7

1451 Words
“Kenapa kau pikir mereka makhluk bersayap? Mereka jelas tidak memiliki sayap.” Tanyaku tiba-tiba sambil memastikan kalau-kalau ada salah satu dari Cadre-ku yang memamerkan sayapnya. “Kau terlalu angkuh untuk berdekatan dengan siapapun selain kaummu sendiri, Navaro. Untung saja aku pengecualian dalam kasusmu ini.” Sahutnya semakin kesal dengan pertanyaanku. “Ucapkan selamat datang padaku.” Ucapku tanpa memperdulikan kekesalannya. “Ucapkan selamat atas pernikahanku.” Balas Wren cepat. Tidak ada yang berubah darinya. Dia tetap sama seperti Wren yang kutinggalkan delapan bulan yang lalu. Vampir Grandmaster dengan kekuatan yang sama sekali tidak bisa diremehkan walaupun dalam keadaan baru selamat dari kematian. Dan aku ragu dalam delapan bulan terakhir dia tidak mendapatkan kekuatan ataupun teman baru. Bagi orang yang tidak mengenalnya, langkah Wren yang lambat namun pasti ini akan terkesan seperti seorang predator mencari mangsa. Tapi aku sudah mengenalnya hampir setengah milenia. Dia sama sekali bukan ancaman. Aku akan mematahkan tangan siapapun yang menyentuhnya. Ujarku dalam setiap pikiran Cadre 7 tepat sebelum Wren menghampiri dan memelukku, seakan menyambut salah seorang anggota keluarganya di rumah. Ada senyum di wajahnya sebelum dia memelukku. “Jangan terlalu keras pada mereka. Sepertinya mereka sama seperti Klan Libra-ku. Hanya berusaha melindungi kita, dan itu bukti mereka sayang.” Bisik Wren sebelum melepaskan pelukannya. “Kau! Membaca pikiranku?” Tanyaku tidak percaya. Tidak ada makhluk yang bisa menembus pikiran seorang malaikat. Tidak ada sampai saat ini. Wren hanya mengedikkan bahunya tidak acuh sambil menghampiri Lily. “Tidak. Bahkan setelah berbagi kekuatan dengan Zac, aku tetap tidak mendapatkan kemampuan menyebalkan itu. Aku hanya bisa membaca suasana hati seseorang jauh lebih baik dari siapapun. Satu-satunya kekuatan Zac yang juga kumiliki setelah penyatuan itu adalah aku tidak perlu membawa korek lagi sejak saat itu.” Sahut Wren sambil menjentikan jarinya dan sebatang pohon kecil di taman kaca sudah terbakar begitu saja. “Itu_bahkan_lebih_menyebalkan.” Bisikku kesal. “Ada apa ini, Lily?” Tanya sebuah suara yang pernah kukenal. Aku berbalik hanya untuk mendapati gadis yang meremehkanku dulu berdiri di dekat ruang duduk bersama Sara, sahabat Lily. “Tidak ada apa-apa, Eliza. Navaro akhirnya memilih untuk muncul setelah menghilang selama 8 bulan.” Sahut Lily ringan seolah ingin menghilangkan kekhawatiran wanita itu. “Aku yakin kau belum pernah bertemu dengannya, Sara. Ini Navaro dan teman-temannya.” Sara mengangguk sopan. “Aku kira shock akibat mengetahui jati diri Karl membuatku kebal dengan semua keanehan ini. Tapi sepertinya kau memang ditakdirkan hidup dengan orang-orang aneh, sayang.” Ujar Sara cepat, dan wanita ini memang terlihat shock walau dapat mengatasinya dengan baik. “Aku tidak yakin apa kalian lapar. Tapi karena kurasa Lily sudah lapar, jadi ayo kita ke ruang makan saja. Dan apakah teman-temanmu bisa bergabung, Navaro?” Tanya Wren ringan. “Tentu saja. Tapi aku ingin bicara denganmu sebentar, Wren.” Wren menatapku bingung. “Tidak bisakah setelah makan malam?” “Sekarang, Wren.” Wren melepaskan tangannya dari tubuh Lily, dan mengangkat kedua tangannya ke udara. “Baiklah... Baiklah... Selalu memaksa. Sifat yang buruk. Ayo ke ruang baca.” Ujarnya pasrah. “Tolong antarkan tamu-tamu kita ke ruang makan, amour. Dan katakan pada Mrs. James agar menyiapkan piring ekstra. Aku yakin dia memasak cukup makanan untuk semua tamu kita. Kami akan menyusul bersama Navaro setelah kami bicara sebentar.” “Baiklah. Jangan lama-lama, Wren. Kau pulang sudah cukup terlambat.” Wren tersenyum pada Lily, “Aku tahu, amour. Aku akan menebusnya malam ini.” Tanpa menunggu lagi, aku dan Wren sudah berjalan menuju ruang baca. Wren langsung mengunci pintu setelah kami berada di dalam. Tidak berguna memang karena baik aku maupun Wren, dan beberapa orang di rumah ini bahkan bisa menghancurkan pintu ini hanya dengan sekali sentuh. Tapi rasanya Wren memang sedikit ‘manusiawi’ dibanding vampir lainnya. Dan lebih manusiawi sejak bertemu dengan Lily. Lihat saja, vampir mana yang punya juru masak dan segala kebutuhan manusia lainnya kalau bukan Wren? “Jadi, apa yang ingin kau bicarakan hingga tidak bisa menunggu sampai kita makan malam, Sobat?” “Inggris berada dibawah kendaliku saat ini, Wren.” Kalau Wren terkejut, maka aku tidak akan heran. Tapi Wren bersikap sangat biasa mendengar berita yang bahkan mungkin belum diketahui oleh malaikat manapun. Dan aku yang terkejut melihat reaksinya. “Aku sudah menduganya. Suatu hari nanti, kau pasti akan berkuasa atas Inggris. Ini menyenangkan.” Ujarnya ringan. “Kau sudah menduganya?” “Setiap wilayah di bumi berada dalam kekuasaan malaikat. Aku tahu, Navaro. Dan hanya Inggris yang tidak dikuasai oleh siapapun. Malaikat hilir mudik pulang pergi dari Inggris ke daerah lainnya tapi tidak satupun dari mereka yang menguasai tanah ini. Tidak ada alasan bagi mereka untuk menaklukan Inggris. Dan kalau nantinya akan ada yang menguasainya, aku pikir itu pasti kau. Kau tidak akan menyerahkan Inggris yang selama setengah milenia kau tinggali ini pada malaikat lain.” Jelas Wren. “Aku berani mempertaruhkan dua Picasa untuk ini.” “Kau lebih menakutkan dengan kemampuanmu membaca hati orang, Wren.” Gumamku kesal. “Kau benar. Kalau ada yang akan menguasai Inggris, maka aku lah orangnya. Walau rasanya akan menarik sekali melihatmu menentang malaikat lain kalau Inggris dibawah kekuasaan yang lain.” “Kalau Inggris memang jatuh ke tangan malaikat lain, maka aku akan melihat bagaimana caranya mengatur kehidupan sebelum memutuskan untuk menantangnya atau tidak. Dan kalau aku setuju dengan caranya bekerja, aku akan pergi meninggalkan Inggris dan menerima tawaran Zac untuk menguasai Amerika Tengah.” Tukas Wren cepat. “Kau tidak akan menang melawan Archangel.” “Aku tahu, Jadi, apa lagi yang kau inginkan?” Tanya Wren. “Kau ingin bicara denganku bukan hanya karena ini, kan?” “Aku ingin meminta Center of Picasa Tower.” “APA?!” Serunya yang kali ini benar-benar terkejut mendengar permintaanku. “Aku butuh gedung pencakar langitmu itu, Wren.” Wren berjalan mondar-mandir. Dahinya berkerut dalam. “Kau_ingin_tower-ku? Untuk apa, Navaro?” “Untuk tempat tinggalku tentunya.” “Tunggu. Untuk tempat tinggal kau bilang? Lalu Dragoste Hall?” “Aku suka tinggal disana, Wren. Tapi tidak dengan Cadre-ku. Mereka terbiasa tinggal di tempat tinggi. Seperti yang kau bilang mereka malaikat yang menjadi pelindungku. Kau tahu sendiri hanya aku yang nyaris jadi malaikat ‘sesat’.” “Kau bahkan bisa memiliki gedung tertinggi di London dengan semua kekayaanmu. Kenapa harus Center of Picasa?”tanya Wren lagi. “Aku bisa saja membangun gedung yang paling tinggi di London, Wren. Tapi pertanyaannya, dimana lagi aku bisa membangunnya?” Wren menyisirkan jemari ke rambut hitamnya. “Dengar, Center of Picasa adalah pusat dari semua klub-ku. Disana tempat berkumpulnya semua vampir kepercayaanku dan klub terbesar di London. Semua vampir kepercayaanku. Benteng pertahananku. Apa jadinya kalau mereka tahu malaikat mengambil alih? Mereka akan pindah, berpencar. Bisnisku bisa hancur, teman.” “Aku tidak akan mengganggu bisnismu. Aku hanya butuh beberapa lantai di puncaknya. Kami tidak akan naik lift kalau itu yang kau takutkan. Kami bahkan bisa tak kasat mata kalau itu dibutuhkan.” “Entah kapan rasanya aku baru bisa menang berdebat denganmu.” Gumam Wren, “Baiklah. Kau mendapatkan penthouse di Center of Picasa. Aku akan mengatakan pada Geofrey untuk mengosongkan 4 lantai di puncaknya. Apa itu cukup?” Aku tersenyum. Dan membuka jari-jariku hingga berjumlah tujuh. Wren menghela napas panjang, walau aku tahu dia hanya terbiasa bernapas, bukan karena membutuhkannya. “Baiklah, Navaro. 7 lantai di puncaknya. Tapi untuk sementara sampai tempat itu dikosongkan dari penghuni lamanya, kau harus puas dengan tinggal di Dragoste Hall bersama para makhluk bersayap itu.” “Ngomong-ngomong, dimana Elizabeth tinggal?” Wren bingung dengan perubahan topik mendadak ini. Tapi dia tetap menjawab pertanyaanku. “Dia tinggal disini.” “Kalau begitu aku juga akan tinggal disini. Cadre 7 yang akan tinggal di Dragoste Hall sampai kami bisa menempati Tower-mu.” “Kau tertarik pada Eliza?” Tanya Wren curiga. “Aku hanya ingin memastikan kalau dia tidak meremehkanku lagi.” Wren kembali menghela napas panjang, “Kau akan dikuliti Lily kalau berani menganggunya. Alaric saja sudah kehilangan rambut panjangnya saat dia tanpa sengaja mengerjai Eliza dengan meninggalkannya seorang diri di tengah London.” “Tidak akan. Kekasihmu itu berhutang banyak padaku, gurunya.” “Lily istriku saat ini, Navaro. Kami sudah menikah menurut hukum kaumku ataupun menurut hukum manusia.” Aku terdiam. Sepertinya ada banyak hal yang terjadi selama aku tidak ada disini. Delapan bulan ternyata cukup lama untuk mengubah beberapa hal. “Selamat.” Ucapku akhirnya. “Tidak minta maaf karena tidak menghadiri pernikahanku?” Ledek Wren sambil menyikut rusukku_yang pastinya kalau dilakukannya pada manusia akan menyebabkan patah tulang rusuk. “Malaikat tidak pernah minta maaf, sobat. Tidak ada satu kesalahanpun yang pernah kami lakukan. Jadi kau harus terbiasa dengan hal itu.” Sahutku begitu saja sambil membuka kunci pintu dan melangkah keluar meninggalkan Wren tertawa keras di belakangku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD