IBUKU TERLALU BAIK 1
Pendahuluan
Di pagi hari yang indah di Desa Cianduk, Seorang Anak lelaki sedang berusaha melawan rasa kantuknya yang begitu berat dilawan. “ Hoammmmmmm hmm masih jam 6.. tidur lagi ah” katanya dalam hati. Ia pun kembali ke hangatnya pelukan guling kesayangannya
Dia adalah Dodi Hermansyah 18 tahun, masih SMA. Anak desa biasa, dengan tinggi 162 cm.
Duh Jam berapa ini… “ Betapa terkejutnya Dodi melihat jam dinding menunjukan pukul 8. Ia pun Bergegas pergi ke kamar mandi untuk mandi. Namun Dodi terpaksa harus menunggu dulu karena di dalam kamar mandi ternyata ada orangnya.
Rumah dodi tidak terlalu besar, namun memiliki 3 kamar. 2 untuk dodi dan kakaknya, 1 untuk kedua orang tuanya. Dapur dan kamar mandi ada dibelakang. Ada ruang tamu dengan 2 sofa ukuran dua orang dan ruang tv di depan kamar dodi tempat yang juga biasa digunakan untuk makan lesehan. TV nya pun masih TV tabung keluaran 2007, Sebuah rumah yang sangat sederhana.
15 Menit lamanya tak terasa Dodi menunggu, ia mulai tak sabaran, dengan langkah kesal ia ingin mengetuk pintu kamar mandi dan teriak “BURUAN!”, Di depan kamar mandi dodi pun mengetuk pintu ‘tok’ ‘tok’. “BUR…
Hmm? Bur apa??..
Buset..” kata buruan berubah menjadi buset karena ia terkejut oleh sosok jangkung setinggi 171 cm tiba tiba membuka pintunya, Ia adalah Elita Putri Anandita. Kakak perempuan Dodi yang berumur 21 tahun, memiliki wajah cantik yang putih. Primadona desa itu namun tidak pernah ada satupun yang pernah merayunya. Mungkin minder kalah tinggi dengannya.
“Kamu ngapain bengong dek.. sanah minggir!” Ucap Elita dengan kesal. Gimana tidak bengong Dodi melihat kakaknya yang jangkung nan langsing hanya menggunakan handuk dan dihiasi bekas air yang memantulkan cahaya lampu neon, menjadi pemandangan yang sangat indah bagi dodi yang baru seminggu lalu berulang tahun ke 18.
Dengan langkah cepat ia meninggalkan adiknya yang masih mematung heran di depan pintu kamar mandi. Didalam hatinya Elita berpikir “Kenapa sih tuh anak tumben mukanya beda..?”
Didalam kamar mandi dodi masih terbayang indahnya pemandangan tadi, ingin sekali ia untuk segera mengocok batangnya membayangkan kakaknya yang cantik tadi. Namun dengan cepat dodi tersadar bahwa rumahnya belum disapu dan kamarnya masih berantakan, dengan cepat ia menuntaskan mandinya dan melupakan nafsunya
Ya, Dodi adalah anak yang sangat rajin perihal kebersihan dan kerapihan, sesuatu yang cukup jarang ditemui remaja pria berumur 18 tahun. Itu berkat didikan sejak dini kedua orang Dodi perihal hal tersebut. Sudah seperti di program di otak dodi ketika melihat lantai yang kotor pasti ia akan segera mengambil sapu dan ia juga sering membantu pekerjaan rumah ibunya seperti menjemur pakaian hingga mencuci piring. Orang tua mana yang tidak senang.
Namun Berbanding terbalik dengan Kakaknya Elita, ia Gadis yang pemalas dan cuek cuek saja perihal Kebersihan. Apalagi untuk membantu ibunya, ia kerap melakukannya dengan terpaksa dan ogah ogahan. Mungkin karena kesibukan di Pekerjaannya sebagai Kasir Minimarket di Kota. Elita merasa ia sudah cukup letih dengan pekerjaannya.
Hari itu hari sabtu, Hari libur yang sangat dinanti Dodi dan Elita karena mereka bisa bersantai melupakan sejenak kepenatan aktivitas mereka dari senin sampai jumat.
Selesai menyapu rumahnya, Dodi beristirahat sejenak di bangku terasnya, “huff.. tumben banyak gini pagi pagi debunya, abis pada ngapain si semalam”.. gumam dodi
“Dod ayo masuk ini di bawain Nasi uduk nih” Kata seorang wanita di belakangnya,
“Eghh ibu bikin kaget aja.. iya bu entar aku kelarin ini dulu” ucap dodi sambil menyapu dedaunan kering di terasnya
“Yaudah ibu tunggu sama kakak ita yah”
Wanita itu adalah Kartika Anandita, berumur 42 tahun. Ibunda Dodi dan Elita. Memiliki tinggi 2 cm lebih pendek dari Elita yaitu 169 cm, Body montok tidak terlalu kurus dan gendut, Memiliki daya tarik utama di b****g dan payudaranya yang aduhai, Wajahnya pun cantik. Membuat setiap pria hidung zebra terutama Bapak bapak di desa itu pun banyak yang sering curi curi mata ke Bu Kartika.
Menikah dengan Rahmat Hermansyah, 45 tahun. Hubungan mereka berjalan mulus tidak ada orang ketiga dan konflik yang berarti.
Rasa lapar belum sarapan memaksa Dodi menyudahi aktivitasnya dan segera ke ruang tv untuk menyantap nasi uduk kesukaannya. Rumah mereka tidak memiliki meja makan sehingga mereka terbiasa makan lesehan di atas karpet sambil menyaksikan berita di TV yang topiknya itu itu aja.
“Dod ayo sini dimakan dulu nasi uduknya..” ucap Ibunya
“iya bu..” dengan lahap dodi menyantap sarapannya itu
“Ehh dodi kamu itu makannya pelan pelan dong ntar keselek..” ucap kakaknya yang heran melihat dodi begitu cepat makannya sampai terbatuk batuk
“Uhuk uhuk.. Ahh Kak Ita bawel banget sii.. aku kan capek dari tadi beres beres makanya laperr, emangnya Kakak dari tadi main HP doang!...” ucap Dodi rada kesal, memang kakaknya ini rada bawel ke Dodi.
“Ehhh anak kecil berani ngelunjak yaa” Kak Ita terlihat kesal juga
*ADUH ADUH ADUH* teriak kakak beradik itu
“Udah ya kalo makan jangan sambil berantem!, Habisin nasinya terus bereskan ke wastafel!..” omel ibunya kesal mendengar keributan di pagi hari
“Aduh sakit tauu dicubit sama ibu.. kakak sih banyak bacot..”
“Apaan kamu juga ah dek.. ibu cubitnya sakit banget nih.. pasti kukunya belum dipotong 2 minggu ya..” canda Elita.
Hari itu berjalan biasa biasa saja, Rumah terasa sepi ditinggal Bapaknya yang sedang ada pekerjaan mengantar hasil kebun ke kota. Dodi hanya tidur tiduran saja sambil kadang mengecek HPnya melihat lihat kabar terbaru dan Elita sangat sibuk sejak selesai sarapan di kamarnya bermain game online di HPnya sampai tengah hari
Itulah hobinya semenjak ia nyicil HP “Sumsang” keluaran terbaru. Berbeda dengan adiknya dengan HP “ximimi” keluaran 5 tahun lalu, tidak banyak yang bisa dilakukan HP jadul adiknya itu.
Hari sudah sore pukul 17:00, Dodi baru selesai membantu ibunya bersih bersih rumahnya. Elita masih tertidur lelap setelah capek seharian main HP
“huffft capek juga ya bu …”
“iya nak ibu juga lumayan capek ini beresin kamar kakak kamu.. berantakan banget dia jadi cewek..”
“Ah emang bu kak ita kebangetan banget, jadi cewek gitu , pemalas..” ucap dodi kesal
“Hmm iya ibu juga bingung mau ngomong apa lagi.. tapi yang penting dia udah bisa cari uang sendiri dod..”
“Ohh berati kalo aku udah dapet kerjaan bisa nyantai juga gitu dong buu??..”
“Ahh auk ah pusing ibu bahasnya.. ibu mau mandi dulu ya, Jangan lupa pintu dikunci. Udah mau maghrib ini..” ucap ibunya meninggalkan dodi sendirian di sofa.
“iyaa bu siap”
Sambil menunggu gilirannya mandi ia termenung di kursi dapur memikirkan masa depannya, mau kerja dimana nanti setelah lulus.
Cukup lama Dodi menunggu dan akhirnya.. *krek* pintu kamar mandi terbuka dan Ibunya keluar dengan hanya berbalut handuk sebatas d**a dan pahanya. “Dod ayo mandi itu udah kosong..” ucap ibunya agak menggigil kedinginan.
Dodi tidak menjawab, terkesima dengan pemandangan yang mirip tadi pagi hanya saja kini lebih indah karena Ibunya lebih montok, memiliki b****g dan p******a yang lebih besar, kulitnya yang putih mulus sangat membuat dodi ingin menjilatnya.
Dodi pun Ereksi untuk pertama kalinya terhadap Ibunya. Entah Setan mana yang merasukinya, padahal ia tak pernah memiliki pikiran jorok terhadap ibunya.
Keesokan harinya..
“kukuruyukkk.. meongg”.
Suara ayam bersahutan dengan kucing tetangga yang kelaparan membangunan Dodi dari tidurnya.
Hari senin ini dia pergi sekolah seperti biasa, Selesai mandi dan sarapan dodi pergi segera pergi ke sekolahnya naik ojek mang yana, Ojek langganan keluarga itu jika ada keperluan, Tinggal di telepon mang yana pasti segera meluncur ke lokasi.
“Pakk Buu! Dodi Berangkat yaa!!..”.. teriak dodi dari depan rumah.
“Iya dod hati hati!..” balas bapaknya yang baru pulang tengah malam kemarin.
“Ayo mang berangkat!! Ngebut ya mang!..”
“Siap dod!! Baru ganti baut juga nih mamang, pasti tambah ngacir ini si jajang..”
“Haha ganti baut ga ngaruh mang ada ada aja..”
Dodi pun pergi berangkat, sementara Elita baru bangun untuk bersiap bekerja jam 8 nanti.
“Sialan itu mang yana norak banget suara motornya.. jadi bangun gue, lagi enak enak tidur..” gumam Elita kesal.
Kelas berjalan lancar dan sudah waktunya pulang, Dodi dan dua teman dekatnya, Dede & Heru sedang nongkrong di depan kantin melepas penatnya usai sekolah.
Mereka berdua sudah bersahabat dengan dodi sejak kelas 1 SMP di desa itu.
Dede adalah anak yang rada usil dan selalu mendapat nilai buruk tidak beda jauh dengan Heru, namun heru doyan makan. Ya sangat doyan makan seperti saat ini ketika dodi dan dede hanya membeli siomay 5 ribuan, heru dengan bangganya membawa semangkok mie ayam komplit ke kantin dari tukang mie ayam depan sekolah.
“Sialan lo her jajan mahal mulu, mana kaga bagi bagi..” ucap dede
“ah bacot aja lo de, makanya minta duit jangan goceng doang..”
“Ah gua mah hemat menabung biar masa depan gua cerah ga kayak lo masa depannya suram c**i mulu hahaha..” balas dede
“Eh lu berdua mau ga ntar Sore ngerjain tugas di rumah gue?? Kebetulan juga bapak gue baru balik nih dari kota ada banyak oleh oleh buat di bagi bagi..” ajak Dodi memotong obrolan
“boleh aja di, sekalian lo kan rada pinteran juga.. boleh lah nyontek nyontek dikit hahaha..” kata Dede
Heru pun hanya mengangguk menandakan Oke. karena mulutnya penuh dengan Mie ayam dari tadi.
“Sip lahh entar jam 4 sore ya ke rumah gua lu pada..”
Jam sudah menunjukkan pukul 1 siang mereka pun berpisah untuk pulang. Kata berpisah pun terdengar berlebihan karena mereka tinggal berdekatan satu kampung.
“Buu dodi pulang!..”
“Iya nak.. jangan lupa cuci kakinya dulu sebelum ke kamar!..” Teriak ibunya dari dapur sedang memasak.
Selesai merapihkan tas dodi pergi ke dapur tergoda oleh harumnya tumis kangkung buatan ibunya tercinta.
“Dodi ayu nak makan dulu..”
“Iya buu… hmm harum banget masakan ibu tumben”
“Lah emang selama ini masakan ibu ga harum??..”
“Bukan gitu bu.. gatau ini sejak kemarin aku jadi makin sayang sama ibu hehe..”
Kartika sedikit terkejut mendengar ucapan anaknya itu, Karena sangat jarang dodi bilang sayang ke ibunya sendiri, faktor gengsi anak remaja.
Muka Kartika menjadi agak merah malu mendengar ucapan manis anaknya itu, Di dalam hatinya juga terenyuh.
Kartika tidak membalasnya, hanya senyum senyum sendiri sambil makan.
Dodi pun bingung ia bisa bicara tidak biasanya seperti itu. Seolah hatinya yang menyuruh bukan atas kemauan otak dodi untuk bicara.
Waktu makan siang menjadi canggung, tidak ada percakapan ringan seperti biasanya.
Baju ibunya yang tanpa lengan membuat dodi tidak bisa fokus menghabiskan makanannya, Saat ibunya berdiri untuk pergi ke dapur membereskan piring, dodi melotot melihat p****t besar ibunya dari belakang yang memakai legging, membuat lekukan bulat sempurna yang sangat memancing birahi.
*glek* dodi menelan ludah melihatnya
Setelah selesai makan dodi membantu ibunya membereskan dapur yang kotor, dodi mengelap kompor yang berminyak di samping ibunya yang sedang mencuci piring. Sambil sesekali melirik lirik Ibunya itu. Burungnya ngaceng untuk kedua kalinya melihat ibunya. Apalagi saat itu ibunya memakai pakaian tanpa lengan, pantulan cahaya lampu di keringat ibunya sangat menggairahkan bagi dodi. Cuaca siang hari yang panas membuat dodi menjadi nafsu melihatnya.
Selesai membantu Ibunya, Dodi pergi ke kamarnya untuk beristirahat. Sambil tiduran ia menatap langit langit bambu rumahnya membayangkan tubuh seksi montok Ibunya barusan.
“hmm kayaknya ada yang mau ‘pulang kampung’ nih..”
Gumam dodi sambil mengelus elus burungnya yang masih saja berdiri. Ingin dodi untuk mengocok burungnya itu, namun rasa kantuk sulit untuk dilawan. Akhirnya dodi terlelap dengan tangan di dalam celana kolornya.
Dodi setengah terbangun mendengar suara manis ibunya
“Dod.. bangun nak..”
“Dodi bangun nak itu Dede sama Heru udah nungguin, katanya mau ngerjain tugas..”
“Astagaa,, iya iyaa bu aku lupa ketiduran ini aduhh..” ucap dodi terbangun kaget melihat jarum jam di angka 4
Dengan segera dodi mengambil lembar tugasnya dan menghampiri dede dan heru yang sudah menunggu di ruang tamu.
“Cuyyy aduh sori banget telat gue, ngantuk banget gue tadi siang..” ucap dodi menghampiri kedua temannya yang sudah duduk di sofa ruang tamunya.
“Ah gapapa dod baru nyampe juga gue ini..”
“Haha iya untung dibangunin Ibu lo dod, bisa bisa ketiduran ampe maghrib lo hahaha..” canda Dede dengan suara cemprengnya itu.
Mereka pun segera mulai mengerjakan tugasnya masing masing.
Tak lama berselang, Dari arah dapur ibunya dodi membawa 2 gelas teh hangat untuk heru dan dede.
“Heru, Dede diminum dulu ini tehnya mumpung masih hangat..”
“ehhh iya iya bu ga usah repot repot atuh bu sebentar doang..” ucap dede sedikit terkejut melihat ibunya dodi yang seksi.
Dodi yang melihat hanya ada dua gelas pun cemburu.
“Buu kok aku ga dibuatin sekalian??..”
“Ih kamu apaan sih, kan tuan rumah, ngapain di sediain juga hihi..” balas Ibunya
“huuftt..”
Waktu sudah hampir maghrib dan mereka baru selesai mengerjakan tugas.
“Dod gue balik dulu ya, makasih contekannya haha..”
“haha, eh dede suhendar lu kalo itu jawabannya ngaco jangan salahin gue ya..”
“mana mungkin salah si dod, lu kan murid paling pinter di kelas, yaudah gue balik dulu..”
Baru dede membuka pintu terdengar teriakan dari belakang “Eh tunggu dulu!..”
Langkah Dede dan Heru pun terhenti. Ternyata itu ibunya dodi ingin memberi bungkusan plastik berisi oleh oleh untuk mereka.
Kartika yang saat itu hanya memakai handuk karena baru saja selesai mandi memberikan bungkusan itu kepada Dede dan Heru.
“Nih heru kasih ke bu dinda yah sekalian salam juga..”
“Eh iy-ya b-bu terima kasih..” ucap Heru gagap
“Nih dede buat bu titin yah sekalian bayar utang minggu lalu tolong dikasih tau ibunya..”
Dede tidak menjawabnya. Ia terpatung melihat tubuh seksi ibunya dodi untuk pertama kalinya hanya berbalut handuk, Lengannya yang sekal dan kulit pahanya yang putih membuat burungnya dengan cepat ngaceng.
“Dede?? Kamu kenapa..?..” ucap Kartika bingung
“Adoh adoh adohh apaan si lo dodi nginjek kaki gue..”
“Tuh kan baru sadar.. lagian kenapa lo bengong gitu heh..” ucap dodi agak kesal.
“Eh eh iya kenapa ya hehe, iya bu ntar aku kasih tau mamah, makasih ya bu Kartika..” ucap dede sambil mengedipkan sebelah mata. *clink*
Dede dan Heru pun pulang ke rumah masing masing.
Ditengah jalan mereka bertemu Kakaknya dodi yang baru pulang kerja.
“Ehh Dede, Heru. Kalian abis dari mana ini..?”
“Eh kak Elita, iya ini dari rumahnya dodi.. abis ngerjain tugas..” ucap dede
“Wuih enak nih dikasih oleh oleh juga..”
“iya nih kak alhamdullilah dari ibunya dodi.. mamah dirumah pasti seneng..,”
“Sipp, Kakak pulang dulu ya.. udah adzan maghrib ini”
“Iya kak Elita hati hati di jalan..” ucap Dede sok peduli.
Diperjalanan pulang dede bergumam..
“Enak banget gila si Dodi dirumahnya…Kakaknya Cantik tinggi pula, Apalagi ibunya Montok banget..”
Gumam dede iri.
“Ah gue harus deketin nih.. bisa kali besok main ke rumahnya lagi..”