Tuhan, apalagi ini?

1483 Words
Selamat Siang . Up Vines . Semoga suka . Jangan lupa Votement'a Agar author tahu kalian semua suka ceritanya atau nggak Nggak sulit kok cuman tekan ☆ doang Kalau sudi comment juga boleh, biar author makin semangat . Happy reading . . . . Author Pov Ines berlarian memasuki IGD ABDI Internasional Hospital, Ali memberitahunya jika Vino terluka karena tertusuk. Ines juga tak tahu kenapa malah buru - buru meninggalkan pekerjaannya dan langsung pergi ke rumah sakit untuk menemui Vino. Harusnya dia marah dan kesal pada Vino, karena dengan seenaknya sendiri dan tanpa persetujuan dari Ines, Vino memindahkannya dari kos ke apartement, Ines yang saat itu baru tiba di kantor langsung di tarik Joko untuk segera memindahkan barang - barang dari kos ke apartement sesuai permintaan Vino. Awalnya Ines menolak dengan tegas, tapi Joko terus memohon karena takut pada Vino jika tidak di turuti akan marah, akhirnya dengan sangat terpaksa Ines menuruti Joko. Jadi, Ines dan Vino saat ini satu apartement meski berbeda unit, Ines ada di bawah yang masih harga standar menurut Vino, menurut Ines ya mahal pakai banget, sangat sayang jika harus tinggal di apartement membayar hingga ratusan juta, mending juga di kos yang sebulan satu juta, segitu saja bagi Ines sudah mahal dan cukup mewah. Tiba di IGD, di sana ada Ali dan beberapa orang yang Ines tidak kenal, Ines langsung mendekati Ali. "Bagaimana mas? Apa pak Vino baik - baik saja?" Tanya Ines langsung. "Belum ada kabar, masih di dalam di tangani pak Dhika, cieee khawatir banget Nes." Goda Ali, membuat Ines mencebikkan bibirnya. "Kamu siapanya Vino?" Ines dan Ali menoleh ke belakang, Ines sangat terkejut melihat pria di depannya yang sangat tampan rupawan bak seorang dewa, pria yang bersedekap didepannya benar - benar tampan meski tanpa senyum. "Saya ... saya ..." "Waahh ada mbak Ines, calon kaka ipar!" Suara cempreng dari wanita yang pernah Ines temui di apartement Vino menggelegar memenuhi ruang IGD, membuat Ines terus merutuk dalam hati, kenapa juga dia harus datang ke rumah sakit, harusnya dia sadar jika datang akan bertemu makhluk mengesalkan yang sayanganya sangat cantik jelita ini. "Ines? Oh, jadi ini yang namanya Ines?" Lanjut pria tadi sambil manggut manggut. "Ya bang, ini calon keluarga Abhimanyu, gadis yang sedang bang Vino perjuangkan untuk menjadi istrinya." Lanjut wanita itu lagi yang tak lain dan tak bukan Vina, wanita cantik kembaran atasannya yang pernah dia temui di apartemen Vino. "Perkenalkan, saya Alvand, abang dari Vina dan Vino." Alvand mengulurkan tangannya, Ines cukup terkejut saat tahu jika pria tampan rupawan di depannya ini Alvand, abang dari Vino. Ines menyambut tangan Alvand, "Ines pak." Jawab Ines gemetar. "INES!" seru seseorang yang baru keluar dari tirai tindakan IGD, membuat semua orang menatap ke arahnya. "Ayah! Vino mau secepatnya nikah sama Ines, itu Ines 'kan? Dia nakal sekali pegangan tangan dengan pria lain, Vino mau nikah dengan Ines sekarang juga yah, Vino sudah kebelet, Vino mau nikah yah!" Bukan hanya Ines yang syok karena namanya disebut, tapi semua yang ada di sana ikut syok mendengar perkataan Vino. Ya benar sekali, seseorang yang memanggil nama Ines itu Vino, atasannya yang saat ini berbaring di brankar akan di pindahkan ke ruang rawat inap. "Ali juga b******k yah, masa dia bilang kalau Ines cintanya, padahal Ines cintaku yah, cintanya Vino seorang." "Ines, gue sudah sering mau cium lu tapi selalu gagal, lu memang cewek nakal nes, selalu berhasil membuat gue menjadi pria seutuhnya, tapi dalam sekejap membuat gue jadi pria yang tak berdaya, padahal lu nggak cantik - cantik amat tapi gue suka nes, meski lu galak gue tetap suka nes." Ines benar - benar dibuat tak berkutik dengan semua perkataan Vino, sekarang Ines benar - benar sangat menyesal karena sudah datang ke rumah sakit. Ines bingung kenapa atasannya itu lancar sekali bicaranya, apa dia tidak malu di depan keluarga dan juga anggotanya? "Ini pengaruh anastesi saja, tenang ya nes, meski saya yakin 100% apa yang terucap dari Vino semua dari hati terdalamnya, selamat Ines sepertinya kamu harus bersiap karena putra saya akan mengejar kamu dengan cara unik dia, bersiaplah menjadi bagian dari keluarga Abhimanyu." Kata Dhika. Ines hanya diam saja, dia bingung harus menjawab apa, tapi matanya terus menatap Vino dengan kesal, bisa - bisanya atasannya itu ngoceh nggak bermutu begitu, kirain Ines dalam kesadaran penuh nggak tahunya masih dalam pengaruh anastesi. "Ines sudah pindah ke apartemen Vino yah, bukan tinggal satu unit, dia ada di bawah, Vino mau 24 jam Ines selalu ada untuk Vino yah, Ines! Gue beneran cinta sama lu, gue bakal lakuin apapun buat dapatin lu, gue memang galak dan kejam sama lu, tapi sebenarnya gue cinta dan sayang banget sama lu nes, lu wanita pertama yang bikin jantung gue jumpalitan, lu wanita pertama yang bikin junior gue berdiri dengan gagahnya hanya karena lihat wajah lu yang asem, selalu cemberut, lu sudah bikin gue gila karena setiap malam datang ke mimpi gue, menggoda gue, lu ... " Ines langsung berlari, membekap mulut atasannya yang terus saja ngoceh, ocehan yang bikin Ines amat sangat malu, apalagi semua orang tertawa. Vino melepas tangan Ines yang membekap bibirnya, tanpa Ines duga Vino menarik tubuh Ines lebih dekat dengan tubuhnya yang terbaring di atas brankar, hingga jarak wajah Ines dan Vino sangat dekat. Cup Ines sungguh amat sangat terkejut, bukan hanya Ines tapi semua orang yang berada di situ sangat terkejut dengan apa yang di lakukan Vino pada Ines, meski hanya kecupan sekali tapi sukses membuat Ines panas dingin, apalagi saat Vino menekan tengkuk Ines kembali menempelkan bibirnya pada bibir Ines, melumatnya dengan pelan dan hati - hati seakan takut menyakiti Ines. "Astaghfirullah." "Ampun, Vino!" "Ya ampun bang Vino, bikin malu deh." "Vino!" Seruan dari orang - orang menyadarkan Ines dari rasa terkejutnya, Ines berusaha melepaskan diri dari Vino, meski susah akhirnya Ines bisa juga melepaskan diri, dengan nafas yang tersengal - sengal, wajah yang sudah sangat panas karena malu, Ines berlari keluar IGD. Pergi dari sana pilihan terbaik, Ines benar - benar merasa sangat malu karena ulah atasannya itu, bisa - bisanya dia mengambil first kiss Ines di depan semua orang, apalagi sebagian besar keluarga Vino, rasanya ingin sekali Ines pindah planet agar tidak lagi bertemu dengan Vino ataupun keluarga Vino, malunya sampai tujuh turunan tujuh tanjakan, asli no hoax - hoax club. "Ines!" Ines menghentikan langkahnya, menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang sudah memanggilnya. "I ... iya pak, ada apa?" Tanya Ines gugup, bagaimana nggak gugup kalau pria di depannya ini juga melihat live kegilaan Vino, ditambah dia abangnya Vino, wajarkan kalau Ines gugup. Yups, yang memanggil Ines barusan Alvand, abang Vino. "Maaf atas apa yang adik saya lakukan tadi ya." Ines mengangguk, "Iyah pak." "Saya harap kamu memikirkan apa yang adik saya katakan tadi, meski kesadarannya tidak 100% tapi saya yakin apa yang dia katakan semuanya dari dalam hatinya, Vino benar - benar mencintai kamu Nes, bersiaplah saat dia sadar nanti, siapkan hati juga mental kamu untuk menghadapinya." Kata Alvand tersenyum dan berjalan kembali memasuki IGD, membuat Ines diam membeku, apa benar atasannya itu mencintai Ines, bagaimana bisa pria setampan dia jatuh cinta pada Ines yang tidak cantik, wanita - wanita lainnya jelas sangat cantik, Ines tak ada apa - apanya tapi kenapa atasannya itu justru jatuh cinta padanya. Ines rasa ada kesalahpahaman, pasti atasannya itu nggak serius, itu karena pengaruh obat saja, ya pasti karena itu. Drrrttt drrrttt Ponsel Ines bergetar tak ada hentinya, karena penasaran Ines mengambil ponselnya yang berada di dalam clutch bag, lalu membuka password-nya, betapa syoknya Ines mendapat notif dari aplikasi bernama i********:, bukan hanya ratusan tapi ribuan, atau mungkin sudah jutaan notif yang masuk. Ines benar - benar syok, rasanya sangat lemas sekali, bagaimana bisa wanita cantik kembaran atasannya itu Live di i********:, nama akunnya dan juga atasannya di pinned comment sehingga semua tahu akun Ines yang followersnya masih bisa di hitung dengan jari dan berisi tiga postingan fotonya, Ines tidak mem-privacy akunnya. Followers yang hitungan jari langsung berubah, setiap detiknya makin bertambah, membuat Ines kebingungan karena dia lupa cara mengganti pengaturan agar bisa ganti dari publik ke privacy. Bukan hanya Vino yang sudah membuat Ines jantungan, tapi juga kembaran Vino, dia lebih parah lagi karena jangkauannya lebih luas, mengingat follower Vina dan Vino yang banyak, di tambah lagi saat Live tadi, Vina juga bersatu bersama suami tercintanya yang jumlah followersnya memang menggila, melebihi para artis tanah air. Hinaan, cacian meski beberapa ada yang memuji juga membuat Ines makin stres, Ines serius benar - benar ingin pindah planet, rasanya sudah amat sangat tak ingin lagi berada di sini, Ines harus segera pergi, Ines buru - buru memasukkan ponselnya ke dalam clutch bag dan segera melangkahkan kakinya, namun harus terhenti saat mendengar panggilan namanya dari suara yang dia kenal. "INES!" panggilan itu sukses menghentikan langkah Ines, menoleh ke belakang. Tuhan, apalagi ini? Batin Ines menjerit. *** Terima kasih Yang sudah memberi Votement . . Bagaimana part kali ini? . . Jika suka karyaku jangan lupa tambhkan ke library + follow my Acc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD