IBUKU TERLALU BAIK 7

4405 Words
Pukul 04:30 Elita akhirnya siuman, kepalanya terasa pusing dan badannya lemas. Hal terakhir yang ia ingat hanyalah suara b***t ibunya dan dede yang sedang berhubungan seks. Flashback sedikit. Tengah malam pukul 01:00, Elita bangun hendak ke kamar mandi untuk buang air, ketika ia hendak kembali ke kamarnya, terdengar suara aneh dari kamar sebelah. Elita menempelkan telinganya ke pintu kamar ibunya. Betapa syoknya ia mendengar percakapan di dalam. Semua dugaannya selama ini benar adanya, padahal ia berharap itu semua hanya kebetulan. Hatinya hancur sehancur hancurnya, ia mendengarkan ibunya sedang b******u mesra dengan anak SMA bantet yang tingginya jauh dibawahnya. Setiap suara benturan s**********n yang ia dengar bagaikan jarum yang menusuk hatinya berulang ulang. Ketika ia mulai mendengar dede memaksa kontolnya masuk ke mulut ibunya, kakinya langsung lemas, kepalanya menjadi berat, kesadarannya mulai hilang, air mata mulai mengalir. Inikah Ibu Kartika Anandita yang ia kenal? Sosok ibu yang penyayang dan sabar? Bahkan diumurnya yang sudah 21 tahun masih menyayanginya seperti anak kecil. Sekarang yang ia dengar bukan ibunya lagi, lebih seperti pekerja seks komersial yang rela tubuhnya di lecehkan pria hidung zebra. Susah payah ia mencari pekerjaan ke kota, mengirim lamaran kesana kemari hingga akhirnya diterima walaupun hanya di mini market, Itu semua agar kedua orang tuanya senang. “kenapa bu???..hikss..hikss.hikss..” “KENAPA?!!!” ucapnya sambil menutup wajah Elita berusaha menahan tangisannya namun lama kelamaan ia tidak kuat lagi mendengar aktivitas b***t dede dan ibunya. Elita pun akhirnya menangis sesenggukan, rasa emosi, dengki, berang, kecewa semua menjadi satu. Ini sudah kelewatan, Ini sudah kelewatan, Berani beraninya dede menyetubuhi ibunya di rumah ini! Dengan kekuatan penuh, Elita menonjok pintu kamar ibunya sambil berteriak. “SETAN KAU DEDE!!!!..” kemudian ia jatuh pingsan ~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Kini wanita itu sedang berbaring memeluknya dari samping, Elita sebenarnya ingin sekali dipeluk ibunya lagi seperti waktu kecil dahulu, namun.. sejak kejadian semalam, semuanya berubah. Tak terasa setengah jam elita melamun dan waktu sudah menunjukkan pukul 5 pagi, ia berusaha bangun dengan tenaga seadanya. Baru sebentar ia keluar kamarnya, dodi datang dari arah dapur dan langsung memeluknya. “Kakak!!!...” ujar dodi langsung menyeruduk kakaknya “Oughh dodi.. ga perlu nabrak gitu napa.. kaget kakak..” “Kakak kenapa semalam?!!..” tanya dodi khawatir “Kenapa muka kakak pucat gitu??..” “Kenapa........” Ocehan dodi tertahan tangan kakaknya “sssssttt... udah udah... kakak baik baik aja dod..” “Tapiii...kakak semalam pingsan di depan kamar ibu!..” “Oh hahaha iya itu hipotensi kakak kambuh.. hihi..” (hipotensi gejala darah rendah yang bisa menyebabkan pingsan) “tapi kakak sehat sehat aja kan?..” “Iya dod tenang aja... udah sana kamu bikin roti bakar aja buat sarapan, kemarin kakak bawa roti dari mini market..” “I-iya.. kak..” Elita kini merasa hanya adiknya yang betul betul menyayanginya. Baru sebentar dodi berbalik badan menuju dapur terdengar suara gedebuk dibelakang. Rupanya kakaknya tersungkur ke lantai, tenaganya belum pulih betul, dengan sigap dodi menghampirinya. “KAKAK!!!...” “TUH KAN BELUM SEHAT!!..” “B-bantu kakak berdiri dod....” Dodi langsung membantu kakaknya berdiri dengan melingkarkan tangan kirinya ke pundak kakaknya sementara tangan kanan kakaknya dipundaknya. Dodi merebahkan kakaknya di sofa, cukup berat bagi dodi membantu kakaknya berjalan tadi. Kini timbul suatu pertanyaan dibenak dodi. “Kak semalam kenapa kakak bisa pingsan?..” “dodi.. kan kakak sudah bilang tadi, hipotensi kakak kambuh..” “Ngga kak! Aku ga percaya, pasti ada penyebab lainnya! Sampai kakak kolaps gitu..” “jangan berbohong kak.. please..” Terpaksa elita berbohong kepada adiknya, tidak mungkin ia akan ceritakan semuanya pada adiknya. Biar ia sendiri yang tahu, ia tak ingin menggangu sekolah adiknya dengan kasus ini. “Dodi.. kamu siap siap berangkat aja, mandi.. oke??..” “T-tapi kak...” “Udah.. ga ada yang perlu dikhawatirkan, kakak cuma perlu istirahat aja hari ini..sanah.” “I-iya kak..” 10 menit kemudian dodi datang dengan seragam sekolahnya lengkap sambil membawa sepiring roti bakar dan air teh untuk kakaknya. “Nih kak aku buatin sekalian.. dimakan ya.. biar ngga lemes lagi..” “Wah dod makasih ya..baik banget kamu..” “Aku baik kalo kakak sakit aja ya hehe..” ucapnya sambil mengikat tali sepatu “Yah dodi kok gitu..” “Dah lah kak, aku berangkat dulu ya..” “Iya dod, makasih ya.. hati hati di jalan..” “Bilangin ibu ya kak! Dodi jalan duluan..” 06:30 Di pagi hari yang dingin di desa cianduk, Elita sedang menikmati roti bakar buatan adiknya. Walaupun rasanya agak pahit karena sedikit gosong namun karena dibuat dengan kasih sayang, roti ini jadi berarti. Setelah suapan terakhir dan cangkir teh sudah habis ia merebahkan badan ke sofa sambil berusaha menenangkan pikiran. Elita berusaha untuk tidak membenci ibunya, namun jika ia tidak melakukan perlawanan, bisa bisa hubungan ibunya dan dede malah terus berlanjut. Ibunya pasti sudah tahu kalau hubungan mereka ketahuan olehnya, kira kira apa reaksi ibunya hari ini. Memikirkan semua ini membuatnya jadi pusing, elita pun memilih untuk kembali beristirahat, badannya masih lemas untuk bangkit dan pergi ke kamarnya. Pukul 08:00 Kartika terbangun dari tidurnya, lagi lagi seperti dugaannya ia bangun kesiangan. Aktivitas seks semalam dengan dede benar benar menghabiskan energinya, walau berakhir dengan pilu. Kartika masih tidak percaya semalam ia membiarkan dede menggerayangi tubuhnya tanpa sehelai benang dan berujung pada penetrasi k****l dede ke memeknya. Ya, semalam ia baru saja merebut perjaka milik dede, sahabat karib anaknya. Kartika kini sadar hal itu salah, sangat salah, namun ia kalah dengan godaan setan. Pertama kali dede memintanya memakai tank top, ia tahu dede ingin melihat tubuh seksinya walau dengan dalih agar tidak gerah, setan seakan berbisik “ayo ikuti hawa nafsu mu kartika, sudah lama kan kamu tidak disentuh pria?..” “dirumah mu kini ada seorang anak muda yang bernafsu dengan mu kartika, layanilah ia....kamu pasti akan puas..” kira kira begitu bisikan setan yang kartika buat-buat. Titik kritisnya saat malam kedua ia tidur bersama dede, kemudian dede menggenjot selangkangannya semalaman. Kartika berusaha untuk melawan tapi lagi lagi ia kalah dengan nafsu birahinya. Gesekan k****l dede terasa sangat nikmat di selangkangannya. Sejak saat itu kartika semakin terbuka pada dede, ia membiarkan dede berbuat m***m padanya seperti menjilati ketiaknya, mencium bibirnya, menggenjot selangkangannya hingga puncaknya semalam dede mengentoti memeknya. Nasib baik tidak menebar benihnya di dalam. Nasi sudah menjadi bubur, Kartika hanya bisa menyesali perbuatannya. Ia telah mengkhianati suaminya, dodi, dan yang terpenting kak elita. Ia kini sangat takut hubungannya dengan kak elita akan hancur karena semalam ia yakin elita mendengar semuanya. Kartika sadar elita yang tadinya ada disini sudah pergi. Ia segera bangkit dan keluar kamarnya mencari elita Kartika mencarinya ke ruang tv, kamar dodi, dapur dan kamar mandi namun hasilnya nihil, ia kini dibayangi ketakutan akan kak elita pergi dari rumah ini. Ia memanggil manggil namanya namun tidak ada balasan, sesaat kemudian ketika kartika sedang duduk termenung, terdengar suara dari ruang tamu. “iya??..” “kenapa bu??..” Kartika segera menghampiri sumber suara tersebut, betapa senangnya ia mendapati elita masih dirumah ini. Namun elita terlihat lemas, wajahnya pucat. “Ya ampun kakak... ibu cari kemana-mana ga ketemu!..” “Ibu kan belum cari kesini bu?..” “Iya, ibu ga nyangka aja kamu rebahan di sofa ini....kayak ngumpet..” “badan kamu gimana kak? Mukanya pucat gitu..” “baik baik aja bu, Cuma perlu istirahat aja hari ini.. aku udah izin..” “syukurlah...uhm kakak, maafin ibu ya..” “Maaf??..maaf kenapa bu?..” “I-ituu yang semalam..” “Semalam apa?..” Elita pura pura tidak tahu “Semalam kamu dengar kan?..” “dengar apa bu?..” “yang sampai bikin kamu pingsan semalam itu..” “ohh iya iya yang itu..” “emang ibu ngapain semalam?..” “Ah kakak! Gausah pura pura ga tau napa..” “aku kan cuma dengar bu.. ga liat..” “a-anuu i-ibu.....” Kartika mulai panas dingin “ibu.. main sama dede..” “Ohh main ya.. iya iya.. main apa bu?..” Elita bersikap normal dan berusaha memancing ibunya “Ihh kakak ibu jadi kesel deh..kan kakak harusnya udah tau!..” “jadi ibu masih berusaha menutup nutupi?..” “sepandai pandai tupai melompat, sekali waktu jatuh juga.. Iya kan bu?..” Kartika terdiam, dirinya sudah terpojok “bu? Kok diem saja bu..” Tiba tiba tangis ibunya pecah. “IYA KAK IYA KAK! IBU NGESEKS SAMA DEDE! MAAFIN IBU KAK!..hikss hiksss hikss..” “MAAFIN IBU NAK UDAH BUAT KAMU KECEWA..” “TOLONG JANGAN BENCI IBU NAK.hikss hikss, IBU GA AKAN LAGI..” Elita membalas dengan kepala dingin, ternyata berhasil juga ia memancingi ibunya angkat bicara. “oh begitu ya, ngeseks..” “enak bu?..” Kartika diam seribu bahasa, mana mungkin ia blak blakan perihal itu “dijawab dong bu, masa diem aja..” Kartika masih membisu, Elita pun naik pitam. “DI JAWAB BU! ENAK GA?!!..” Seketika suasana berubah jadi mencekam “hikss... iya! Iya! Enak..” Kartika keceplosan juga akhirnya. “OH GITU ENAK.. ENAK WAKTU DI APAIN BU??!..” “JAWAB AKU! ENAK WAKTU DI APAIN!!!..” Elita yang awalnya berkepala dingin akhirnya emosi juga “e-enak w-w..waktu dimasukin..” “OHH GITU.. IYA IYA PUAS GA BU?..” “p-pp-puas..” ucapnya terbata-bata “ENAK GA s****a DEDE??!..” “asin kak.” “ASIN?!! IBU BERATI NELAN?!!..” “i-iya ka..” “BERATI s****a DEDE JUGA KELUAR DI DALAM v****a IBU??!!..” “ngga! Kak.. hikss hikss hikss.. s****a dede ga keluar di dalam ibu nak..hikss” “GAUSAH BOHONG!! AKU UDAH GA PERCAYA SAMA IBU!!! *PLAK* DASAR l***e!! n*****t AJA LAGI SANA SAMA DEDE SEHARIAN!!..” tamparan telak di pipi ibunya, amarah elita mencapai puncaknya Dengan tenaga seadanya elita bangkit dari sofa untuk pergi ke kamarnya, meninggalkan ibunya sendirian, tersungkur dengan perasaan kacau balau. Semua kegilaan pagi hari ini membuat kepalanya pusing, daripada makin memburuk ia memilih untuk tidur lagi. Dalam lamunannya ia menyesal sudah melabrak ibunya, padahal ia berusaha untuk menghindari pertikaian. Perasaan kartika kacau balau, hatinya hancur berkeping-keping. Bagaimana tidak, 21 tahun merawat anak-anaknya baru kali ini ia diperlakukan seperti itu. Pikirnya ia memang pantas mendapat tamparan itu. Karena telah menjalin hubungan gelap dengan dede, kini tinggal bagaimana ia memperbaiki hubungannya dengan elita, ia harus berusaha. Pukul 10:30 menjelang siang. Kartika baru selesai memasak, hari ini ia memasak soto kesukaan elita, berharap ia akan senang. Sambil membawa semangkuk soto ia mengetuk pintu kamar elita. *tok* *tok* *tok* “kakak.. buka pintunya kak..” “kakak....?..” *tok* *tok* Tidak lama kemudian pintunya terbuka “ada perlu apa?..” “ibu masak soto kesukaan kamu, ayo makan dulu..” “wah.. makasih bu..” “ibu boleh masuk ya, temani kamu makan..” “hmm.. ada perlu apa? Aku biasa makan sendiri kalau dikamar bu..” “ibu mau ngomong masalah yang tadi..” “oh yaudah..” Elita mempersilakan ibunya masuk Sedari tadi ekspresi wajah elita datar datar saja, tidak ada emosi yang terpancar dari wajahnya. Kartika lalu duduk di pinggir kasur sementara elita di meja belajar sedang makan. Kartika memandangi anaknya yang sedang makan dengan lahapnya, senang sekali ia melihatnya. Namun elita malah merasa risih makan sambil diperhatikan seperti itu, ia pun memulai percakapan. “bu kenapa sih liatinnya kaya gitu.?” “.......” “kakak...” “iya kenapa..” “Kakak sayang kan sama ibu?..” “ya ampun bu, pertanyaan lebay lagi..” “Ibu tuh sayang banget sama kakak, buktinya ini ibu langsung masakin soto kesukaan kakak..biar sehat lagi..” “ibu lebih sayang sama dede kan..” “kak, tolong kak jangan bawa-bawa dede dulu. sekarang perihal kita berdua aja..” “loh kenapa ibu menghindar gitu.. kan dede lah biang kerok semua ini..” “jawab pertanyaan ibu yang tadi..” Elita menarik napas panjang “kalau aku ga sayang sama ibu mungkin aku biarin aja ibu main sama dede..” “aku bentak ibu biar ibu sadar, aku tampar ibu biar ibu sadar juga!..” *brakkk* elita menggebrak meja, air mata pun mulai mengalir di pipinya. Elita menangis sambil menundukan kepalanya “hikss.. bu a-aku c-c-cuma minta ibu sadar..hentikan semua kegilaan ini buu!! Hikss..” Elita berdiri dan langsung memeluk ibunya sambil menangis sejadi-jadinya Kartika jadi ikut sedih, air matanya sudah tak tertahankan. Terakhir kali elita menangis seperti ini 13 tahun lalu ketika ia kelas 2 SD, kini elita menangis lagi karena ulahnya sendiri. Kartika mengelus-elus punggung elita yang masih menangis didekapannya untuk menenangkannya “suttt udah udah kakak.. jangan sedih gitu..” “ibu sadar kak, ibu udah sadar.. ini semua salah ibu” “untuk terakhir kalinya ibu minta nak.. ibu minta kamu maafin ibu dengan tulus..” “ibu bisa stress nak... hancur perasaan ibu kalau kamu musuhan sama ibu..” Elita yang mendengarnya lalu melepas pelukannya dan duduk disamping ibunya. “ibu udah aku maafin..” “tapi..” “makasih nak, tapi apa..?” “tapi dede harus pergi dari rumah ini..” “i-iya nak, ibu coba ngomong nanti sama dede..” Kartika keberatan menjawabnya, karena mengusir dede bukanlah perkara mudah. “Makasih ya bu..” Ucap elita kembali memeluk ibunya. “Iya iya, udah kamu habiskan dulu makannya.. udah dingin tuh hihi..” “Ya ampunn iya aku lupa bu..” “ibu tinggal dulu ya..” “Iya buu!....awas ya main main lagi.. gak ada yang bisa ibu sembunyikan dari aku..hihi..” Pukul 11:00 Kartika merebahkan badan ke sofa, lega sekali rasanya hubungannya dengan elita sudah kembali normal. Tentu dengan perjanjian yang berlaku, ia akan usahakan itu. Kemudian terdengar suara pintu terbuka, ternyata itu dede yang baru bangun tidur. “Ya ampun de.. kamu baru bangun jam segini??..” “Hoamm... huh? Jam berapa ini?..” “Jam 11 dede.. udah hampir siang..” “Lama juga ya aku tidur bu..” “Iya lama banget..” “Karena semalam kita mainnya hot banget bu hehe..” “Ihh dede apaan sih.. udah ah ibu gamau lagi begituan..” “Ah ibu.. kan kita udah tukeran keringat bu.. jadi sah sah aja begituan lagi hehehe..” “Semalam aku udah nenen sama ibu, ngecrot dimulut ibu bahkan ngentotin m***k ibu hehe.. enak kan bu?..” “Udah dede! Kamu jangan berani lancang ya??..” “Jujur aja lah bu, semalam ibu aja mendesah desah memeknya aku genjot..” “Dede kamu jangan bicara kaya gitu..! Kak elita ada didalam kamar!... bisa gawat kalau dia dengar!!..” “ohh gitu.. yaudah aku bicara pelan pelan ya bu..” Dede lalu duduk berdempetan dengan kartika di sofa “aku ngomong pelan pelan ya bu.. dengar baik baik..” “ihh apaan sih de.. sana mandi dulu..bau” ucap kartika juga dengan suara rendah “ahh entar aja bu mandinya hehe..” “ibu pagi ini cantik banget deh.. apalagi pakai ini.. daster pink kesukaanku..yang lehernya rendah gini..” goda dede sambil mengelus pipi bu kartika Kartika langsung menepis tangan dede “Udah de, udah! Ibu ga akan begituan lagi sama kamu! Jangan goda goda lagi..” “hihi aku goda ya ibu..” “apa apaan sih de..” “ayo kita n*****t lagi bu kartika.. siang siang gini pasti tambah hot bu hehe..” “hehe... ayolah bu.. nanti kita main kuda kudaan bu.. kan semalam belum..” “suttt dede jangan kurang ajar kamu!..” “hihi ibu itu binal juga kan, mau aja aku entotin.. ngaku aja bu..” Kartika melotot disebut binal oleh dede, emosinya mendidih. “ibu sukanya dientot sama gaya apa hehe, aku bisa semuanya.. doggy style, misioneris, spooning hehe..” “Hah ibu sukanya kamu pergi..” “hihi ibu bercanda..” “ayolah bu ke kamar yuk, n*****t dulu sebentar mumpung dodi belum pulang..” *PLAKK* Tamparan keras mendarat di pipi dede. “aduhduhh sakitt buu!..” “MASIH BERANI..?!...” “iya iya ampun bu.. aku mandi dulu..” Dede pun meninggalkan ruang tamu menuju kamar mandi sambil memegangi pipinya yang merah. Siang hari pukul 12:00 Kartika sedang menonton TV sambil menunggu dodi pulang. Ia menonton bersama dede berdua, dan ya lagi lagi dede masih menggoda bu kartika yang rebahan disampingnya. Kartika sebenarnya risih di goda terus sama dede, ia pun memiliki ide. “dede... ibu minta tolong beliin gula dong ke warung pak imron.. Boleh ya..” “Wahh boleh dong bu.. Jangan kan beliin gula, beliin ibu cincin emas aku juga mau hehe..” “Ah gombal mulu kamu... ini uangnya, beli sekilo ajaa ya de..kembalinya buat kamu..” Kartika memberikan uang 20 ribu, yang mana kembaliannya nanti hanya dua ribu untuk dede “asikk udah dikasih m***k, dikasih uang juga..hihi jadi makin betah disini..” “sssttt jaga mulut mu de! Jangan keras keras!..” Dede segera pergi ke warung untuk membeli gula. Sementara dede pergi, Kartika memanggil elita untuk menemaninya menonton. Dengan maksud agar dede tidak berani menggodanya lagi. Elita pun menurut saja dan menuju ruang TV. “mana si dede bu? Belum datang..” “jatuh kali dijalan hihi, ibu risih banget tadi digodain terus... makanya ibu minta kamu temenin disini..” “tuh anak bener bener ya bu, kira kira gimana caranya biar dede pergi?..” “aduh ibu juga bingung kak, ibu sama orang tuanya juga ngga kenal..” “denger denger ibu sama bapaknya dede sih suka berantem kak, ibu dengar dari bu haji..” “mungkin karena itu dia ga betah dirumahnya apa..” “dan juga dia itu anaknya diperlakukan kasar kak sama orang tuanya, pernah dia cerita..” “makanya ibu sayang sayangin kegirangan dia..hihi..” “iya ibu sayang sayangin sampai main di ranjang.... tapi sesuai kata ku, dia harus pergi bu, titik..” “Nanti ibu bicarakan kak..” Tak lama kemudian terdengar suara pintu terbuka. “Eh dede.. masuk..” ucap elita “kak elita..kaget aku.. jarang keliatan..” “ah kamu aja de tidur mulu..” “Iya mungkin hehe, ngomong ngomong lagi libur kak?..” “Iya nih de, badan kakak kurang sehat..” “Ohh gitu.. cepat sembuh deh, nih bu kartika gulanya..” ucap dede memberikan sekantung gula “Taruh di dapur aja de, makasih ya sayang..” “Mau masak kue ya bu? Beli gula banyak banyak..” Tanya elita “Ah ngga, buat stok aja..” “Eh dede sini duduk, nimbrung bareng..” ajak Kartika Dede pun ikut kartika dan elita menonton tv bersama, dede awalnya grogi duduk bersama elita namun lama kelamaan cair juga, obrolan mereka siang itu macam macam sampai curhatan dede tentang kedua orang tuanya. Elita cukup prihatin mendengar cerita dede, dari kecil dede dididik dengan keras, ibunya selalu memarahinya jika melakukan sedikit kesalahan sementara bapaknya hanya tukang ojek yang suka mabuk. Elita yang awalnya dipanggil agar dede tidak menggoda kartika malah sekarang jadi akrab dengan dede, ia pun lupa tentang rencana mengusir dede Lain cerita dengan dede, di apit dua wanita cantik membuat kontolnya mengeras, sambil mengobrol dede melirik lirik ke kartika dan elita. Mata dede jelalatan melihat kaki mulus elita yang saat itu memakai celana pendek sebatas paha, dede pun merubah posisi duduknya jadi sila agar ereksi kontolnya tidak terlihat, malu juga kalo ketahuan elita. Untungnya elita tidak sadar ketika mata dede menelanjangi kakinya. Singkat cerita akhirnya dodi pulang dan mereka makan bersama kemudian tidur siang. Siang hari pukul 14:05 Semua penghuni rumah sedang tidur siang, kecuali dede, ia menunggu dodi & elita tidur agar ia bisa n*****t bu kartika lagi. Setelah memastikan situasi aman, dede pergi ke kamar bu kartika. Setelah di dalam, dede mendapati bu kartika belum tidur, sial.. pikirnya sudah tidur. Tak kehabisan akal, dede mempunyai ide agar bisa menikmati tubuh bu kartika siang ini. “eh dede..kamu mau tidur siang??..” “ngga bu.. bosen aja sendirian diluar..mau ditemenin bu kartika hehe..” “ga enak rebahan diluar.. keras..” “yaudah sini naik ke atas kasur..” Dede kegirangan disuruh naik keatas kasur bersama bu kartika, pikirannya langsung kemana-mana “jadi gimana de? Kamu udah sehat kan?..” “Uhhh...gimana ya..” dede kebingungan menjawabnya, kalau ia jawab sudah sehat.. dede takut tidak akan tidur di kamar bu kartika lagi, dede pun berbohong “Uh iya.. aku sebenarnya masih meriang bu hehe..” “ya ampun.. masih aja, obatnya udah habis belum?..” “belum bu..masih ada..” “hmm apa obatnya harus habis apa ya.. masa meriang doang lebih dari 2 hari..” “Makanya kamu de.. jangan hujan hujanan gitu.. jadinya sakit kan..” “hihi kalo aku ga hujan hujanan mana bisa rasain tubuh bu kartika kan hehe..” “dasar kamu de..” “oiya bu aku boleh pijitin ibu ga? Kan capek tadi beres beres rumah terus masak..” “Hmm pasti ada maunya nih..” “hehe engga kok bu tenang aja.. aku kan sayang sama bu kartika..” “yaudah pijitin aja sini... kebetulan punggung ibu agak sakit juga..” Kartika mengizinkan dede menyentuh tubuhnya lagi, seakan lupa janjinya tadi dengan elita. Tanpa basa basi dede langsung mendekati bu kartika, posisi bu kartika sudah telungkup dan dede duduk diatas pahanya sementara kedua kaki dede menjepit paha bu kartika. “De ambil minyak dilemari de, yang botolnya beling..” “Lalu tuang ke badan ibu dee..” Dede menuang sedikit minyak urut ke tangannya lalu memijat mulai dari tengkuk leher Setelah dirasa cukup, dede melanjutkan pijatannya kebawah, dede menyibak kaos bu kartika keatas agar bisa memijat punggung bu kartika. Dede yang kesulitan memijat dengan kaos masih terpakai mempunyai ide.. “Bu.. bajunya dibuka aja deh.. aku kesusahan mijatnya..” “tuh kan kamu pasti ada maunya kan.. udah ah ibu mau masak aja buat nanti malam..” Kartika pun bangkit memaksa dede untuk turun dari tubuhnya, tidak kesulitan kartika untuk bangkit karena tubuh dede lebih ringan dibandingkan tubuhnya Kecewa, sangat kecewa dede rencananya gagal, dede merasa sangat kentang Pukul 16:45 Sore Hari Usaha dede tidak berhenti begitu saja, didapur ketika bu kartika sedang memasak, dede merangkul bu kartika dari belakang sambil menggesek gesekan kontolnya ke p****t bu kartika. Kartika melawan, ia dengan mudah melepas pelukan dede lalu mendorong dede hingga jatuh ke lantai “Ya ampun dede!! Kamu masih berani ya gituin ibu?!.. “ “Kalau kamu masih mau tinggal disini jangan macam macam lagi!!..” ucap kartika marah-marah Dede hanya bisa menganggukan kepala, ia bingung sekali.. Bu kartika yang biasanya mudah ia taklukan berubah 180 derajat Tiba tiba datang dodi dari kamarnya. “HAHAHAHA KENAPA LO DE SELONJORAN DIDEPAN KULKAS..” dodi tertawa Dede tidak menjawab, masih diselimuti kebingungan “eh anak ibu sayang udah bangun.. itu tuh si dede kocak tadi kepeleset minyak dilantai..hihihi..” ucap kartika berbohong, mana mungkin ia beri tahu dodi yang sebenarnya. “Jiahahaha ampun deh lu de..sini gue bantuin bangun, udah tau jatuh malah bengong...” “ah lu gatau rasanya dod..” “tau gue rasanya, sakit p****t lu kan hahaha..makin gepeng dah p****t lu de..” “sakit hati gue dod..” “Tai lah ngomong apa si lu de, dah ayo kerjain tugas sekolah lu yang ketinggalan, gue udah bawa nih..” Dodi sore itu membantu dede mengerjakan tugasnya sampai maghrib, karena dodi anak yang pintar tidak susah baginya menjelaskan setiap soal dan pertanyaannya, sementara dede hanya mengangguk angguk tidak mengerti sama sekali. Jam 6 lewat baru selesai semua tugas dede, 90% dikerjakan dodi, sisanya yang mudah mudah oleh dede sendiri. Singkat cerita sekarang jam setengah 8 malam, semuanya baru saja selesai makan malam. Kartika dari ruang tamu memanggil dede dan dodi “dod!!..dede!!!!..” “Kesini semua!..” Dodi dan dede berbarengan menuju ruang tamu “Ada apa sih bu??..” tanya dodi “duduk sini semua.. ada yang mau ibu bicarakan..” “mulai hari ini.. dede pindah tidurnya dikamar dodi..” “Hah??! Gimana caranya bu? Kasur aku kan buat 1 orang doang..” “Iya bu aku ga akan muat dikasur berdua sama dodi” ucap dede “Ya salah satu dari kalian mengalah tidur dilantai pake kasur lantai..” “Gamau..” dodi dan dede membalas berbarengan “emang kenapa aku diusir dari kamar ibu?..” tanya dede “Yah kamu kan udah sembuh.. berati udah harus pindah..” “Tapi buu aku gamau tidur bareng dede.. kayak homoan gitu najis..” “Apaan sih lo dodi tolol..” “Udah udah eh jangan mulai.. yaudah berarti opsi terakhirnya dodi tidur dikamar ibu aja ya.. dede tidur dikasurnya dodi.. oke??..” “t-tapi buu??..” “Tapi apa dede?? Kalo kamu masih mau tinggal disini harus nurut ya?!..” “i-i-iya bu kartika..” Dede kecewa sekali sudah tidak bisa seranjang dengan bu kartika, yang lebih buruk.. kini malah dodi yang seranjang sama ibunya “Oke deh bu.. boleh boleh aja..” “Sip deh kalo gitu..ibu tunggu dikamar ya dod, jangan lupa sebelum tidur pintu depan dikunci “oiya dede, lemari gue jangan lo acak acak ya hehe..” “sialan lo dod..” Pikiran dede jadi kemana-mana, membayangkan dodi yang sepantarannya tidur bersama bu kartika, walaupun mereka ibu dan anak tapi tidak wajar diumurnya dodi tidur bersama ibunya, apalagi bu kartika malam ini memakai daster seksi. Pukul 21:00 Dodi mengunci pintu depan dan bersiap untuk tidur, ia mengetuk pintu kamar ibunya *tok* *tok* *tok* “buu?? Ini dodi..” “Eh dodi.. iya masuk aja ga dikunci..” Dodi pun masuk, sesampainya didalam ia terkejut dengan pakaian ibunya malam itu..” Kartika memakai tank top putih dengan celana legging hitam “loh ibu mau tidur apa olahraga? kok pakai tank top?..” “ah suka gerah ibu dod... gapapa kan?..” “iya sih terserah ibu deh..” “hihi yaudah kunci pintunya dod..” “udah bu..” “yaudah sini naik ke kasur sama ibu..” Dodi terdiam, ia merasa grogi untuk tidur bersama ibunya “ehh kok diam.. sini naik nak.. gausah malu sama ibu sendiri..” “i-iya bu..” Dodi akhirnya naik ke kasur bersama ibunya, mereka tidur dengan posisi menyamping berhadapan Kartika mencium kening dodi sambil mengucapkan.. “muach.. ibu sayang kamu..dod..mimpi indah ya..” “ih ibu kayak anak kecil aja..ahh males deh..” “Hihi emang kenapa..” “Gapapa sih.. asal jangan dikelonin..” “Yaudah kalo gitu..” Kartika memajukan badannya lalu memeluk erat dodi, kakinya melilit kaki dodi agar terkunci, sementara tangannya mengelus elus tubuh dodi “nina bobo.. ohh nina bobo.. kalo tidak bobo digigit kebo..hihi..” “Ahhhhh ibu!!! Lepasinnn aku udah gede!!! Aaaaaaaaaaaaa!!!!..” “hihihi cupp cupp nak dodi sayang ngantuk ya.. ngambek gitu..hihihi..” “AAAAAAAAAAAAAAH!!! AKU GAMAU DIKELONIN!!!..”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD