Chapter 15

1307 Words
Kembali lagi kesekolah, setidaknya itulah rutinitas yang Rena lakukan sejak belasan tahun menjadi pelajar dan masa menjadi pelajar SMA tinggal satu tahun lagi, saat ini ia sedang menyiapkan persiapan untuk ujian kenaikan kelas. Rena menatap pantulan dirinya didepan cermin, dengan mengigit ikat rambutnya sedangkan kedua tangannya menyusun rambut agar rapih sebelum diikat oleh pita rambut tadi, setelah selesai menata rambut Rena mengambil dasi lalu memakainya disusul tas sekolahnya. Selesai menyelesaikan masalah pakaian Rena langsung turun ke lantai utama dan menuju garasi guna mengeluarkan motor andalannya untuk membawanya ke sekolah. Tapi langkah kaki Rena berhenti tepat saat Rena menutup pintu rumah. Terdengar suara mendesis namun bukan ular dan suara bisikan karena tidak ada orang, Rena menormalkan dirinya mengambil nafas lalu menghelanya perlahan dan melanjutkan untuk mengunci pintu rumahnya. Rena tak ingin berbalik atau pun menoleh ia yakin sesuatu sedang mengganggunya dihari yang begitu pagi ini. Motor Scoopy yang terparkir cantik dinyalakan oleh Rena untuk menghangatkan mesinnya namun suara mengganggu tadi tetap terdengar dan semakin menyebalkan. "Pergilah aku tidak memiliki urusan denganmu." ucap Rena mengusir. Tapi tetap saja suara desisan tadi tetap terdengar, Rena memutar bola matanya malas, dia lebih memilih untuk mengabaikan hal tersebut namun diluar dugaan dan tanpa disangka tubuh Rena jatuh terlempar ke lantai, sedikit lagi kepalanya nyaris terantuk dinding. Akhirnya Rena melihat sosok jelek tak karuan yang mengganggunya, "Kenapa kau menyerangku, aku tidak memiliki masalah apapun denganmu!" seru Rena kesal sembari berdiri lagi. Rena menatap wajah buruk rupa di depannya itu tanpa rasa takut sedikit pun, "Minggir sana, aku sedang ada urusan yang lebih penting sekarang." ucapnya dengan nada rendah karena Rena memang ingin pergi kesekolah bukan malah berkelahi dengan hantu. Namun, sepertinya sosok itu tidak membiarkan Rena naik ke motornya, Rena berbalik ingin mengomeli sosok tadi tapi saat dia berbalik Rena langsung menghidar bergerak mundur dengan serangan yang sosok itu berikan. "Hei!" seru Rena. Kebetulan saat Rena berseru ada seorang tetangga yang lewat lalu mengintip dari pagar rumah Rena, kemudian tetangga Rena itu bergidik ngeri lalu segera melangkah cepat meninggalkan area rumah Rena begitu sadar gadis penghuni rumah itu tidak waras. "Apa-apaan kau ini, aku tidak pernah mengganggumu tapi kenapa kau menyerangku!" protes Rena lalu menghidar dari serangan sosok itu lagi sampai beberapa kali. Rena tidak mendapatkan jawaban dari pertanyaannya selain desisan dan gumaman tidak jelas, Rena yakin sosok yang satu ini mungkin tidak bisa bicara tapi jika begini terus dirinya akan terlambat ke sekolah. Rena melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul tujuh kurang lima menit. "Ish aku akan terlambat jika terus meladenimu, lebih baik cepat selesaikan." ucap Rena sembari melepaskan tas nya dan meletakkan di atas jok motor, menit selanjutnya Rena sudah menghajar sosok tadi seperti saat ia meninju samsak yang ada dibelakang rumah hanya bedanya kali ini Rena menambahkan jurus menendang di akhir pukulannya dan sosok tadi menghilang tanpa jejak. Rena terengah engah lalu melihat pantulan wajah dan rambutnya dikaca spion, "Sial! Padahal aku sudah bersiap dengan rapih tadi, tapi begitu akan berangkat kacau lagi kayak ini." gumamnya dan Rena tidak memiliki waktu lagi untuk tampil rapih seperti tadi alhasil Rena hanya mengikat rambutnya asal kemudian segera pergi menuju sekolah. Rena menancap gas motornya tepat saat gerbang akan tertutup dan security yang bertugas menutup gerbang hanya menggelengkan kepalanya. Rena mendesah pelan hampir saja ia mempermalukan dirinya sendiri karena terlambat ke sekolah. Tanpa buang-buang waktu Rena segera memakirkan motor setelah itu berlari ke arah kelasnya, secepat mungkin dan langsung duduk begitu tiba dibangku, helaan nafas lega keluar dari bibir Rena. "Syukurlah belum ada guru yang masuk." batinnya. Tapi tak lama seoran guru dan ketua kelas masuk bersamaan dengan setumpuk buku di tangan ketua kelas. "Anak-anak, karena sebentar lagi kalian akan melakukan ujian knaikan kelas jadi hari ini kita akan mulai untuk belajar mengerjakan soal-soal sebagai bahan pembelajaran tambahan karena materi dari saya juga sudah selesai ...," Ucap ibu guru kemudian menoleh pada ketua kelas, "Ares bagikan buku soalnya pada temanmu satu-persatu." imbuhnya. "Iya, Bu." jawab Ares. Cowok teman kelas Rena yang menjabat sebagai ketua kelas itu pun membagikan buku satu persatu pada setiap siswa di dalam kelas tersebut tak terkecuali Rena. Selesai dibagikan, Guru tadi kemudian memberikan sedikit arahan sebelum siswanya mulai mengerjakan soal-soal yang ada di buku sampai jam istirahat pun akhirnya tiba. Semua teman kelas Rena langsung bubar berlarian keluar tanpa peduli jika buku-buku mereka masih berhamburan diatas meja, sedangkan Rena dengan santai membereskan bukunya untuk menyimpannya ke dalam tas, barulah setelah itu ia keluar menuju kantin. Terjadi seperti biasanya banyak siswa mengantri ditiap deretan stand para ibu kantin, namun sekalinya Rena datang tanpa bersuara mereka semua langsung menyingkir seperti kedatangan seorang presiden, dan Rena tentu dapat memilih makanan apapun yang ada tanpa harus bersusah payah mengantri. Rena duduk di kursi yang biasa dia tempati karena hanya itu satu-satunya tempat yang tidak akan pernah diduduki oleh siswa lain dengan alasan pasti ada hantunya dan itu lagi-lagi menjadi keberuntungan untuk Rena karena ia tak perlu harus bergabung dengan siswa lain yang sangat cerewet dan berisik. "Butuh teman?" Arham datang meletakkan makanannya di meja kemudian duduk di kursi kosong tepat diseberang meja yang Rena duduki. Rena mendongak lalu tersenyum, "Aku rasa sudah biasa seperti ini tanpa seorang teman." jawabnya. Arham mencebikkan bibirnya tapi kemudian ia tersenyum. "Tadi kamu datang terlambat apa ada sesuatu terjadi?" tanya Arham.  Rena menggeleng, "Gak kok cuman terlambat bangun pagi aja tadi." katanya sembari menyuapkan makanan. Arham mangguk-mangguk lalu memakan makanannya juga, keduanya makan dengan hening sampai bisikan meja tetangga sebelah mereka terdengar, namun Rena lebih suka mengabaikan hal itu seperti biasanya. Rena langsung berdiri setelah makanannya habis, "Aku tinggal duluan ya soalnya mau keperpus dulu mau minjam buku." pamit Rena. Arham yang masih duduk segera meneguk minumannya lalu berdiri. "Kebetulan aku juga mau ada buku yang mau diambil jadi sekalian bareng aja." katanya yang diangguki oleh Rena lalu kedua remaja itu berjalan bersama menuju perpustakaan. Perpustakaan adalah surganya orang yang tidak suka keributan, Rena menuju rak yang menyimpan buku fisika karena dia sedang membutuhkan buku itu untuk saat ini, arham berdiri dibelakangnya seperti bodyguard. Rena berbalik menatap Arham, "Kamu kenapa ngikutin aku? Kenapa gak cari buku yang kamu mau?" ucap Rena.  Arham menggeleng, "Itu cuman alesan aku mau nemenin kamu diperpus." jawab Arhan dengan cengiran khasnya. Rena hanya mampu menggeleng pelan. "Rena, apa kamu yakin buat gak lanjut kuliah padahal kita bisa daftar kuliah bareng loh terus nanti daftar beasiswa." ucap Arham. Rena menoleh ke arah Arham setelah dia berhasil mendapatkan buku yang dicarinya Tersenyum saat melihat teman pertamanya sejak beberapa tahun terakhir, "Aku gak tau mau lanjut kuliah apa enggak, ‘kan kamu tau sendiri aku sekarang hidup seorang diri makan sama sekolah aja ditanggung oleh kantornya ayah dan sekarang aku sudah besar untuk memulai bekerja menggantikan berapa banyak biaya yang kantor berikan selama ayah tidak ada, lagi pula kita ini ‘kan baru mau ujian kenaikan kelas, urusan kuliah biar nanti aja deh di pikirinnya." jawab Rena menjelaskan. Arham terdiam, Rena berjalan membelakanginya namun Arham menahan tangan Rena dari belakang, "Tunggu dulu, Ren." panggilnya. "Ya ada apa lagi?" tanya Rena. Arham menggeleng sedangkan tangannya menyentuh kedua lengan Rena lalu membuat cewek itu membelakanginya. Rena mengerutkan keningnya tapi kemudian dia sadar apa yang akan Arham lakukan ketika rambut Rena terurai cantik tanpa ikat rambut, Arham melepaskan ikatan rambut Rena dan memegang talinya. "Kamu lebih cantik kalau kayak gini, Ren." Ucap Arham, "Jadi pitanya aku yang pegang ya." imbuh cowok satu ini. Rena berkedip kedip saat menoleh menatap wajah Arham yang tersenyum ke arahnya menit berikutnya wajah Rena berubah masam lalu merebut ikatan rambut yang Arham pegang, "Balikin gak?" katanya. Arham menggeleng sambil menjauhkan benda yang sedang ia pegang. "Gak." jawab Arham menolak Rena. Rena mendelik tapi Arham justru menjulurkan lidahnya mengejek sebelum berlari. Rena ingin berteriak memanggil cowok itu tapi ia sadar saat ini dirinya ada di perpustakaan, alhasil niatnya untuk memarahi Arham jadi tidak tersampaikan, Rena makin kesal tapi juga tidak bisa mengeluarkan kekesalannya. ____ Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD