IBUKU TERLALU BAIK 20

3622 Words
Malam hari pun tiba, dodi sekeluarga sedang menikmati bermacam olahan ikan yang di pancing dodi bersama bapaknya tadi sore. Elita sedari tadi menyadari ada perubahan perilaku mas paijo, sekarang ia tampak malu-malu. Tak seperti kemarin yang santai dan sok akrab dengan ‘anggota keluarga’ barunya. Mungkin karena kejadian tadi sore pikirnya. Setelah makan malam semua berjalan seperti biasa, dodi belajar di kamarnya, elita sms-an dengan dede, kartika membereskan dapur, sementara paijo dan rahmat asik mengobrol di teras rumah di temani kopi dan rokok. Hari hari selanjutnya pun demikian, semua berjalan normal, hanya dodi saja yang gelisah ingin menyetubuhi ibunya lagi, namun keadaan sangat tidak mungkin baginya. Hubungan dodi dengan paijo pun pelan pelan mulai terbentuk, mungkin karena mereka sering bekerja sama di ladang. Lain cerita dengan elita, ia tak berniat sama sekali untuk dekat dengan paijo setelah kejadian di dapur dan ketika ia mendapati paijo dan ibunya di kamar bersama. Walau paijo saat itu tertidur. Elita tak sepenuhnya percaya, ia yakin paijo hanya berpura-pura tidur. Bahkan mungkin paijo sengaja tidur disana agar dapat mengintip ibunya memakai baju, atau kemungkinan terburuk…ibunya sengaja memperlihatkan paijo lekuk tubuhnya yang masih seksi itu. Tetap saja pertanyaan terbesarnya kenapa ibu membiarkan paijo di dalam saat sedang memakai baju. Elita masih berprasangka buruk pada paijo dan ibunya walau dalam lima hari ini semuanya tampak normal. Minggu pagi pukul 08:45 Semua barang sudah siap, uang bulanan sudah diterima masing-masing anaknya, istrinya pun sudah ia beri ekstra uang bulanan. Kini saatnya rahmat berangkat ke pulau seberang untuk kembali menghidupi keluarganya. Memakai motor milik mang yana, rahmat berangkat ke terminal bus bersama paijo. Sengaja pak rahmat menyuruh paijo mengantarnya, agar ia tahu jalan jalan utama di daerah ini. Sebelum berpisah dengan paijo di terminal, rahmat menitipkan pesan untuknya. “Paijo, kamu tolong jaga keluarga saya ya…jangan berbuat yang aneh aneh. Jaga kebun juga sampai berbuah, kalau bisa suruh dodi bantu kerjaan mu di kebun kalau kamu kesulitan..” ujar rahmat “Siap pak rahmat, terima kasih banyak udah kasih saya kehidupan disini…saya jaga amanat bapak..” balas paijo “Oh iya paijo, nanti kalau tukangnya udah datang…kamu bantu ya, kan itu kamar kamu juga..” “Siap pak rahmat..” Setelah setengah jam menunggu, bus akhirnya datang juga, rahmat pun langsung berangkat Sementara itu di rumah, pukul 09:30 Dodi sedang bersama ibunya di kamar mandi, melepas rindunya setelah seminggu tidak bersetubuh dengan sang ibunda. Apalagi saat ini paijo sedang mengantar bapaknya sementara kak elita sedang keluar, jadi kesempatan emas saat dodi hanya berduaan dengan ibunya. Melihat ibunya sedang santai selonjoran di sofa hanya mengenakan tank top putih dan legging hitam, dodi jadi h***y. Tanpa ragu dodi langsung ‘to the point’ mengajak ibunya ke kamar mandi untuk n*****t. Kartika awalnya menolak, takut tiba tiba kakaknya datang. Namun dodi terus merengek minta memasukkan penisnya lagi ke liang senggamanya. Akhirnya setelah dodi berjanji hanya melakukannya sebentar sampai keluar, Kartika bangkit dari sofa dan langsung tangannya di tarik dodi ke kamar mandi. Sesampainya di dalam dodi berciuman terlebih dahulu sambil meraba-raba tubuh ibunya. Setelah puas bertukar air liur, dodi mengangkat tank top ibunya ke atas dan melepas pakaian dalam ibunya. Seminggu tidak melihat tubuh telanjang ibunya membuat dodi langsung memeluk ibunya erat. Terasa keringat ibunya menempel ke tubuh dodi. Agak lengket namun menambah panasnya hubungan ibu dan anak ini. Tak mau berlama-lama, dodi menyuruh ibunya berbalik badan dan dodi langsung mengarahkan kontolnya ke m***k ibu kandungnya itu. Dodi gesekkan kepala kontolnya ke atas dan kebawah di bibir m***k ibunya hingga membuat ibunya kesal. “Ouhh..dodi..m-masukin buruann, takut kakak tiba tiba datang..” pinta kartika “Hmm? Apa bu??..” tanya dodi pura pura tidak mendengar “Masukin!!...” “Masukin apa bu??..” dodi iseng menggoda ibunya “Masukin titit kamu, j-jangan di gesek doang…katanya tadi mau ngentott..ahhh..” “Ohh iya bu hihi, ini namanya k****l bu…kalau titit itu punya anak kecil..” “Ahhh iya iya k****l, b-buruan masukin kon-…enghhhh…ohhh ya anak pintarr..” Dodi mendorong kontolnya ke depan saat ibunya sedang bicara. Seluruh k****l dodi kini sudah ambles ke dalam m***k ibunya. Dodi pun langsung menggenjot ibunya dengan nafsu. “PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK* “Ohh ohh ohh ohh ohh ohh yaa…t-terus sayangg..” “Engghhh…bu..buuuu..enak buu…ahhh ahh..” “Ouch…pelan pelan sayangg…ibu ga kemana-mana kok…kok kamu peluknya erat banget sihh..” “Ahhh iya bu, dodi kangen sama ibu…dodi kangen ngentotin m***k ibu…boleh ya bu gini terus..” “I-iya sayang..tapi ibu sampai sesak dod..uhukk-uhukk..” *PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK* “Ohh enakkk buu…dodi kangen punggung mulus ibu…slurrrpp slurrpp..ahhh…jepit bangett m***k ibuu..” “Ahh dodi sayangg..entot ibu yang keras sayangg...ohhh terus genjot yang kenceng..” “Iya bukk ohh ohh engghh...akhirnya kita n*****t lagi ya bu..ohh..” “Udah jangan banyak omong, entot aja ibu yang keras..ahhnn..” “S-siap bu, miring kesini dong bu, aku mau jilat ketek ibu..” Dodi terus mengentoti ibunya dari belakang dengan posisi ibunya berdiri dan dodi mengebor liang senggama sambil memeluk ibunya erat. Setelah lima menit kartika merasa akan segera o*****e. Ia pun menggoyangkan pantatnya lebih cepat mengalahkan ritme tusukan k****l dodi. *PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK!* Suara s**********n dodi yang beradu dengan p****t ibunya makin terdengar keras, di selingi suara desahan kedua insan sedarah ini. “Ah ah ah ahh dodii…ibu sampe dod!!...aaahhh!!!..” *Cret cret creeett* “Ahh ibuuu...enak buu panass..ohhhh..” Kartika o*****e duluan sementara dodi masih terus mengebor ibunya, terasa kontolnya disirami air panas di dalam m***k ibunya yang membuat dodi makin kesetanan mengentoti tempat dia lahir dahulu. Suara k****l yang mengobok-obok m***k ibunya pun terdengar makin becek. “I-ibuu…ahh ahh ahh..” tanya dodi di sela sela aktivitas mesumnya “apa sayang..oughhh…ohhh..” “kemarin n*****t ga bu sama bapak?..” “I-iya nak, semalam sama hari senin…ohh iya betul begitu terus nak kocok kontolmu nak…uhhh..” “Ahhh bu…kenapa dikasih buu…” rengek dodi “Lah ini kan aslinya punya bapak mu sayangg…hihihi..” “Tapi enakan punya siapa bu?..” “Enakan punya bapak mu, lebih gede dan berurat..hihihi..” Dodi yang mendengarnya menjadi kecewa, ia pun mencabut kontolnya walau belum sempat ejakulasi. “Loh kok dicabut dod?..” Dodi tak menjawab, ia lanjut menyirami tubuhnya lalu mengeringkan badannya dengan handuk kemudian keluar dari kamar mandi. Kartika dibuat heran oleh anaknya, kenapa dodi tidak lanjut menyetubuhinya. Padahal dodi selalu ejakulasi jika sudah masuk ke liang senggamanya. Apalagi sudah seminggu ia tak bersetubuh dengan dodi, Kartika ingin tahu sebanyak apa p**u anaknya yang akan keluar. Setelah selesai mandi kartika langsung menuju kamar dodi hanya memakai handuk *tok tok tok tok* “Dod…buka pintunya..” Dodi kemudian membuka pintu “kenapa apa bu?..” tanya dodi “Ibu boleh masuk?..” “B-boleh bu…tapi kenapa gak pakai baju dulu..” “Ah biarin aja, kamu kan suka hihi..” Dodi lalu mempersilakan ibunya masuk. Kartika kini duduk di pinggir kasur dodi bersama dodi yang saat ini baru memakai celana pendeknya tanpa atasan. “Kenapa tadi kamu?..” tanya kartika “Huh…ibu soalnya bilang lebih enakan k****l bapak, dodi kecewa..” “Lah? Hahaha…dodii dodii…kamu polos banget sih, ibu tadi tuh godain kamu doang- Bapak mu tuh udah tua, mainnya ga bisa lama..” “B-berati aku lebih hebat bu?..” “Iya dong...kamu itu ngentotnya tahan lama karena masih muda..” Dodi yang mendengarnya langsung memeluk ibunya kemudian lompat kegirangan seperti anak kecil. Setelah itu dodi langsung mengambil pakaian di lemari karena cuaca mulai terasa dingin. Tiba tiba ibunya menahan tangannya dari belakang. “Eh kenapa bu??..” “Jangan dulu sayang…emangnya kamu ga mau?..” “Tapi dodi kedinginan bu…” “Makanya itu ayo sini ikut ibu naik keatas kasur…kita pelukan biar hangat..” “Tapi pakai baju dulu bu..” “Ahh ga usah, nanti juga di lepas lagi hihi..” Dodi akhirnya mengerti apa yang di maksud ibunya, ia pun mengikuti arahan ibunya untuk naik ke atas kasurnya. Di atas kasur dodi beringsut memeluk tubuh ibunya yang masih terbalut handuk putih. Posisi dodi diatas menindih ibunya yang tiduran terlentang. Hangat dari tubuh ibunya langsung menghilangkan rasa menggigil dodi, di gantikan rasa h***y. Bagaimana tidak, karena yang dodi tindih saat ini ibunya sendiri yang masih cantik dan bahenol, memilki p******a besar dan v****a yang selalu membuat dodi kalap ketika mengentotinya. Setelah di rasa tubuhnya sudah cukup hangat, dodi membuka handuk ibunya kemudian ia lempar lantai. Melihat ibunya tanpa sehelai benang di atas kasurnya membuat dodi tak mampu berkata-kata. Dodi kembali menaiki tubuh ibunya lagi. *blessss* Setelah memasukkan kontolnya, dodi langsung mengentoti ibunya dengan gerakan cepat. Pukul 10:05, menjelang siang *kring kringgg..* hp jadul dede berbunyi “Sorry bro gue jawab telepon pacar dulu haha..” canda dede “Ngibul aja lo de!, kemaren aja masih ngobrol sama kodok lo, sok sok’an nelpon pacar hahaha..” ejek salah satu teman dede Saat ini sedang duduk di kedua kursi panjang 4 teman sekelas dede yang masing masing membawa pacarnya kecuali dede. Heru sahabatnya pun ikut bersama pacarnya yang baru kelas 1 SMA. Mereka sedang nongkrong di kafe yang cukup terkenal di kota. Dede melihat ini sebagai kesempatannya untuk memperkenalkan elita pada teman temannya. Namun dede meminta elita berangkat sendiri ke lokasi agar mengejutkan teman temannya nanti saat tiba. “Halo..” sapa dede “Aku udah di depan nih, kamu dimana?..” “Oh siap siap, aku jemput ya..” kemudian dede menutup teleponnya. “Ih mau ngapain sih, kenapa ga bareng aja..” sungut elita dalam hati Setelah celingak celinguk ke kanan dan kiri akhirnya dede menemukan elita sedang duduk di kursi di depan kafe. Hari ini elita memakai jaket putih dengan celana jeans biru, yang tampak kurang serasi dengan dede yang memakai kaos kuning. “Ihh dede, kok lama sih?..” “Hehe iya, maaf..” “Lagian kesininya kenapa gak bareng aja?..” “Udah udah, ayo masuk..” Dede dan elita lalu bergandengan tangan masuk ke dalam kafe. “Woi liat! Itu liat si dede gandengan ama siapa!..” seru heru memotong obrolan teman temannya Dede kembali ke mejanya. Kini bersama elita di sisinya. “Haha pada nunggu ya, nih kenalin pacar gue..” ucap dede penuh percaya diri Semua teman teman dede tercengang melihat pacar barunya dede. Mereka tak percaya lelaki pendek seperti dede dengan wajah coklat pas-pasan memiliki pacar yang tinggi, putih dan anggun. Elita terkejut, rupanya dede mengajaknya kesini untuk memperkenalkannya pada teman temannya. Melihat gadis sebaya dede yang jauh lebih pendek darinya membuat elita sedikit canggung. Bahkan teman dede yang laki laki tingginya masih dibawahnya semua. Namun mau tidak mau, elita harus berkenalan dengan mereka. “E-ehh iya…kenalin nama saya Elita Putri Anandita…panggil aja Elita atau ita hehe..” ucap elita “B-buset…iya iya silahkan duduk disini tante, eh m-maksudnya kak..hihihi..” ucap teman dede “Kenapa lo jamal!, enak aja manggil tante haha..” balas dede Elita pun ikut duduk bergabung di meja, tak lupa dede juga memesan roti bakar dan soda gembira untuk elita. “Gimana ceritanya?..” “Iya de gimana ceritanya?..” “Ayo de gue mau denger..” Tanya teman teman dede berulang “Panjang ceritanya bro, yang jelas penuh perjuangan hihi..” ucap dede “Ah apa sih kamu, biasa aja ah hehe..” sahut elita Heru yang duduk di samping dede pun berbisik “Bisaan aja lo de, ga nyangka gue kecantol juga kak elita sama lo..” bisik heru Dede hanya membalas heru dengan tersenyum Mereka pun lanjut mengobrol dan menikmati waktu luang bersama. Selama di kafe elita agak risih karena kebanyakan mata di meja tertuju pada dirinya. Bagaimana tidak, mungkin karena dirinya yang paling-paling diantara gadis disana. Paling tua, paling cantik, paling tinggi. Elita memakluminya dan langsung membaur dengan cepat dengan mereka. Ia yakin dede senang sekali saat ini, mungkin juga merasa bangga. Singkat cerita waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang, dede dan elita memutuskan untuk pulang duluan. Dengan menaiki angkot mereka kembali ke desa cianduk. Setelah perjalanan 20 menit mereka pun tiba di desa. Di pertigaan jalan dede berpisah dengan elita, tak lupa dede berterima kasih pada elita yang di balas dengan senyuman manisnya. Siang hari pukul 12:45 Dengan nafas tersengal-sengal karena letih berjalan jauh, Elita akhirnya tiba di teras rumahnya. Badannya terasa sangat berkeringat karena cuaca yang panas di kota, ditambah ia salah memakai kostum. “Fiuh...harusnya pakai setelan biasa aja tadi, jangan jaket..” gumamnya sambil melepas sepatu “Eh kakak, abis darimana hayo!..” sapa dodi dari belakang “Mau tau aja kamu!..” “Haa...pasti abis jalan jalan sama si dede ya..hihihi..” sindir dodi “Haha ada deh, kamu cari pacar makanya biar jalan jalan..” “Yang banyak mah mau kak, tapi dodi tolak semua..” “Cih jual mahal kamu..” balas elita lalu masuk ke dalam Elita langsung pergi ke kamarnya merebahkan diri untuk beristirahat. Dodi pun demikian, karena tak ada aktivitas ia juga memilih untuk tidur. Persetubuhannya tadi di kamar dengan ibunya sangat melelahkan karena dodi bersetubuh sampai 4 ronde, dari jam 09:40 sampai 12:25. Dodi menyetubuhi ibunya hampir tiga jam lamanya. Sprei dodi sampai basah penuh keringat dan p**u, untung ibunya langsung merendamnya dan menggantikannya dengan yang baru. Menjelang sore pukul 15:00 Kartika terbangun dari tidurnya untuk menyiapkan makan malam. Di luar ia mendapati mas paijo sudah kembali dari kota, sedang tiduran menonton televisi. “Eh mas paijo, sampai disini jam berapa mas?..” “E-eh iya bu kartika, jam satu tadi...sepulang dari kota saya nyari rumput dulu bu buat kambing bapak..hehe..” “Oalah bapak punya kambing juga, gak bilang bilang...yaudah saya masak dulu ya..” “Saya bantu ya bu kartika..” “Ehh gausah..” “Gapapa bu, saya kan pernah lama di dapur restoran..” “Hmmm, boleh deh...ayo ke dapur, itu tvnya jangan lupa di matiin..” Paijo lalu mematikan tv dan pergi ke dapur bersama bu kartika. Di dapur paijo mengikuti semua perintah bu kartika. Paijo sangat senang dapat membantu bu kartika, bukan hanya agar makin dekat dengan ‘keluarga barunya’ ini, namun juga dapat mencuri curi mata ke bu kartika yang saat itu memakai daster tanpa lengan. Bagai koki profesional, paijo mengiris bawang dengan gerakan cepat. Membuat kartika terkagum dengan kemampuan paijo. Kartika sore ini merasa sangat terbantu dengan paijo, Makan malam pun tersaji lebih cepat dari biasanya. Tak disangka paijo rupanya mahir mengolah makanan, ia kira paijo hanyalah pengangguran biasa. “Makasih banyak loh mas paijo, ini ayam goreng racikanmu mas gurih banget..” “Hehe iya bu sama sama, kan kuncinya di bumbu ulekannya, jangan pakai bumbu jadi..” Lalu kartika meminta paijo untuk membereskan dapur sementara dirinya mandi sore. Paijo melakukan perintah bu kartika dengan senang hati. 18:30, waktu makan malam “Bu, ini ayam gorengnya tumben enak..” ucap dodi “Hmm? Emang biasanya ga enak??..” balas kartika “E-enngga…hehe, ini beda aja..” “Dodi, ayam goreng itu buatan mas lhoo hehe..” ujar paijo dengan bangga “Yang bener mas paijo? Wah hebat mas buatnya..” “Hehehe..” Elita yang mengetahui ini buatan paijo langsung pergi ke dapur lalu memuntahkan makanannya. “Kakak! Kenapa??..” tanya kartika pada elita yang baru kembali “Gapapa bu, cuman tiba tiba eneg aja..” “Ihh kakak hamil ya! Hahaha..” canda dodi “Ssttt dodi! Bercandanya jangan aneh aneh ah!..” balas kartika Elita tak memperdulikan ucapan adiknya, ia lebih kepikiran bila ayam ini buatan paijo berarti tadi sore saat ia tertidur ibunya dan paijo sempat berduaan di dapur. “Ah sial, si paijo bisa aja ambil kesempatan..” ucap elita dalam hati Makan malam pun selesai, seperti biasa dodi membantu ibunya membawakan piring kotor ke dapur namun kali ini berbeda. “Eh..gausah dod, biar mas paijo yang bantu ibu. Kamu ke kamar aja kerjain tugas..” ujar kartika “M-maksud ibu apa?..” “Emang kurang jelas? Apa ibu harus ulang panjang lebar??..” “Sini sini dod biar mas aja yang bawa, berat ini hehe..” Dodi pun terpaksa memberikan piringnya pada mas paijo. Dodi agak heran ibunya menolak bantuannya. Namun dodi tak ambil pusing, ia ikuti perintah ibunya untuk mengerjakan tugas sekolah di kamar. 19:05 Elita dengan perlahan membuka pintu kamarnya, lalu ia berjalan perlahan menuju dapur setelah mengetahui paijo akan membantu ibunya membereskan piring kotor. Elita kembali mencurigai ibunya karena lebih memilih bantuan paijo daripada adiknya. Suatu hal yang tidak biasa. Sambil menyender di tembok, elita menguping percakapan ibunya dan paijo di dapur. Elita tak berani mengintip, ia hanya mengandalkan sebelah telingnya untuk mendapatkan informasi berharga. “Maaf ya mas paijo tadi si elita..” “Ah gapapa bu, mungkin ga selera aja dia. Emangnya dia sukanya makan apa bu?..” “Apa aja dia makan sih, tapi tadi aneh aja kenapa dia muntah gitu..” “Hihi mungkin terlalu asin bu, oh iya bu kartika…anuu..” “Hmm ada apa mas?..” “Saya malu mintanya bu hehe..” “Jangan malu gitu ah, ibu bilang dari awal anggap aja keluarga sendiri..” “Apa?? Ga salah ibu ngomong kayak gitu?” ucap elita dalam hati “Hehe iya bu anu ituu saya pengen di pijat lagi seperti semalam..hehe..” “Oalahh itu…kenapa harus malu mass…yaudah mau saya pijat kapan..” “Habis ini boleh bu kartika..” “Hushh jangan…dodi dan elita kan belum tidur..” “Yaudah terserah bu kartika bisanya kapan hehe..” “Hmmm gimana kalau nanti jam 11 malam ke kamar saya aja…nanti saya pijat..” Paijo yang mendengarnya jadi kegirangan “Wahh yang bener buu, makasih bu kartika…anak anak pasti udah pada tidur ya bu hehe..” Lain cerita dengan elita, ia dibuat shock mendengar ibunya mempersilahkan paijo ke kamarnya nanti malam. Ia bertekad malam ini untuk menguping lagi ke kamar ibunya. Elita lalu pergi ke kamarnya untuk tidur lebih awal agar dapat bangun nanti jam sebelas, tak sia sia usahanya jadi detektif kecil-kecilan. Ia berhasil mendapat informasi berharga malam ini. Pukul 23:15 Elita terbangun dari tidurnya, otaknya melakukan tugasnya dengan baik dengan membangunkan dirinya di jam yang hampir tepat. Walau terlewat 15 menit. Tanpa basa basi elita bangkit dari kasurnya lalu keluar dari kamarnya perlahan-lahan. Dan benar saja, ia mendapati kasur lantai di depan tv kosong. Berarti mas paijo sudah di dalam bersama ibunya. “Ah sialan, dia udah duluan..” gumam elita Elita mengambil napas dalam dalam “Huffff…sekarang waktunya, ayo elita…kamu harus kuat!..” ucapnya dalam hati Elita lalu menempelkan telinganya ke pintu kamar ibunya. Semenit, dua menit, tiga menit, empat menit, Elita tak mendengar apa apa. “Sial…mereka lagi ngapain di dalam??.” Elita kembali menempelkan telinganya ke pintu, tiga menit berlalu dan lagi lagi ia tak mendengar apa apa. Percobaan terakhir ia lakukan, kali ini lebih dari lima menit dan sialnya elita, ia tak mendengar apa apa dari dalam. Elita pun menyerah. namun untuk berjaga-jaga, malam ini ia tidur di sofa. Jadi ia masih bisa mendengar sesuatu yang mencurigakan dari tempatnya tidur. Sementara itu di dalam kamar kartika, 15 menit yang lalu. *tok tok tok* “permisi bu kartika..” “eh mas paijo, ayo ayo masuk..” “woww, e-eh maksudnya iya iya..makasih bu..” Setelah mengunci pintu, kartika menyapu kasurnya dengan sapu lidi agar bersih dari kotoran. “Sini mas paijo naik..” ucap kartika sambil menepuk nepuk kasur Malam ini kartika memakai tank top hitam dengan celana pendek ketat yang membuat p***s paijo langsung mengeras. Pikirian paijo mulai kotor pada bu kartika. Apalagi saat ini ia hanya berduaan dengan wanita ini, dirumahnya pula. Sungguh pria yang sangat beruntung. Paijo pun naik ke kasur lalu tidur tengkurap “Mau dipijat yang mana dulu mas..” “Dari bawah sampai atas aja bu, hehe..” Kartika mulai memijat dari ujung kaki paijo sampai ke dengkulnya bolak balik, kemudian pijatan kartika naik ke paha paijo. 5 menit lamanya kartika memijat kaki paijo, lalu paijo meminta di pijat punggungnya, tak lupa paijo melepas bajunya terlebih dahulu. Kini terpampang badan yang lumayan berotot paijo di hadapan kartika. “Wahh mas paijo lumayan juga ya, hihihi..” “Ah ibu, biasa aja ah…saya kan biasa kerja keras dari kecil bu..” “Yaudah tengkurap lagi, ibu mau ngerasain otot kamu mas hihihi..” Dan benar saja. sebelum memijat, kartika meraba-raba otot bisep mas paijo terlebih dahulu. Baru setelahnya kartika memijat punggung dan pundak paijo. Lumayan lama kartika memijat punggung paijo, setelah 15 menit kartika mengakhiri pijatannya. “Huhh udah ya mas paijo, saya capek..” “Ahh enak banget badan ku bu, makasih banyak bu kartika..” “Yaudah tidur lagi sanah..” “T-tapi bu…boleh ga saya bantu bu kartika juga..” “Bantu apa mas?..” “Uhmm…saya mau pijat bu kartika juga, keliatannya bu kartika kecapekan malam ini..” “Hmmm..gimana ya, saya takut mas..” “Tenang aja bu, saya gak bakal kurang ajar..” “Biasanya si dodi sih yang mijat saya..” “Ah bu kartika, dodi kan masih remaja…ga berasa pasti pijatannya dibanding saya…gimana mau bu??..” “Mau deh mas paijo, saya jadi penasaran hihi..” “Yaudah bu tengkurap di kasur, biar saya enak pijatnya..” Kartika pun mengikuti arahan paijo untuk tidur tengkurap di kasur. Kini terpampang tubuh bagian belakang bu kartika dihadapan paijo yang hanya mengenakan tank top. Membuat nafsu paijo yang melihatnya, apalagi kedua tangan dan pahanya mulusnya tanpa penutup. Membuat paijo tak sabar ingin merabanya. “Saya mulai ya bu..” Paijo akhirnya berhasil menyentuh bu kartika, rencananya mulai berjalan. 23:58 Elita terbangun dari tidurnya karena mendengar sesuatu. Masih sadar dengan misinya malam ini, ia segera bangun lalu menempelkan telinganya lagi ke pintu kamar ibunya. Apa yang ia dengar kini benar benar membuat hatinya hancur. Semua dugaannya benar, Ibunya selingkuh lagi. “Ahhh enak mas paijo…ohh…pelan pelan mass…ohh..” “Emmhhh iya betul disitu mass…ohhh..” “Lengket banget badan mu bu kartika..” “Enak banget mas paijo…hmmhhh..” TUNGGU EPISODE SELANJUTNYA... 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD