Bab 3

2099 Words
Baru kali ini Abel tampak bete akan ditinggal oleh suaminya dinas keluar kota. Beberapa hari yang lalu Dito memberi tahu kalau dirinya akan pergi ke Bogor untuk mengkaji bahan yang ia perlukan untuk menyusun makalah yang akan dipakai untuk sidangnya nanti. Dito pergi ke Bogor selama satu minggu. Biasanya Abel terlihat santai di tinggal sang suami dinas luar tapi kali ini ia tampak bete. Seperti saat ini saat sedang mengemasi baju baju suaminya ke dalam tas, raut mukanya tampak murung. Dan itu membuat Dito semakin tak enak meninggalkan istrinya sendirian. “Udah donk sayang jangan cemberut kayak gitu terus. Masnya jadi sedih liatnya.” Ucap Dito sambil memeluk tubuh istrinya dari belakang. Abel diam tak berkomentar. “Sayang…” rengek Dito membuat Abel pun berbalik menghadap suaminya. Dito tersenyum. “Sayang senyum donk jangan manyun kayak gini. Masnya nanti kepikiran kalo kamu kayak gini.” “Pengen ikut mas.” Abel tak ingin berjauhan dengan suaminya. “Sayang mas ke Bogor buat belajar. Nanti kamu bosen lagi mas tinggal praktek kayak waktu itu.” Ucap Dito. Dulu waktu Dito memulai masa coasnya, Abel memutuskan untuk ikut ke tempat dimana Dito akan praktek. Tapi belum juga seminggu Abel meminta untuk pulang karena selalu ditinggal sendirian dirumah. Dito pulang ke rumah kontrakan hanya untuk makan, mandi dan istirahat itu pun paling lama dua hingga tiga jam karena ia harus menyelesaikan tugas tugasnya. Tak ada waktu indah berdua kala itu karena Dito benar benar disibukkan dengan tugas tugas yang menumpuk. Ia tak tega melihat suaminya sudah seperti zombie. Untuk itulah Dito mencoba kembali memberi pengertian kepada Abel kalau dia tak akan pergi terlalu lama. “huft…” “Sabar ya sayang. Insya allah setelah semua kerempongan ini berakhir, kita pergi bulan madu berdua ya. Kita habiskan waktu bersama sama.” “Iya mas. Cepetan lulus donk terus kerja di rumah sakit biar akunya ngga ditinggal tinggal terus.” “Amin sayang. Doain terus suaminya biar cepet selesai.” Abel mengangguk. Karena akan ditinggal ke Bogor selama seminggu, malam itu keduanya bercinta dengan sangat panas. Tak ada kata kata protes dari Abel yang sudah tampak kelelahan melayani suaminya. Ia ingin terus bersama sama dalam dekapan hangat Dito. *** Di sebuah kedai es krim. “Tumben Bel ngajak kita jalan. Biasanya ogah mending melukin suami.” Celetuk Maria saat ketiganya bertemu di sebuah kedai es krim yang tengah hits di kota Bandung. “Ya maaf guys. Lagian gue ngga enak kalo pergi sendirian kalo ngga ada suami yang temenin. Udah terbaisa aja gitu kemana mana bareng suami terus tiba tiba kudu pergi sendiri gimana gitu rasanya.” Ungkap Abel. “Emang Dito larang loe ya buat hangout sama kita kita.” Tanya Friska penasaran. Begitu juga dengan Maria. Abel menggeleng. “Ngga lah. Mas Dito ngga pernah larang gue kesana kesini. Gue nya aja yang ogah kalo ngga sama suami. Tapi apa daya suami super duper sibuk sama coasnya. “Pantesan susah banget ketemu si ibu satu ini.” “Hehe maaf ya.” Ucap Abel. Ketiganya larut dalam obrolan yang sangat mengasikkan. Tak hanya itu mereka pun pergi belanja bareng di sebuah Mall. Mereka benar benar menghabiskan friends time seharian karena saking lamanya tidak hangout bareng. *** Sudah satu minggu Dito pergi ke Bogor untuk praktek lapangan. Abel sendirian dirumah. Ia lebih memilih tinggal dirumahnya dibanding dirumah mertuanya ataupun dirumah ayahnya. Ia sangat menikmati haru harinya yang sedikit hampa karena ketidak hadiran sang suami. Meski pun begitu komunikasi diantara mereka tetap lancar. Jika tak bisa ketemu, keduanya bisa Video call. Susah VC bisa teleponan via w******p atau Line. Ga bisa juga chatting pun tak masalah yang penting mereka selalu terhubung. Abel juga tengah disibukkan dengan toko clothing dan juga salon kecantikannya. Ia bisa fokus dengan kerjaannya karena kalau ada Dito ia lebih memilih melayani suaminya dengan baik. Apalagi saat ini Dito tengah butuh dukungan banyak darinya. Dddrrrtt... Ddrrtt... "Hallo assalamualaikum yank." ucap Abel sambil menempelkan handphone diantara leher dan pundaknya. "Waalaikumsalam yank. Lagi apa yank?" tanya Dito dari sebrang sana. "Lagi di kantor mama yank. Mas lagi apa? Udah makan siang belum? Hari ini jadi pulang kan?" Abel sangat berharap sang suami pulang ke Bandung karena ia sudah sangat merindukan sang suami. Besok adalah hari ulang tahun Abel. "Emm... Kayaknya mas ga pulang yank maaf. Mas terpaksa tukeran jadwal sama senior karena istrinya mau lahiran. Jadi ya mas tukeran soalnya gada yang mau tukeran yank. Kasian." ucap Dito lirih. Abel memberengut kesal. Dito sudah membayangkan wajah kesal istrinya saat tahu ia tak jadi pulang. "Terus kapan mas pulang? Kenapa harus mau sih yank? Kangen tau..." rengek Abel. Mendengar suaminya batal pulang membuat mood kerja Abel jadi down. Ia memilih menyerahkan urusan toko kepada pegawainya dan memilih masuk ke ruang kerjanya.               "Istrinya senior mau lahiran sayang. Kasian kan. Mana seniornya mas itu baik banget. Bantu mas selama praktek lapangan. Masa iya mas tega. Nanti kalo ayank lahiran yakin ga mau ditemenin mas?!" "Ya mau lah. Gila aja sendirian. Bikinnya berdua giliran lahiran sendiri. Ogah!! " Dito tertawa. "Nah makanya mas minta maaf banget ngga bisa pulang hari ini. Paling dua hari lagi deh mas pulang. Tunggu senior mas balik untuk praktek." ucap Dito dan membuat Abel yang makin kesal. "Kok lama sih?! Gak mau ah. Mas pokoknya harus pulang!!" kekeuh Abel. "Gak bisa sayang. Senior mas dikasih waktu nemenin istrinya lahiran dua hari. Temen yang lain gada yang bisa gantiin lagi soalnya udah beda tempat praktek. Cuma mas yang masih mobile waktunya. Maaf banget ya sayang. Mas juga kangen ayank tapi da mau gimana lagi atuh." "Tau ah kesel. Terserah kamu aja!" ucap Abel kesal. Ia pun memutuskan sambungan teleponnya. Ia melempar handphone ke sofa. Abel melirik handphonenya yang bergetar. Ia tahu Dito pasti mencoba menelponnya tapi ia sudah keburu kesal. *** Sementara itu, Dito tertawa terbahak-bahak saat membayangkan istrinya yang tengah marah karena ia tak bisa pulang di hari istimewanya nanti malam. Dito sebenarnya sudah sampai di Bandung tadi pagi. Tapi ia sengaja tak pulang ke rumahnya melainkan pulang kerumah Sarah mamanya. Ia berencana memberikan birthday surprise untuk sang istri nanti malam. Bahkan ia juga berkoordinasi dengan si bibi yang membantunya dan Abel dirumah. Dito bersama teman teman Abel bekerja sama untuk memuluskan rencana mereka. Dito sudah menyiapkan kue ulang tahun, kado dan buket bunga untuk istrinya. Ia sudah tak sabar untuk segera bertemu dengan istrinya menjelang tengah malam nanti. "Gila lo Dit. Si cabelita ampe marah gitu." ucap Friska yang tengah menyusun rencana untuk Abel disebuah Cafe di daerah Dago. "Tau nih orang seneng banget liat istrinya kesal. Ketawa lagi nih anak." sambung Maria. "Gpp kapan lagi gue bikin kejutan kayak gini. Tiap tahun lempeng lempeng terus kayak gitu. Kali kali ada yang bikin deg degan gimana gitu biar jadi kenangan." "Serah loe lah. Sultan mah bebas." ucap Friska. Abel yang dibuat kesal seharian tak bisa konsen bekerja. Ia tak berpikiran ia akan dikerjain di hari bertambah usianya. Ia lebih mementingkan emosinya karena tak bisa merayakan hari ulang tahunnya dengan suami tercinta karena sang suami menggantikan jadwal seniornya yang tengah menemani istrinya melahirkan. Abel memutuskan untuk pulang kerumah dan beristirahat. Abel makin kesal karena macetnya jalanan kota Bandung. Berkali kali Abel mengumpat kasar karena orang-orang berlomba-lomba mengambil jalan untuk segera tiba dirumah. Emosi Abel makin memuncak. Ia merasa harinya tak ada yang berjalan lancar. Ia benar-benar harus segera tiba dirumah dan tidur. Hampir satu jam bermacet macetan, akhirnya mobil Abel pun tiba dengan selamat di rumah. Ia membuka pintu mobil lalu menutup kembali dan berjalan dengan gontai masuk kedalam rumah. Ia melihat si bibi pengurus rumah menyapanya tapi ia malas membalas sapaannya. Abel tak menyadari jika si bibi kaget melihat Abel pulang lebih awal. "loh si eneng udah pulang lagi?! Bibi belum masak neng." ucap si bibi was was. "Gpp bi. Abel belum mau makan. Mau langsung istirahat aja. Bibi juga istirahat." ucap Abel sambil berjalan gontai menuju kamarnya. Si bibi pun kembali menyiapkan kejutan untuk Abel di dapur setelah memastikan majikannya tidak keluar lagi dari kamar. Abel merebahkan dirinya diatas ranjang. Ia memejamkan matanya dan menutupnya dengan tangan. Sudah cukup ia bersabar menahan rindu kepada suaminya. Tapi entah mengapa ia begitu marah karena sang suami membatalkan acara pulangnya. "Masa sih ngga peka kalo nanti malem aku ulang tahun?!" omel Abel. "Awas aja ya kalo berani pulang." ucapnya lagi. Ia memiringkan badannya menghadap jendela. Ia sangat merindukan Dito tapi apa mau dikata, suaminya tidak bisa pulang. Tanpa sadar Abel pun tertidur dan terbangun pukul 7 malam. Ia pun keluar dari kamarnya. Ia celingak celinguk mencari si bibik tapu tak terlihat dimana pun. Ia sudah mencari cari di area rumah tapi tak ketemu. "Loh si bibi kemana ya?" tanyanya bingung. Abel mengendikkan bahunya. Di meja makan sudah tersedia menu makan malam. Perutnya sudah keroncongan sejak pulang kerja tadi ia langsung tidur. Abel pun segera mengisi perutnya yang sudah keroncongan. Abel sempat menonton TV tapi sepertinya tak ada yang menarik perhatiannya. Akhirnya Abel pun memutuskan untuk kembali masuk ke kamarnya. Ia membaringkan tubuhnya di atas ranjang, membuka aplikasi di handphone dan melihat pesan masuk. Tapi tak satupun pesan masuk dari suaminya selain tadi siang. Abel makin kesal. Ia akhirnya memutuskan tidur kembali. *** Sementara itu, Dito dan teman teman yang lain mengendap endap mempersiapkan kejutan untuk sang istri. Mereka berlomba-lomba menyiapkan segala halnya sebelum pukul 00.00 wib. Masih ada lima menit menuju tengah malam. Dito sudah bersiap di depan jendela kamarnya dengan menenteng sebuah gitar. Ia menarik nafas berulang kali untuk mengusir rasa gugupnya. Teman teman, keluarga termasuk bibi bersembunyi. Tinggallah Dito sendirian. Ia mengetuk ngetuk kaca jendela kamarnya. Tapi sayang tak ada yang terjadi. Ia kembali mengetuk kaca kamarnya lebih keras sampai akhirnya terdengar suara dari dalam kamar. Dito pun terus mengetuk sampai si pemilik kamar itu terbangun. Dito langsung bersiap ditempatnya. Saat gorden kamarnya mulai terbuka ia mulai mengalunkan lagu spesial untuk istri tercintanya.. Terimalah lagu ini Dari orang biasa Tapi cintaku pada mu luar biasa Aku tak punya bunga Aku tak punya harta Yang ku punya hanyalah hati yang Setia tulus padamu. (Song by Admesh Kamaleng-Cinta Luar Biasa) Abel terbelalak melihat sosok yang dirindukannya berada diluar jendela kamar tengah berdiri sambil bernyanyi dengan gitar. Ia masih syok dan merasa tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. "Selamat ulang tahun sayang. I love you so much." ungkap Dito kepada istrinya. Ia kembali mengalunkan lagu milik Admesh tersebut. Abel langsung berlari keluar rumah untuk menemui suaminya yang masih menyanyikan lagu indah itu untuknya. Begitu pintu depan rumah terbuka, Abel segera berlari dan masuk kedalam pelukan hangat suaminya. Ia menangis. Dito tertawa bahagia. Rencananya membuat kejutan untuk istrinya pun berhasil. "Happy b'day sayang." bisik Dito sambil mengelus rambut panjang istrinya. Abel semakin mempererat pelukannya di leher Dito. Ia masih menangis. Tak lama semua orang pun keluar memberikan kejutan. Abel semakin menangis terharu melihat orang-orang yang disayangnya kumpul semua disana untuk memberikan kejutan di hari ulang tahunnya. Ada ayah, teteh, abang ipar, mama & papa mertua, Brandon, Friska, Maria, Farhan serta bibi di rumah semuanya berkumpul. Friska dan Maria menyodorkan kue yang sudah ada lilinnya. Abel menutup mata sejenak memanjatkan doa yang terbaik bagi dirinya dan keluarga kecilnya. Lalu setelah itu meniup lilin. Dito memeluk dan mencium mesra istrinya. Begitu juga Abel. Ia sangat merindukan suami tercintanya. Jadi Abel terus memeluk Dito dengan erat. Tak ingin berjauhan dengan sang suami. *** "Apaan sih bikin kejutan kejutan segala. Mana ngeselin dulu lagi." ucap Abel kesel tapi bahagia. "Sengaja. Hehe..." ucap Dito sambil cengengesan. "Ih ngeselin." "Biarin yang penting kejutannya sukses. Seneng ga yank?!" tanya Dito sambil membelai wajah istrinya. "Seneng lah siapa yang ngga seneng. Tapi kesel juga iya." Dito tertawa. "Ada ada aja deh. Selamat ulang tahun sayangku, istriku, ibu dari anak anakku. Tak ada doa yang sempurna selain semoga Allah mengijabah semua doa yang ayank panjatkan. Semoga mas bisa terus membimbing ayank hingga maut memisahkan kita." "Makasih masku. Duh aku nangis lagi ni..." ucap Abel sambil menyembunyikan wajahnya yang kembali basah di d**a suaminya. Dito mengelus sayang. Mencium rambutnya berkali kali. "Kangen kamu banget yank." ucap Dito sambil menatap wajah istri tercintanya. "Aku juga mas kangeeeeen bangeeeettt." Keduanya asik berduaan setelah tamu satu persatu pulang. Dito menggendong istrinya masuk ke dalam kamar. Malam ini keduanya akan menuntaskan hasrat yang sarat akan rindu yang menggebu. Keduanya berciuman dengan mesra. Lidah saling membelit dan di hisap. Kedua gunung kembar Abel menjadi sasaran paling utama untuk diremas. Bagaikan seorang vampire, Dito begitu lihai mencumbu dan mengigiti leher jenjang istrinya. Bercak bercak merah pun tercipta karena ulah nakalnya. Desahan Abel semakin nyaring ditelinga. Bagaikan seruan untuk segera menuntaskan gairah yang sudah diubun ubun. Satu persatu yang menutupi tubuh mulusnya itu dilepas dan dilempar begitu saja. Teronggok dilantai. Dito melumat bibir istrinya sembari memainkan kedua putting indah yang menegang. Kedua jari jari tangannya menggoda ujung d**a yang menegang. Membuat si empunya bergerak tak karuan. Dadanya membusung saat elusan ringan hinggap di ujung dadanya. “Aaahh…” erang Abel nikmat. Kedua tangannya meremas seprai dengan kuat. Matanya terpejam, bibir bawahnya di gigit membuat Dito semakin tersulut gairah. *** TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD