Enam tahun kemudian
Alea dan Dea memutuskan kembali ke Jakarta setelah enam tahun lamanya keduanya tinggal di Jogya. Alea telah melamar pekerjaan di sebuah perusahaan besar yang bergerak di bidang produk kecantikan dan juga makanan. Enam tahun ia membesarkan putra kecilnya yang tampan bernama Argananta Arya yang berumur lima tahun. Arga sangat tampan dan memiliki mata tajam seperti Papanya, ia sangat sulit didekati dan terkesan sombong. Alea bingung kenapa putra kecilnya memiliki kepribadian seperti Papanya.
Saat ini Alea dan Dea sedang merapikan apartemen mereka, keduanya menyewa apartemen yang memiliki dua kamar. Saat di Jogya setelah selesai kuliah, Alea bekerja disebuah perusahaan jasa sedangkan Dea bekerja di sebuah hotel bintang empat. Alea sebenarnya ingin menetap di Jogja, namun ketika Dea mendapatkan tawaran kenaikan jabatan dan harus pindah ke Jakarta, membuat Alea akhirnya memutuskan untuk ikut pindah ke Jakarta.
“Arga udah di minum susunya?” tanya Alea.
“Nanti Ma, Aga masih kenyang,” ucap Arga membuat Alea menghela napasnya.
“Arga minum susunya, jangan banyak alasan!” ucap Alea membuat Arga mengkerucutkan bibirnya.
“Iya Ma,” ucap Arga segera melangkahkan kakinya menuju dapur dan mengambil s**u yang ada diatas meja.
Alea mengamati putra kecilnya itu yang saat ini telah berumur lima tahun. Setiap ia mengamati putranya itu dengan serius, ada rasa sakit dihatinya karena ia akhirnya membuat putranya ini harus hidup tanpa kasih sayang sang Ayah. Tanpa Alea sadari air matanya menetes membuat Dea memegang bahu Ale dan kemuidan mencubit lengan Alea membuat Alea tersenyum.
“Cari Papa baru untuk Arga Le!” ucap Dea membuat Alea tersenyum. Dea sudah banyak berkorban demi dirinya, ia ingat bagaimana Dea menjaga, melindungi dirinya dan Arga.
“Kau juga harus moveon De! Kemarin kenapa nolak diajak pacaran sama Rado?” tanya Alea.
“Aku nggak suka Le, aku masih betah sendiri. Sebenarnya dia baik karena dia tidak peduli dengan aku yang telah memiliki anak,” ucap Dea membuat Alea tersenyum karena Dea selalu mengatakan jika ia telah memiliki anak dan Arga menjadi salah satu alasanya menolak laki-laki yang mendekatinya.
“Dea...Dea pada hal aku yang jandaa eh...kamu yang ngaku janda,” ucap Alea menghela napasnya. Besok Alea akan mulai bekerja.
"Aku hanya ingin mereka tahu Le, aku tidak akan pernah bisa mengabaikan Arga dan kamu karenaa kalian adalah bagian penting dalam hidupku," ucap Dea membuat Alea tersenyum dan ia segera memeluk Dea dengan erat.
"Sayang banget sama kamu De, kamu adalah sahabat terbaik yang aku punya," ucap Alea.
Arga mendekati keduanya dan melihat keduanya dengan dengan tatapan aneh.
"Kok pelukan, Mama sama Bunda?" tanya Arga.
"Memang nggak bole ya Ga?" goda Dea.
"Boleh Ma, tapi Arga juga pengen dipeluk!" ucap Arga membuat Alea segera menggendong Arga dan ketiganya saling berpelukan.
Alea merasa sangat terharu karena baginya saat ini hanya Dea dan Arga, keluarga yang ia miliki. Alea memejamkan matanya dan bayangan wajah tampan yang angkuh itu kembali terbayang diingatannya. Senopati yang begitugagah dan menawan, mungkin Senopati telah melupakannya atau bahkan telaah menikaah dengan perempuan lain. Alea harus kuat demi Arga dan iaa berjanji akan membesarkan Arga dengan kasih sayang. Alea akan pulang mengunjungi Papanya Lukman Hidayat, namun ia tidak memberitahu tentang Arga karena ia tidak Papanya memanfaatkan Arga demi kepentingannya. Alea tidak ingin keluarga Bagaskaara mengambil Arga darinya karena ia tahu keluarga besar Senopati Bagaskara tidak akan membiarkan cucu mereka dibesarkan oleh Alea seorang diri.
"Ma, Bun kapan kita jalan-jalan?" tanya Arga membuat Alea dan Dea segera melepaskan pelukannya.
"Nanti kalau Mama dan Bunda libur kerja!" ucap Alea.
"Janji ya Ma, Bun!" pinta Arga.
"Janji" ucap Alea dan Dea bersamaan.