Pria Normal

1490 Words
HAPPY READING Jangan lupa Votementnya Pintu ruangan Vino terbuka, bersamaan dengan teriakan dari wanita yang sangat Vino kenal, membuat Vino dan Ines terkejut. "ALVINO PUTRA ABHIMANYU!" Vino menatap ke pintu dengan horor, mommynya sedang berdiri di sana, menatap Vino sudah seperti singa betina yang siap menerkamnya. Sumpah Vino selalu takut dengan tatapan mata mommy yang lebih tajam dari silet, mommy bersama adik iparnya, Ganendra yang sedang berusaha menahan tawa. "Mampus lu Vin." Gumam Vino pelan. Mommy Vino berjalan mendekat dan langsung menjewer telinga putranya, "Aduh mom sakit, ampun." Kata Vino, memegang tangan mommy yang menjewer telingannya. "Ampun, ampun, mau kamu apakan anak orang? Suruh nikah nggak mau, sekarang main sosor anak orang ya kamu." "Terus mom, jewer saja sampai lepas itu telinga." Kata Nendra sambil tertawa puas, melihat abang ipar yang suka mengganggunya di jewer mommy mertua. "Heh! kupret lu Ndra, awas ya gue balas nanti, dasar ipar durhaka." Kata Vino membuat Nendra makin tertawa, mommy Vino juga sebenarnya ingin sekali tertawa, melihat wajah lucu putranya yang terkejut karena terciduk, beliau lega akhirnya Vino ada respon pada wanita. "Nendra diam, kamu mau mommy jewer juga?" Ucap mommy sambil terus berusaha menahan tawa. Nendra menggeleng cepat, "Nggak mom, bang Vino saja." Kata Nendra sekuat mungkin menahan tawa. "Mau kamu apakan Ines?" "Ampun mom, lepas dulu dong, nanti ada anggota Vino yang lihat 'kan malu mom." Vino sperti biasa memasang wajah memelas, tapi kali ini mommynya tak terpengaruh. "Biar pada lihat, jelaskan sekarang." Jawab mommy membuat Vino mendengus kesal. "Tadi Ines kelilipan, Vino cuma bantu niup doang." Dusta Vino, membuat Ines terkejut menatapnya, sedangkan yang di tatap malah mengedipkan mata kanannya membuat Ines kesal. Ini om - om, sudah bohong sama ibunya, genit lagi pake kedip mata, batin Ines. Please Nes, iyain saja, gue mohon, batin Vino. "Benar, Nes?" Tanya mommy. Ines bingung mau jawab apa, akhirnya hanya mengangguk saja. Mommy Vino melepas jewerannya, menatap Ines yang tangan dan lututnya terluka. Ines memakai rok sebatas lutut dan lengan kemeja yang sudah digulung sebatas siku. "Ines, kenapa kamu luka? Apa ulah Vino?" "Bukan mom, Vino mana tega bikin wanita terluka, wanita 'kan makhluk Allah yang harus di sayang." Kata Vino sambil cengengesan. "Sepertinya abang lagi jatuh cinta mom." Kata Ganendra tiba - tiba, membuat semua mata menatapnya, "Firasat Nendra saja mom, habis abang beda banget dari biasanya." Lanjut Nendra. Adik ipar kurang asem, bisa saja nebak isi kepala gue, gerutu Vino dalam hati. Sekarang semua tatapan berpindah pada Vino, "Benar bang? Kamu lagi jatuh cinta?" Tanya mommy. "Menantu mommy dukun abal - abal, nggak usah di percaya." Kata Vino yangkemudian menatap Nendra, "Jangan bikin gosip lu, awas ya gue balas." "Mommy percaya, kalau tadi abang mau niup mata wanita itu? Nendra mah nggak percaya mom, masa niup mata kepala di miringin, mana bibir sama bibir pas banget lagi, pasti abang modus itu mom." Kata Nendra lagi sengaja jadi kompor, membuat Vino mendengus kesal. "Heh, benar - benar ya, nggak istri nggak suami nyebelinnya maksimal, jangan jadi kompor lu!" "Fakta bang, mommy juga lihat sendiri ko." Jawab Nendra santai. "Abang, kalau mau cium Ines halalin dulu, kalau belum halal mommy nggak setuju ya, kamu tuh sudah lama jones, sekarang lagi merasakan indahnya cinta, mommy nggak mau kamu lepas kendali malah hamilin anak orang." Vino langsung membelalak, dia terkejut mendengar perkataan mommynya. Aduh, ini mommy kenapa bilang gituan sih, gara - gara adik ipar nggak ada akhlak, awas lu Ndra, gerutu Vino dalam hati. Maksud ibunya pak Vino apa ya, perasaanku jadi nggak enak begini, batin Ines. "Ines, kamu mau jadi menantu mommy?" Bukan hanya Ines yang terkejut tapi Vino dan Nendra juga terkejut mendengar pertanyaan dari mommy. Apa? Menantu? Gila kali ah aku sama om - om nyebelin ini, lagian selera dia 'kan wanita kaya mak lampir yang kinclong, apalah aku ini, batin Ines. Ines bingung mau jawab apa, cukup lama dia terdiam, tapi perkataan mommy Vino selanjutnya membuat Ines bernafas lega, "Mommy becanda Ines, santai saja, lagi pula mommy juga nggak tega jodohin Ines sama anak mommy yang nggak doyan wanita." Kata mommy Vino sambil tertawa, sengaja memancing Vino, beliau ingin tahu apa putranya benar - benar serius memiliki rasa pada Ines. Ines menatap Vino horor, apa? Si om ternyata nggak suka wanita? Serius? Ibunya nggak becanda 'kan? Aku nggak nyangka si om gay, terus mak lampir itu siapanya dong? batin Ines. "Mommy! Vino pria normal ya, masih doyan wanita, mommy mau bukti? Kalau mau saat ini juga Vino hamilin Ines." Kata Vino santai, Ines melotot saking kagetnya mendengar perkataan atasannya, Vino sendiri yang melihat reaksi terkejut Ines, ingin sekali tertawa karena wajah Ines terlihat sangat menggemaskan, tapi ia tahan sekuat mungkin, takut ibu negara makin marah. Sialan ini om - om, memangnya aku apaan, enak saja mau di hamilin, Ines misuh - misuh dalam hati. Pletak "Aduh, kenapa Vino di jitak mom, sakit nih." Keluh Vino sambil mengusap kepalanya yang di jitak. "Kalau bicara ya, seenaknya saja, cium saja nggak boleh apa lagi hamilin. Kalau mau, nikahin dulu baru kawinin." Kata mommy membuat Vino terkekeh. "Ya, kali mommy mau bukti, kalau Vino pria normal." Jawab Vino kembali cengengesan. "Nggak perlu bukti, tiap pagi bangunin kamu juga mommy lihat, pusaka kamu yang berdiri tegak." Skak, jawaban mommy bukan hanya membuat Vino shock tapi juga Ines. Uhuk uhuk uhuk Ines sampai kesedak ludahnya sendiri saat mendengar perkataan mommy Vino, apa tadi? Pusaka? Kenapa ibunya pak Vino frontal sekali bicaranya, batin Ines. Vino menepuk jidatnya, Aduh hancur sudah reputasi gue di mata Ines, batin Vino, dia melirik Ines yang terlihat salah tingkah. Ganendra sendiri dengan kurang ajarnya malah tertawa, membuat Vino kesal. "Mommy! nggak usah dijelasin juga kali, ada anak perawan ini mom." Rengek Vino manja, membuat Ines begidik. Mommy Vino justru tertawa, "Sudah, kamu obati luka Ines, mommy mampir cuma sebentar mau ingatin kamu, bulan depan anniversary mommy dan ayah, mommy tagih janji kamu, sama ini buat sarapan, mommy harus ke RS ada rapat." Mommy Vino memberikan paperbag dan Vino menerimanya. "Ines, mommy pergi dulu ya, hati - hati dekat jones, kalau dia macam - macam teriak saja jangan takut, mumpung di polres." Mommy Vino tertawa geli melihat putranya yang langsung pasang wajah cemberut. Vino dan Ines bergantian mencium punggung tangan mommy, sebelum mommy keluar ruangan. Ines yang tadinya duduk di samping Vino langsung pindah, saat mommy Vino sudah keluar, membuat Vino menatapnya. "Kenapa pindah?" Tanya Vino, menaikkan satu alisnya. "Nggak apa - apa, pak saya boleh kembali ke kantor sekarang?" Vino menggeleng, "Obati dulu luka kamu, baru pergi." "Tapi pak." "Saya paling nggak suka di bantah, pindah sini, saya obati." Ines dengan cemberut kembali duduk di sofa yang tadi, duduk satu sofa bersama Vino. Vino membersihkan luka Ines, memberinya salep dan juga memakaikan perban dengan sangat telaten sambil sesekali meniup luka Ines agar sakitnya berkurang. Ines memperhatikan semua yang dilakukan Vino padanya, entah kenapa hatinya terasa menghangat, degupan jantungnya pelan namun pasti makin cepat, Ines kembali merasakan apa yang belum pernah ia rasakan dengan pria manapun. Hanya dengan Vino, tubuh Ines selalu memberi reaksi yang berbeda, ines juga merasa nyaman, sama seperti saat bersama ayahnya, Ines merasa terlindungi. Kenapa dengan aku ini, apa aku suka dengan om - om ini? Kenapa rasanya nyaman sekali saat berdua dengannya, tapi sakit saat melihat dia dengan wanita lain, rasa apa ini? Kenapa seumur hidup baru kali ini aku merasakannya, batin Ines. "Saya memang tampan, baru nyadar? Jangan suka sama saya, ingat saya atasan kamu!" Kata Vino ketus, menyadarkan Ines dari lamunannya. Ines mencebik, "Anda terlalu percaya diri om, saya juga nggak doyan sama om - om." Kata Ines santai. Vino menatapnya, netra mereka saling bertemu, lagi dan lagi Vino terpesona dengan mata cokelat Ines, tatapannya benar - benar teduh. Demi apa, lagi - lagi matanya buat gue kehilangan kata, kenapa gue lihat masa depan yang indah di matanya itu, batin Vino. "Saya memang cantik, baru nyadar? Jangan suka sama saya, ingat saya bawahan om." Kata Ines tak kalah ketus membalas perkataan Vino. Vino tersadar dari lamunannya dan mendengus kesal, "Saya rasa yang terlalu percaya diri itu anda nona Ines, jangan mimpi saya suka sama kamu deh, artis - artis saja saya tolak apalagi kamu." "Serius om tolak?" Tanya Ines dan Vino mengangguk yakin. "Pantas." Gumam Ines pelan tapi masih bisa di dengar Vino, sambil berungkali menganggukkan kepalanya. "Maksud kamu apa?" Tanya Vino memicingkan matanya, Ines berdiri dan membungkuk, tepat di telinga Vino, Ines berbisik. "Ya pantas, 'kan om gay." Kata Ines sambil melangkah pergi, meski kakinya masih terasa sakit, tapi saat ini sudah lebih baik, Ines melangkah dengan berusaha menahan tawa karena raut wajah Vino yang biasanya sangar kali ini terlihat sangat lucu. Vino masih diam mencerna perkataan Ines, detik berikutnya dia langsung menatap ke arah Ines. "INES, GUE PRIA NORMAL!" Teriak Vino, terus menatap Ines yang keluar dari ruangannya sambil tersenyum mengejek. "Awas kamu gadis nakal, tunggu pembalasan gue, lama - lama gue bisa khilaf beneran bikin lu bunting." Gerutu Vino. **** Terimakasih Yang sudah memberi Votement Bagaimana part Vines kali ini? Semoga suka ya
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD