Hari Senin, pukul 6 pagi.
Elita bangun awal seperti biasa, ia membuka jendela kamarnya. Dihirupnya segar sekali udara pagi pedesaan, disekeliling rumah ini kebetulan banyak pepohonan sehingga udaranya segar.
Sudah cukup bersantainya, kini elita bersiap untuk berangkat kerja. Setelah keluar kamar, Ia mendapati adik dan ibunya belum bangun. Elita terpaksa melakukan hal yang ia tak sukai namun harus dilakukan, membangunkan dodi. Ia sudah tahu betul kalau dodi sudah tidur akan sulit dibangunkan.
*tok tok tok* “dod bangun dod! Siap siap sekolah kamu!..” *tok tok tok*
“DODI!! BANGUNN!! MAU DIBUATIN SARAPAN APA !!..” *TOK TOK TOK*
“RESE YA NI BOCAH HARUS DIPAKSA..”
Kesal, elita membuka pintu kamar dodi dengan keras. *braaak* “KAMU YA DAS....Ehhh?? kemana dodi..?..”
Elita menggaruk kepalanya kebingungan mendapati kamar adiknya kosong. Sia sia ia tadi mengetuk dan berteriak diluar.
Saat elita berjalan menuju teras untuk mencari dodi, tiba tiba dodi keluar dari kamar ibunya.
“Eh kakak jangan berisik ah pagi pagi, aneh banget..”
“Aneh? Kamu yang aneh!... kenapa kamu keluar dari kamar ibu?..pantes kakak cari di kamarmu gak ada..”
“Ibu tadi minta pijitin kakinya kak, dodi sama ibu kan udah bangun dari jam 5..” ucap dodi berbohong, mana mungkin ia beri tahu habis bercinta dengan ibunya semalaman dikamar itu.
Elita percaya percaya saja pada adiknya, ia belum menaruh curiga sedikit pun, walau agak aneh ibunya minta dipijat pagi sekali.
“Yaudah, kakak mau mandi dulu...udah buat sarapan kan tadi..”
“Belum, nanti beli nasi uduk aja ah..males telor mulu..”
“Dasar, terus tadi ngapain bangun awal? Kirain masak sarapan sama ibu..”
“Kan ibu kakinya lagi pegel kak..gimana sih ga ngertian jadi cewek..”
“Auk ah dod pusing ngobrol sama kamu, mending ngobrol sama obeng..”
Dan aktifitas sehari-hari mereka mulai berjalan normal kembali, dodi bersekolah dan elita kembali melayani pelanggan di minimarketnya. Hanya berbeda disaat elita tak ada dirumah, dodi dan ibunya akan bersetubuh. Biasanya elita pergi keluar entah itu ke temannya atau belakangan ini ia kerap menjenguk dede yang sakit. Saat itu lah dodi memanfaatkan kesempatan berduaan dengan ibu untuk memuaskan nafsu remajanya.
Dan aktifitas sehari-hari mereka mulai berjalan normal kembali, dodi bersekolah dan elita kembali melayani pelanggan di minimarket.
Hanya berbeda disaat elita tak ada dirumah, dodi dan ibunya akan bersetubuh. Biasanya elita pergi keluar entah itu ke temannya atau belakangan ini ia kerap menjenguk dede yang sakit. Saat itu lah dodi memanfaatkan kesempatan berduaan dengan ibu untuk memuaskan nafsu remajanya, ia lakukan itu terus menerus selama 5 hari.
Sepulang sekolah dodi sekarang punya kebiasaan baru, nonton tv berduaan dengan ibunya. Bukan sekedar menonton tv, dodi menonton tv sambil memeluk ibunya atau menaruh kepalanya di paha ibu yang empuk bagai bantal. Dodi tak segan memeluk ibu walau kak elita melihatnya. Bahkan elita malah menertawai dodi karena terlihat manja. Ya dodi memang manja, sangat dimanjakan lebih tepatnya. Kalau tak ada elita, aktifitas manja-manjaan dodi kerap berakhir dengan celupan k****l dodi ke v****a ibunya, di ruang tv itu juga.
Malam harinya, ketika elita sudah terlelap dodi selalu pergi ke kamar ibunya untuk n*****t lagi. Dalam sehari dodi bisa n*****t 2-3 kali.
Paling banyak 5 kali dalam sehari, saat itu hari rabu ketika elita sudah berangkat jam 4 pagi dan pulang jam 7 malam. Dodi yang mendapati kakaknya sudah berangkat kegirangan lalu kembali lagi ke atas kasur untuk mengentoti ibunya satu ronde sebelum berangkat sekolah. Sepulang sekolah setelah makan siang dodi langsung mengajak ibunya bercinta sampai dua ronde sebelum akhirnya kecapaian. Malamnya pun dodi menggarap ibunya dua ronde.
Peju dan keringat yang membasahi sprei membuat kartika harus mengganti spreinya dua hari sekali. Ia lakukan ini agar tak ketahuan elita saat pergi ke kamarnya. Walau dodi sebenarnya minta agar tak diganti karena ia suka aromanya.
Kartika merasa dirinya sudah menjadi candu bagi anaknya, kapan pun dimana pun selama tak ada kakaknya dodi akan menyetubuhinya.
Hanya saat memasak saja kartika melarang dodi memasukan kontolnya. Karena pernah di selasa sore kartika memasak untuk makan malam sambil dodi mengentoti tubuhnya, awalnya kartika menolak namun dodi bersikeras mumpung kak elita sedang ke toko di desa sebelah. Kartika pun mengizinkannya, ia menurunkan celana dan cdnya hingga terpampang pantatnya untuk dodi entot, tanpa basa basi dodi langsung mengentoti ibunya dari belakang dengan gerakan cepat, ia ingin segera ejakulasi sebelum kak elita datang.
Saat mengiris bawang kartika meminta dodi berhenti sejenak agar ia tak melukai jarinya. Dodi pun berhenti.
Namun emang dasar nafsu binatang, dodi tak tahan membiarkan kontolnya menancap tanpa digenjot. Dodi tiba tiba menghentak kontolnya dalam-dalam dan membuat kartika melukai jarinya dengan pisau karena gerakan tiba tiba itu. Setelah itu dodi kena omel ibunya dan disuruh membersihkan lantai.
Jumat siang, pukul 14:10
Elita dalam perjalanan menuju rumah dede, ia ingin menjenguk dede. Setelah berjalan 30 menit elita akhirnya sampai di rumah dede.
*tok tok tok*
“Permisi..dede! Ini aku..elita..”
Tak lama pintu pun terbuka. Dede yang sudah mendingan menyambut kak elita di depan pintu.
“Eh kak ita...masuk kak..” ucap dede mempersilakan elita duduk di ruang tamu yang seadanya.
“Iya nih de, kakak bawain nasi padang buat dede sama ibu..dimakan yah nanti..”
Elita menyerahkan plastik putih berisi dua bungkus nasi ke dede.
Dede canggung untuk menerimanya, ia merasa tak enak sudah merepotkan elita
“Eh kenapa diam aja, ini ambil buat kamu de..gratis kok hihi..”
“Ng-ngga kak, dede ga enak ambilnya..”
“Loh kenapa?..” Elita kebingungan
“Dede kan udah dimasakin sama ibu kak tiap hari, walau seadanya tapi cukup kok..”
“Dede juga gak enak udah ngerepotin kak elita..”
“Huh?..Hahahaha dede..dede...kakak ikhlas kasih ini ke dede, jangan mikir kaya gitu ah..lebay hihi..kayak orang tua tau..”
“Tapi dede ga suka dikasih-kasih terus, ibu juga begitu...kita bukan mental peminta-minta kak..”
“Huh?..ngomong apaan sih kamu de, kakak udah bilang ikhlas kok... ini ambil nasinya!..”
Suara elita mulai tinggi.
“Bukan kak! Kakak ga perlu jenguk dede tiap hari! Nanti kakak capek! Abis pulang kerja kan!..”
“Dan ga perlu bawain dede makanan banyak-banyak terus!..”
“Malu ibu sebenarnya kak! Ibu malu dikasih terus sama tetangga sementara ibu ga bisa ngasih apa apa!..”
“Lihat sini ke dapur! Banyak makanan kiriman tetangga..malahan ada yang udah busuk! Kenapa? Soalnya dirumah cuman berdua! Siapa yang mau habiskan ini semua!..”
“MUBAZIR KAK!! Apalagi aku udah makan tadi!..”
Elita yang diajak dede ke dapurnya terkejut mendapati banyak makanan menumpuk, beberapa dikerubungi lalat karena sudah kelamaan.
Sejak kabar dede sakit tipes menyebar, tetangga mulai sering memberikan bingkisan makanan ke rumah dede. Sampai menumpuk di dapur karena dede maupun bu titin makannya tak banyak.
Namun ucapan dede tadi dengan suara yang tinggi membuat elita sakit hati, dadanya terasa sesak.
Elita menatap mata dede dengan tajam, membalas omelan dede tadi. Dede langsung terdiam ketika elita melototi-nya.
Sakit hati dan emosi bercampur jadi satu karena ucapan dede yang tak tahu terima kasih.
“dede.......kamu tahu..”
“bukan begitu caranya kalau ada orang ngasih makanan!!..” ucap elita dengan suara yang tak kalah tinggi
“Alasan kamu nolak kakak ga berdasar! Khawatir kah sama kakak? Takut kakak sakit? Kamu pikir kakak kecapekan jalan kesini?! NGGA!..”
“JUSTRU KAKAK YANG KHAWATIR SAMA DEDE, KAKAK BELIIN DEDE OBAT, TIAP HARI JENGUK KAMU, BAWAIN MAKANAN ENAK...ITU SEMUA BIAR KAMU PULIH!! KARENA ITU TANGGUNG JAWAB KAKAK!!..”
“TIPES ITU KALAU DIBIARIN BISA FATAL DE..TAHU ITU..BEDA SAMA DEMAM BIASA..”
“engg-nggaa b-bukan bb-begitu..” kini dede ketakutan
“TERUS APA? KAMU GAK TAHU TERIMA KASIH DE!! DASAR!!..”
“KAMU UDAH TIDUR SAMA IBU KAKAK, KAKAK BIARIN, SEKARANG KAKAK KASIH PERHATIAN MALAH NGELUNJAK! MAUNYA APA SIH?! ADUHH PUSING KEPALA KAKAK..”
Dede mulai menitikan air mata penyesalan, ia tak bermaksud menyakiti elita. Ia sadar ucapannya tadi terlalu tinggi sehingga elita salah menangkapnya.
“hikss..hikss..kakk maafin dede kak..dede ga bermaksud gitu..”
“terus apa?..”
“I-ibu dede ga suka buang-buang makanan kak...jadi mubazir..”
“Iya kalau itu kakak ngerti, tapi kenapa kamu kayak ngusir kakak? Apa maksudnya jangan jenguk lagi?!..”
“Kamu gak suka aku kesini?..” tanya elita
“B-bukan kakk...dede takut kakak kecapekan jalan kesini tiap pulang kerja, mana siang-siang lagi..”
“Hadehh..dede..dede...kan kakak udah bilang tadi..huftt..”
Mereka pun terdiam beberapa saat.
Dengan nafas panjang elita mengambil kembali plastik nasinya lagi, lalu berdiri.
“Yaudah kalau kamu maunya begitu, kakak ga bakal kesini lagi..”
“bukan kak ita...bukan begituu huhuhuuu...dede seneng kok kak ita mampir..”
“Lah kenapa tadi ngusir!..”
“Ummm ituu...”
“Ga perlu sok peduli lagi, kamu udah buat kakak sakit hati..”
“Jangan pernah main main ke rumah dodi lagi! Apalagi sentuh ibu aku lagi!..”
Dede sangat shock mendengar ucapan elita, ia sama sekali tak bermaksud begitu. Kini ia kebingungan harus menjelaskan apa lagi pada elita.
Tangannya gemetar, air mata mengalir di pipinya.
“Udah jangan nangis! Kakak mau pulang aja..”
Elita pun meninggalkan dede menangis sesenggukan sendiri di ruang tamu.
Sebelum pulang, elita ingin menyampaikan sesuatu.
“dede…sebenarnya…sejak kita makan di warkop malam itu… kakak mulai suka sama kamu..kakak pikir kamu orangnya lucu, berani, penyayang..”
“apa….k-kak ita ss…s-suka.. sama dede??..”
“Iya! Kakak kasih perhatian ke dede selama ini bukan sekedar biar kamu pulih de!..”
“Tapi kayaknya kamu kurang peka, malahan emosi sama kakak hanya perkara kebanyakan makanan dan takut kecapekan..”
“kakak berharap kamu bakal nembak, ternyata kakak malah di omelin..”
“Kakak siang ini kesini juga mau menyampaikan perasaan kakak de! Tapi….”
“Yasudah lah de, mungkin emang kita ga jodoh…maaf ya ucapan kakak tadi…permisi..” Elita pun pulang ke rumahnya sambil menahan tangis.
Kini dede yang sendirian lagi dirumahnya tak bisa berkata apa apa. Ia masih tak percaya apa yang ia dengar barusan.
Elita rupanya menaruh hati padanya! Elita suka padanya! Elita cinta padanya!
Namun sepertinya sudah telat, elita marah besar padanya tadi sampai membuatnya nangis sesenggukan. Andai ia tadi lebih mengontrol emosinya. Perasaan dede kini tidak karuan.
15:00
“permisi kakak pulang...”
Dodi yang sedang mencumbu ibunya kaget dan langsung merapihkan bajunya seperti semula, ibunya pun sama. Mereka kaget tidak biasanya elita pulang jam segini.
Lalu dodi menghampiri kakaknya ke ruang tamu.
“Eh kakak abis dari dede ya kak?..”
“Hmm? Oh iya iya..”
“Gimana kabarnya dede..”
“Yahh baik baik saja dod, hanya sedikit menyebalkan..hahah....”
“ini ada nasi padang nih dod, yuk makan bareng..” ajak elita
“menyebalkan?..” dodi bingung.
“Wahh pas banget lagi laper...ayok makan kak..”
Mereka pun makan bersama nasi padang yang seharusnya untuk dede itu.
Sore harinya, elita membuka hpnya dan menerima belasan sms dari dede. Sebelumnya elita sudah memberi tahu nomor hpnya ke dede lewat kertas kecil yang ia sisipkan ke kotak obat.
Semua sms nya berisi permintaan maaf dede. Dengan panjang yang beragam. Elita pun membalas sms dede, ia merasa kasihan padanya. Elita juga ingin minta maaf ke dede. Ia sadar sudah terpancing emosinya tadi. Kini elita mulai mengerti alasan dede tadi.
Setelah saling berbalas pesan, hubungan elita dan dede pun pulih kembali.
“makasih banyak ya kak elita..udah ngertiin dede, aku bener bener kebawa emosi kak, dapur suka banyak tikusnya kalo makanan numpuk gitu..”
“Iya dede..sama-sama, yaudah kita udah baikkan ya..”
“Iya kak, ngomong-ngomong kakak lagi ngapain?..”
“Lagi sms-an sama kamu, apa lagi? Hihi..”
“Hehe iya, kak ita telponan yuk..aku kangen suara kak ita..”
“kangen di omelin? Hahaha..”
“Ihh kakak gitu, kangen aja..”
“Kangen? Hihihi, emang kita udah jadian?..”
“Yaudah kita jadian dulu kak hehe..”
“Ih apaan..ga modal banget kamu jadi cowo..jadian masa lewat sms..”
“Hmmm..gimana kalo besok dede bawain kue ke rumah? Malam ini dede bakal bikin kue yang enak sama ibu...abis itu kita jadian! Oke??..”
“Oke! Udah ya dede, kakak mau mandi sore..”
“oh iya udah boleh panggil sayang belum? Hehe..”
“hmmmm...besok ah abis jadian, hihi..”
“Yahh...”
Elita lalu pergi ke kamar mandi dengan hati berbunga-bunga, demikian pula dengan dede. Ia langsung menghampiri ibunya di dapur untuk memberi tahu ia akan jadian dengan elita esok dan meminta tolong ibunya untuk membuatkan kue untuk dibawa.
Bu titin yang mendengarnya sangat senang, ia tak menyangka anaknya yang pendek dan tak begitu ganteng akan jadian dengan anak gadis bu kartika yang tinggi dan cantik jelita. seperti namanya, Elita.
Bu titin langsung memberi uang untuk dede membeli bahan kue ke warung.
Malamnya dede membantu ibunya membuat kue, setelah matang dede memberi tulisan “i love you elita” diatasnya.
Sabtu pagi, pukul 09:00
Dede yang sudah berpakaian rapih sedang berjalan menuju rumah elita sambil membawa sekotak kue untuk pujaan hatinya.
Namun sesampainya disana, dede mendapati sebuah mobil terparkir di depan rumah elita. Tampaknya sedang ada tamu.
Kebetulan dede melihat ada orang yang sedang duduk di bangku supir, ia menghampirinya untuk bertanya.
“Maaf om, ini keluarganya siapa lagi kesini?..”
“eh ngagetin aja kamu..oh ini rombongan si bos..saya mah supir ga diajak masuk haha..”
“Bos?...kalau boleh tau lagi ada acara apa om?..”
“Lamaran, si bos ngelamar pegawainya..”
“LAMARAN??..”
Dede bagai terkena serangan jantung mendengarnya, tangannya lemas sampai kue yang dibawanya jatuh ke tanah. Perasaannya hancur lebur, di hari ia akan jadian dengan elita. Seseorang malah melamarnya, apa elita selama ini berbohong?
“Ehh kok bengong si mas, jatuh itu kotaknya!..”