubungan kita diketahui siapapun kecuali nenek aku dan juga selama tiga tahun itu, aku tidak ingin hamil. bisakah aku meminta itu kepadami?" ucap Sinta, matanya berkaca-kaca dan memohon agar Daffin menyetujuinya. Daffin tidak bisa menolaknya, karena dia tidak tega melihat Sinta yang memohon padanya. Namun didalam hatinya Daffin merasa kesal dan berkata, "s**t! Kenapa dia tidak ingin orang lain mengetahui jika dia istri aku? apakah aku sangat memalukan sehingga dia tidak ingin diketahui telah menikah dengan aku? atau karena kontrak itu? hhhmm ... baiklah untuk sementara aku akan menyetujuinya dan mencari tahu kenapa dia bisa seperti itu padaku?" Gumam Daffin yang mulai sibuk dengan semua pikirannya itu. Lalu setelah itu, Daffin menatap Sinta dan dengan berat hati akhirnya dia menyetujuinya. "Baiklah, aku menyetujuinya. Tapi kamu harus berjanji padaku, kamu harus menjadi istri yang baik, setia dan selalu menyenangkan aku dan satu lagi bersikap baik di depan kakek, karena aku takut kakek mencurigai kita!" Daffin menegaskan pada Sinta jika mereka benar-benar menikah bukan hanya main-main saja, walau hanya diatas kontrak tapi mereka memang menikah secara resmi. Setelah itu, Daffin mengambil ponselnya dan menanyakan pada orang yang dia suruh untuk mengurus akte pernikahan sudah selesai atau belum? Drrtt ... drrtt … drrrtt … bunyi ponsel orang yang menjadi suruhan Daffin. dia adalah asisten Daffin yang bernama Marco. Dia baru saja selesai mengurus semuanya dan semua suratnya sudah selesai hanya tinggal menunggu pasangan pengantinnya untuk hadir saja. Baru saja Marco ingin menghubungi bosnya tapi bosnya sudah menghubunginya terlebih dahulu. Dia tertawa senang saat itu juga. "PPanjang umur Anda bos, baru saja aku ingin menghubungi anda tapi anda sudah menghubungi saya terlebih dahulu," ucap Marco dengan penuh semangat. Setelah itu, Marco menekan tombol 'ok' Lalu dia pun menjawabnya. "Hallo bos!" Jawab Marco dengan penuh semangat. Dengan suara dingin Daffin menjawab panggilan itu "Bagaimana semuanya? apakah sudah selesai?" "Sudah bos, tinggal anda dan calon mempelai wanita saja yang harus hadir di sini? bos tentang kontrak itu? saya baru selesai membuatnya. Apakah perlu saya antarkan ke tempat anda sekarang?" Tanya Marco dengan ragu-ragu. Mendengar itu, Daffin tersenyum dan melihat kearah Sinta yang masih berada dalam pelukannya itu. Apalagi saat ini, Sinta yang masih dalam keadaan sebelumnya. Yaitu, tubuhnya hanya tertutup selimut dan masih didalam pelukannya hanya bisa diam tanpa bergerak, dia memainkan ponselnya dan melihat berita-berita yang sedang ramai dibincangkan, pasangan yang sedang menjadi trending topik siapa lagi jika bukan mantan kekasihnya yaitu Jeffery Alexander dan nona muda yang berasal dari orang satu kelas dengannya yaitu Amanda Smith. Sinta menatap layar ponselnya dan pikirannya pergi jauh melayang, hatinya sangat sakit padahal dirinya sudah menegaskan akan melupakan Jeffery, tapi rasa cinta yang begitu besar membuat dirinya sulit untuk melupakannya. Sinta menunduk dan berkata didalam hatinya. "Jeff! apakah bisa aku melupakan kamu? apakah bisa aku membalas dendam semua rasa sakit hati ini? aku harus bisa melepaskan kamu! harus! mungkin cintaku ini tidaklah berarti untuk kamu, jadi aku akan datang menjadi Sinta yang baru. Sinta yang membenci kamu, bukan Sinta yang memberikan hatinya untuk kamu. cinta aku sudah mati untuk kamu Jeff," Sinta menutup matanya dan tanpa terasa air mata pun jatuh dari sudut matanya dan secepatnya, dia langsung mengusap air mata itu dan berusaha tetap terlihat baik-baik saja di depan Daffin. Sementara itu, Daffin yang sibuk menelpon merasakan wanita dalam pelukannya terasa sedang gemetar diseluruh tubuhnya. Sehingga, Daffin pun mengakhiri panggilan telepon itu secepatnya. "Baiklah, bawa semuanya kemari! pakaian yang saya pesan jangan lupa kamu bawa kemari dan juga satu set pakaian dalam wanita juga!" Ucap Daffin tanpa berpikir panjang lagi. Mendengar itu, Marco merasa sangat terkejut. Karena dia seorang pria, mana mungkin datang ke toko pakaian dalam wanita dan membelinya. Dia masih memiliki rasa malu dan mau diia taruh dimana wajahnya nanti saat memasuki toko itu. Seketika wajah Marco memerah karena malu. Tapi dia tidak mungkin membantah perintah bos nya itu. Sehingga, Marco pun harus memutar otak dan memiliki sebuah ide, dia akan menyuruh seorang wanita dan membayarnya untuk membantu membeli pakaian dalam itu. Setelah memiliki jalan keluar. Marco pun langsung menjawab, "Baik bos, oh ya berapa nomor yang dipakainya ya! sa ... saya takut ditanyakan oleh pelayan tokonya bos, nanti saya takut … takut kebingungan saat di sana, hehehe …." ucap Marco, dia sedikit malu karena ini menyangkut pakaian dalam wanita apalagi wanita ini adalah calon istri bosnya. Mendengar itu, Daffin kembali melirik kearah Sinta yang menunduk dan tubuhnya masih gemetar karena menahan rasa sakit di dalam hatinya. Daffin pun memeluknya semakin erat dan dia bertanya kepada Sinta yang masih diam tanpa bicara sepatah kata pun. "Baby, kamu kenapa? Kenapa tubuh kamu gemetar seperti ini? Apakah kamu baik-baik saja?" Tanya Daffin kepada Sinta. Mendengar itu, Sinta yang masih mengeluarkan air matanya, segera menghapusnya, lalu secepatnya Sinta mengangkat kepalanya sambil menatap kearah Daffin serta merubah ekpresi wajahnya dengan tersenyum manis kearahnya. "A ... Aku, tidak apa-apa! kamu tidak perlu khawatir, sayang," ucap Sinta sambil tersenyum kearah Daffin. Melihat itu, Daffin membalas senyuman Sinta sambil mengusap rambut Sinta dengan lembut "Baby, berapa nomor pakaian dalam kamu?" Tanya Daffin tanpa tahu malu. Mendengar itu, Sinta merasa sangat terkejut dan wajahnya langsung memerah karena malu. Karena untuk pertama kali baginya, ada seorang pria menanyakan nomor pakaian dalamnya. Dengan suara gagap Sinta menjawab "no ... no ... mor nya, 38 saja dan celana dalamnya ukuran XL." Sinta langsung menutup mulutnya karena dia benar-benar merasa sangat malu. Daffin langsung tersenyum dan menjawabnya dengan santai. "Oke, terima kasih baby!" Setelah itu, Daffin kembali berbicara dengan Marco "Apakah kamu mendengarnya tadi? cepat bawakan itu semua! saya menunggunya dan jangan terlalu lama," perintah Daffin kepada Marco. " baik bos, saya segera berangkat sekarang juga," jawab Marco yang setelah itu dia langsung mengakhiri panggilan itu. Setelah selesai. Daffin kembali melihat kearah Sinta dan berkata, "Baby, karena semuanya sudah jelas, aku ingin menyentuh kamu sekali lagi, bolehkah itu?" Ucap Daffin yang langsung mendorong tubuh Sinta sampai jatuh diatas tempat tidur itu. Sinta merasa sangat terkejut dengan tindakkan Daffin yang secara tiba-tiba itu. "Eh ... sayang ini apa maksudnya? Aku … aku …." Sinta belum selesai bicara, karena dia melihat Daffin tersenyum seperti iblis dan tanpa mengatakan apapun dia langsung menciium bibir Sinta dengan rakusnya. Sinta langsung melotot dan ingin sekali, dia memberontak tapi kedua tangannya digenggam erat oleh Daffin, sehingga Sinta tidak bisa berbuat apapun, karena kekuatan pria dan wanita sangatlah jauh berbeda. Sinta tidak bisa melawan kekuatan Daffin akhirnya dia menyerah dan menerima ciiuman panas yang Daffin lakukan padanya, setelah melumat habis dan menikmati bibir Sinta yang sangat manis dan memabukkan dirinya. Daffin memindahkan ciiumannya ke arah pipi, telinga, leher dan menjelajah ke tulang selangka. suhu tubuhnya semakin panas apalagi Sinta yang memang tidak memakai apapun hanya selimutlah yang menutupi tubuhnya, Daffin membuka selimut itu dan melemparkannya ke samping, Sinta tidak bisa menolaknya. Tapi, dia masih belum siap untuk bercinta kembali, karena seluruh tubuhnya terasa sangat sakit akibat percintaan panasnya tadi malam. Sinta mencari alasan agar Daffin tidak menidurinya kali ini. Daffin yang sudah terbawa hasrat gilanya, dia mencumbu seluruh tubuh Sinta dan meninggalkan banyak tanda merah disetiap inci bagian atas tubuhnya. Sinta merasakan jika c*mbuan ini sudah merangsang hasrat dalam hatinya, tapi mengingat tubuhnya masih sakit. Sinta harus menunda percintaan ini setidaknya sampai tubuhnya sedikit lebih baik dan dirinya juga sudah siap secara lahir dan batin. Sehingga, dengan kesadaran yang tersisa yang di milikinya, Sinta akhirnya memiliki sebuah ide, dia membuka mulutnya dan mulai berbicara kepada Daffin. "Uuhmm …. sayang, kita belum resmi menjadi suami istri dan juga uang itu belum kamu berikan padaku! jadi aku tidak akan memberikan tubuh aku jika kamu belum memberikan uang itu!" mendengar ucapan Sinta, Daffin menghentikan aksinya, lalu dia menatap wajah Sinta dengan serius. "Oh, jadi setelah kamu mendapatkan uang itu dan sudah resmi menjadi istriku, kamu membebaskan aku untuk meniduri kamu, baby dan juga aku bebas menyentuh kamu sebanyak yang aku mau, apakah seperti itu, baby?" Tanya Daffin dengan suara terengah-engah. Sinta pun langsung menganggukkan kepalanya dan dia mengiyakan apapun yang dikatakan Daffin saat ini. Karena ini adalah pilihannya saat ini, agar Daffin tidak menyentuh tubuhnya untuk saat ini. "Iya, setelah kita resmi dan uang itu sudah kamu berikan, aku akan memberikan tubuh ini untuk kamu, kamu kan suami aku! jadi kamu memiliki hak dan bebas menyentuh aku kapanpun yang kamu inginkan, asalkan kamu tahu situasi dan tempatnya saja, jangan asal menyentuh aku di tempat yang … tidak seharusnya," ucap Sinta dengan wajah memerah karena malu. Mendengar itu, Daffin semakin senang. Dia akan menunggu beberapa jam lagi dan Sinta akan menjadi istrinya, setelah itu Daffin tidak akan melepaskannya lagi. dia akan membuat Sinta terus menempel didekatnya. Daffin tersenyum nakal saat membayangkan itu dan dia sudah tidak sabar lagi ingin secepatnya selesai. Setelah itu Daffin pun bangun dari atas tubuh Sinta, mengambil kembali pakaiannya dan memakainya kembali. Setelah Daffin membebaskan dirinya, Sinta pun terduduk diatas tempat tidur sambil menahan sakit dibagian tubuh paling sensitifnya. "Uhhh … ini benar-benar sangat sakit!" Gumam Sinta sambil menatap kearah tubuhnya yang masih polos itu. Sementara itu, Daffin langsung mengambilkan handuk dan memberikannya kepada Sinta. "Pakai ini dulu, baby!" Ucap Daffin sambil memberikan handuk itu. Sinta menangkapnya dan dia berusaha bangun dengan susah payah, dia berjalan secara perlahan menuju kamar mandi. Daffin merasa aneh melihat Sinta dan bertanya kepadanya. "Baby, kamu kenapa?" Sinta pun menghentikan langkahnya, lalu dia melihat kearah Daffin dan menjawabnya. "Ini … ini seluruh tubuhku terasa sakit semua, apalagi di area sensitif milikku, ahh ... Ini saangat menyakitkan aku, sayang!" ucap Sinta sambil menahan rasa sakitnya. Mendengar itu, Daffin segera datang menghampiri Sinta hingga dia pun sudah berada tepat didepan Sinta saat ini. "Baby! Kalau kamu tidak merasa sehat, ayo kembali ke tempat tidur, aku akan memanggilkan dokter untuk kamu," ucap Daffin sambil merangkul tubuh Sinta dengan tatapan penuh khawatir. Namun, Sinta menggelengkan kepalanya dan menjawab, "Aku ingin mandi dahulu, tapi jika kamu ingin memanggil dokter? aku sangat setuju," ucap Sinta sambil tersenyum kearahnya. mendengar itu Daffin langsung menganggukkan kepalanya. "Baiklah baby, aku akan memanggilnya. Hati-hati didalam! apa kamu ingin aku membantu kamu mandi juga?" Tanya Daffin sambil tersenyum misterius. Mendengar itu, Sinta langsung tersenyum canggung dan menjawabnya "oh tidak perlu sayang! terima kasih atas niat baik kamu, aku … aku masuk masuk dulu ya!" Ucap Sinta yang langsung masuk secepatnya dan sesegera mungkin menutup pintu kamar mandi. Brakkk …. Suara pintu kamar mandi itu pun bergema dengan keras. Melihat itu, Daffin menggelengkan kepalanya berkali-kali sambil terkekeh sendiri "Ya Tuhan, kamu benar-benar sangat manis baby, Ahhh ... sial! aku tidak bisa menahan diri lagi, aku ingin menyentuhnya sekarang juga!" Ucap Daffin sambil mengacak-acak rambutnya. Setelah itu, Daffin segera mengirim pesan pada Marco untuk membawakan dokter jika dia datang nanti. "Bawa dokter kemari." Ting …. Pesan itu pun terkirim dan Daffin kembali tersenyum sendiri sambil menaruh ponselnya dan duduk di pinggir tempat tidur untuk menunggu Sinta keluar dari dalam kamar mandi itu. -bersambung- Dhini_218 Only on: Dreame n Innovel
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD