Chapter 5

1027 Words
Sepulang sekolah Rena langsung menuju danau tempat gadis 12 tahun itu meninggal. Sudah hampir satu jam mereka memutari tempat itu namun gadis hantu tetap diam tidak cerewet seperti biasanya. Cahaya dari tubuhnya meredup sepertinya dia hampir mengingat siapa jati dirinya. Rena menghentikan langkah kakinya menatap gadis hantu itu. "Kamu yakin belum menemukan secuil saja mengenai siapa kamu dan masalahmu?" tanya Rena. Kepala gadis hantu itu mendongak melihat dua orang di belakang Rena yang tengah saling berbicara mengenai Rena yang berbicara sendiri. "Sudah biarkan saja mereka anggap aku gila. Sekarang jawab pertanyaanku?" Rena menghembuskan nafas rendah. "Aku mengingat satu tempat," jawab gadis hantu itu pada akhirnya. "Kau ingat tempatnya? Kita harus cepat kesana." Ucap Rena menggebu. Vino yang di sampingnya hanya diam. Gadis hantu itu kemudian menunjukkan sebuah jalan ke tempat yang dia maksud. Namun Rena begitu terkejut melihat seorang nenek di sebuah rumah yang begitu kecil. Rena menatap gadis hantu itu lagi. "Kenapa kamu membawaku kemari? Kau mengenal nenek itu?" Tanya Rena yang mulai melihat kondisi nenek yang sangat memprihatinkan. "Aku ingat. Dia ibu dari ayahku." gadis hantu tersenyum. Rena juga ikut tersenyum sepertinya dia mulai mendapat pencerahan. Rena langsung mendekati nenek tadi namun tiba tiba seorang pria datang menghalangi langkahnya. Rena mengerutkan dahi. "Maaf pak saya mau ketemu sama nenek di sana," Rena menunjuk nenek tua dan rumah kecil yang lebih pantas di sebut gubuk. "Nenek itu lagi gak waras kamu jangan dekati dia. Dia bisa saja melukaimu nanti," ucap Bapak itu. Rena menatap gadis hantu di samping Vino yang menatap bapak tadi tanpa berkedip. "Bapak." gumamnya. "Ha!" Sahut Rena. "Hhh.. Nenek tua itu ibu saya, dia jadi gila seperti ini karena cucunya meninggal waktu menyebrangi danau. Lebih baik kamu jangan ganggu. Dia kalau liat anak-anak suka tiba-tiba mukul," bapak tadi menatap nenek yang dia bilang ibu nya. Rena merasakan kesedihan dalam nada suara bapak tadi. Ternyata di dunia ini masalah sangat banyak.  "Apa yang bapak maksud tadi adalah bocah perempuan berusia 12 tahun dengan model rambut dora?" Bapak tadi terkekeh, "Ya memang. Neneknya selalu memodelnya seperti itu", ucapnya. Namun seketika bapak tadi menatap Rena kaget, "Bagaimana kamu bisa tau?" katanya. "Lily! Akhirnya nenek bisa liat kamu!" teriak nenek tadi yang membuat bapak di depan Rena bingung dan langsung menghadang nenek tua itu sebelum mendekati Rena. "Bu, dia bukan Lily. Lily sudah meninggal bu," ucap bapak itu sembari menenangkan ibu nya. Rena di buat melongo, apa nenek itu bisa melihat gadis hantu ini? "Lepas. Cucuku ada di sana! Lily sini nak. Nenek kangen!" nenek tua itu meronta dan akhirnya lepas kemudian berdiri tepat di depan area yang dia panggil dengan nama lily. Senyum nenek itu merekah bahagia. "Maaf ya nak. Ibu saya memang kadang gila nya kambuh." "Tidak pak!" Rena mencegah bapak tadi yang akan menarik si nenek untuk kembali ke rumah kecilnya, "Nenek ini sedang bertemu dengan cucunya. Lily ada di sini, dia sedang berdiri tepat di depan nenek, mungkin bapak tidak bisa melihat tapi sungguh Lily anak bapak ada di sini," ucap Rena mencoba menjelaskan. Tapi tetap saja bapak tadi tidak percaya. "Kamu ketularan gila ya karena bertemu ibu saya," Katanya dengan nada sarkas. Rena terdiam dan menatap Lily yang menunjuk gubuk bagian belakang rumah si nenek. "Dulu aku menyembunyikan sesuatu di sana." ucap nya. Rena mengangguk dan menatap bapak itu lagi, "Kalo bapak gak percaya sama yang aku omongin bapak bisa gali bagian gubuk sebelah kiri. Lily bilang dia pernah ngubur sesuatu di sana." "Jangan sembarang bicara. Lily anakku sudah mati 10 tahun lalu." "Bohong!" Nenek itu tiba tiba berteriak, "cucuku gak mati. Dia di sini." serunya. "Sudahlah bu. Lily sudah meninggal ikhlaskan saja."  "Kamu bohong. Dulu kalau kamu gak berantem sama istrimu, Lily pasti gak lompat dari perahu!"  Mulut Rena membulat. Jadi gadis hantu ini meninggal karena lompat, alias bunuh diri?. "Bu. Sudahlah lupakan saja ibu lebih baik kembali ke rumah ya," bujuk bapak itu. Si nenek malah langsung menuju gubuknya. Dan bapak tadi mengikutinya setelah menatap tajam ke arah Rena. Namun nenek tadi malah mengambil cangkul dan menggali belakang rumahnya terlihat si bapak mencoba melarang tapi si nenek tetap terus menggali sampai dia menemukan sebuah botol kaca soda berwarna putih. "Liat ini. Ini punya putri mu. Aku gak gila, cuman selama ini kamu yang anggap ibu ini gila karena kamu takut mengakui kesalahanmu!" maki nenek tua itu lagi sembari mengeluarkan sebuah kalung dan surat tulisan tangan lily dari botol kaca soda. Bapak tadi langsung diam.  "Bu. Lupakan masalah 10 tahun lalu. Lily pasti sudah bahagia di sana aku tau sebagai bapak aku gak pantas di panggil bapak sama Lily," kata kata bapak itu merendah dan mengusap ujung matanya seperti menahan air mata yang akan menetes. Rena jadi bingung harus melakukan apa. Dia menatap gadis hantu yang ternyata bernama Lily, setelah mengetahui siapa dirinya apa mungkin dia akan langsung terangkat? Lily menghampiri kedua keluarganya yang tersisa memeluk mereka meskipun tak tersentuh. Vino sendiri yang hanya menjadi penonton merasa terharu, kenapa hatinya juga ikut merasakan kesedihan keluarga itu? "Kau menangis?" celetuk Rena tiba-tiba tanpa menatap Vino. Pria itu menggeleng. "Aku tau kamu berbohong. Dulu saat aku membantu arwah lain aku juga tidak bisa menahan air mataku. Jadi kamu jangan malu." ucap Rena lagi. Sebelah alis Vino di naikkan. "What?" ucap Vino. Lily menghampiri Rena dengan senyuman bahagia, gadis hantu itu melambaikan tangan mengucapkan selamat tinggal untuk selamanya. "Apa mereka akan terus seperti itu?" tanya Vino menunjuk nenek dan si bapak tadi setelah Lily betul betul memudar. Rena menggeleng, "urusanku sudah selesai, sekarang bagian mereka akan mengenang lily dengan baik atau membiarkan seperti bayangan yang melintas," ucapnya sembari meninggalkan tempat itu. "Jadi hari ini sudah selesai?" "Siapa bilang?" Sahut Rena masih tetap terus berjalan. "Terus setelah Lily tau apa yang sebenarnya dia cari apa dia akan ke surga?"  Rena mengedikkan bahu, "Aku bukan malaikat, aku hanya membantu mereka untuk segera terangkat," jawabnya. "Oh ya. Berarti setelah ini kamu menyelidiki kasus aku ‘kan? Aku kecelakaan di ruas jalan antara jalan x menuju kota s. Jadi kamu harus membantuku karena aku sudah memberikan sedikit informasi yang aku ketahui " ucap Vino bangga. Rena berdecih, "Kamu pikir semudah itu. Kalau mudah mungkin kau sudah terangkat tanpa bantuanku." ucapnya sinis kemudian mengendarai motor scoopy nya.  ____ Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD