“Assalammualaikum Ma.” Ucap Abel saat masuk ke dalam rumah mertuanya. Sarah tampak kaget melihat menantunya datang tanpa pemberitahuan. “Waalaikumsalam. Ya ampun sayang kenapa ga bilang bilang mau kesini. Sama siapa? Mas mu mana?” Sarah celingak celinguk mencari keberadaan Dito.
“Abel sengaja ngga ngabarin mama dulu kalo mau dateng. Nanti malah ngerepotin mama lagi.”
“Ya allah ngerepotin apaan sih. Kamu ada ada aja deh. Pasti kamu ngangkot ya kesini.”
“Iya ma. Oiya mas Adit nanti nyusul kesininya sehabis pulang dines. Tapi ngga tahu pulang jam berapa.”
“Yaudah gpp. Menjelang akhir coas tuh emang sibuk sibuknya. Belum bikin jurnal, laporan kasus dll. Mama seneng deh kamu dateng. Ngga kamu ngga Dito sama sama sibuk. Mama kesepian.”
“Maaf ya Ma.” Abel merasa bersalah melihat mertuanya bersedih. “Yaudah gpp yang penting sekarang mama happy karena ada kamu disini. Yuk kita mulai masak.” Ucap Sarah mengajak menantunya itu ke dapur. Dengan senang hati Abel mengikuti sang mertua menuju dapur.
***
Setengah hari dilalui dengan riang gembira oleh Sarah dan Abel. Ibu mertua dan menantu itu membicarakan banyak hal selama mereka membuat menu untuk makan malam. Segala hal yang mereka obrolkan menjadi hal yang sangat menarik.
Sudah lama rasanya bagi Abel dan Sarah bisa mengobrol sambil tertawa dengan lepas saat masak bersama. Semenjak dirinya dan Dito pindah rumah, kegiatan receh ini sungguh sangat langka. “Mama seneng banget tahu kalo kamu pulang. Mama ada temen ngobrol.” Ucap Sarah saat keduanya tengah menikmati teh sore di pinggir kolam renang di belakang rumah.
“Abel juga seneng ma bisa ngobrol banyak hal sambil ketawa ketiwi sama mama.”
“Makanya rajin rajin donk kunjungin mama. Mama bete tahu dirumah terus.”
“Kita kan sering ketemu di salon Ma.”
“Itu beda momen sayang. Itu pekerjaan dan kita harus profesional untuk itu. Kalo dirumah kan jarang banget kalo ngga mama minta ketemu.” Rajuk Sarah. Abel meraih tangan Sarah dan meremasnya pelan.
“Maaf ya ma. Abel janji Abel bakal lebih sering temenin mama dirumah.”
“Janji ya. Awas kalo bohong.”
“Iya ma Abel janji. Mana berani Abel bohong sama mama. Yang ada kualat.” Keduanya tertawa. “Mama jadi mikir deh apa Dito yang larang kamu buat ngga terlalu sering ketemu sama mama.” Tuding Sarah.
“Astagfirullahaladzim Ma. Mas Adit ngga pernah larang larang Abel. Serius demi Allah. Memang kerjaan Abel aja yang terlalu banyak makanya sedikit mengikis waktu bersama mama.”
“Kirain Dito yang larang. Kalo emang bener wah tuh anak ngajak ribut ya.” Abel tertawa. “Ngga lah Ma. Mas Adit ngga pernah larang ini dan itu ke Abel selama Abel mampu dan enjoy menjalaninya.”
“Alhamdulillah kalo kayak gitu mah. Mama seneng dengernya. Tapi jangan kecapean juga sayang. Dokter kandungan kan udah sering bilang untuk coba mengurangu kegiatan kamu diluar rumah.”
“Iya ma Abel tahu. Abel lagi berusaha melepas sedikit demi sedikit dan Cuma memantau dari rumah. Paling sebulan sekali Abel kontrol ke tiap toko kita. Selebihnya istirahat di rumah bareng mama atau mas Adit. Tapi ke arah situ kan perlu waktu bertahap ngga bisa sekaligus lepas gitu aja.”
“Mama paham sayang. Pokoknya mama Cuma berpesan kamu jangan terlalu capek dan stres. Udah itu aja. Jalani kehidupan rumah tangga kalian dengan baik. Tetap dalam koridor yang seharusnya.”
“Amin ma. Makasih amanatnya. Insya allah bakal Abel dan mas Adit ingat baik baik dan jalani. Biar rumah tangga kami yang masih seumur jagung ini bisa langgeng kayak mama papa. Doakan kami ya Ma.”
“Amin ya allah. Papa dan mama selalu berdoa yang terbaik buat rumah tangga kalian juga. Yuk kita siap siap bentar lagi jagoan jagoan kita pulang kerja.”
“Sama Abel aja. Mama yang siap siap sambut kedatangan papa. Mas Adit belum selesai jam dinasnya. Tadi kirim w******p kalo ada pasien dadakan yang datang. Jadi dia tangani dulu.”
“Oh gitu. Yaudah mama siap siap dulu. Kamu bagian tata aja ya di meja makan yang kita masak tadi.”
“Siap nyonya.” Keduanya tertawa.
***
Dito tiba dirumah pukul sembilan malam. Abel yang sedari tadi sudah menanti kedatangannya pun segera menyambutnya. Dito yang sudah sangat kelaparan pun segera menuju meja makan yang sudah tersajai berbagai hidangan yang dibuat oleh sang mama dan istrinya.
"Kalian malam ini menginapkan??" tanya Sarah saat Abel dan Dito selesai makan malam.
"Abel mah ngikut mas aja ma. Kalo mas mau nginep ya Abel juga nginep." ucap Abel sambil memandang suaminya. Abel tengah mengupas buah untuk di santap oleh keluarganya.
"Kayaknya ngga deh mah. Dito banyak banget kerjaan. Kalo nginep Dito repot bawa buku bukunya. Ribet. Nanti ya ma kalo selesai coas aja. Biar tenang kalo udah selesai coas." ujar Dito menjelaskan.
"Hemm... Padahal mama kangen ngobrol sampe malem sama Abel. Udah lama banget loh kalian ngga nginep disini semenjak punya rumah sendiri." ucap Sarah kecewa.
"Maaf ya ma. Abel ga bisa pergi menginap tanpa mas Adit. Nanti siapa yang mau siapin kebutuhan mas Adit sebelum kerja. Mama kan tahu sendiri mas Adit orangnya sok perfect padahal teledor. Segala lupa kalo ngga Abel siapin." ucap Abel tak enak. (Adit adalah nama panggilan sayang dari Abel untu Dito).
"Iya ma. Lagian kapan mereka dewasanya kalo mama ngukungin terus. Biarin lah mereka. Lagian mama mau ngobrolin apa sama Abel sampe malem?!" ucap Ronald suaminya. Dito tertawa melihat Sarah makin bete karena suaminya mendukung mereka. "Ih papa kepo deh. Pokoknya mama kangen ngobrol ngalor ngidul sama mantu mama."
"Kan bisa by phone Ma. Ngapain disuruh nginep kalo dibuat suruh ngerumpi ampe malem. Enak aja Dito ga ijinin. Jadwal ngekeupin (peluk) Dito kalo malem malem."
Pletuk... "Aduh!! Sakit Mama. Mama makin buas deh ditinggal anak mantunya." Dito meringis karena nyeri dikepalanya.
"Syukurin!!" ucap Sarah puas. "Lain kali ya Ma nginepnya. Maaf." ucap Abel menengahi. Abel dan Dito sudah bersiap untuk pulang.
"Yaudah deh mau gimana lagi. Hati hati ya di jalan. Kalo Dito nakal bilang sama mama biar mama jewer kupingnya." ucap Sarah gemas. Abel tertawa.
"Dia mah seneng ma dinakalin aku." ucap Dito sambil berlari keluar rumah sebelum dilempar Sarah dengan bola tenis.
Ronald dan Abel tertawa melihat tingkah keduanya. Ronald dan Sarah sangat merindukan suasana heboh seperti ini jika Abel dan Dito pulang meski hanya sebentar. Lebih ramai lagi jika ada cucu diantara mereka. Tapi apa boleh buat Tuhan belum memberikan amanah tsb kepada anak dan menantunya.
"Pa Ma. Abel dan mas Adit pamit pulang dulu ya." ucap Abel sambil mencium tangan kedua mertuanya. Sementara Dito sudah tak sabar, terus mengklakson mobilnya.
"Hati hati dijalan ya sayang. Sering sering ya kunjungin mama. Mama kesepian sayang."
"Insya Allah Abel sering telepon mama kalo ga sempet ke rumah main."
"Oke deh."
"Assalamualaikum Pa Ma"
"Waalaikumsalam. Hati hati." ucap Sarah dan Ronald berbarengan. Abel melambaikan tangan sebelum masuk ke dalam mobil suaminya.
***
23.30
Abel terjaga. Tangannya meraba-raba samping tempat tidurnya dan tak menemukan orang yang ia cari. Ia pun terbangun dan tak melihat suaminya disana. Pasti lagi ngerjain laporan. Pikir Abel. Ia pun bangun lalu keluar kamar. Lampu ruang kerja suaminya masih menyala tandanya sang suami masih berkutat dengan tugas tugasnya. Ia berjalan menuju dapur. Berinisiatif membuatkan suaminya teh madu hangat.
Secangkir teh madu hangat buatannya sudah siap di hidangkan untuk pak suami yang tengah mengerjakan laporan hingga larut malam. Abel pun kini sudah berdiri di depan pintu ruang kerja suaminya lalu mengetuk pintu.
“Mas…Maaf ganggu. Aku bikinin mas teh madu hangat.” Ucap Abel.
“Masuk aja sayang.” Teriak Dito dari dalam ruang kerja. Abel pun membuka pintu ruang kerja suaminya. Tampaklah wajah tampan suaminya tengah tersenyum. Raut wajah suaminya terlihat sangat lelah dan mengantuk tapi ia harus tertahan dengan berkas berkas kasus yang harus ia kerjakan. Mata panda pun terlihat semakin jelas.
Ya Allah kasian banget suami hamba. Lancarkanlah studynya ya Allah. Ucap Abel berdoa dalam hati.
"Masuk sayang." ucap Dito sambil berdiri menyambut kedatangan istrinya. Abel duduk di sofa sambil menyodorkan teh yang ia buat. Dito berpindah duduk disamping istrinya. Ia meminum teh buatan istrinya yang menurutnya membuatnya terasa kembali segar.
"Makasi sayang tehnya." ucap Dito sambil mengecup dahinya. Abel memeluk sang suami. Ia menatap wajah Dito dengan lekat. Yang di tatap jadi malu. “Kenapa yank lihatin suaminya ampe segitunya.” Abel meraba wajah tampan suaminya. “Ya allah suamiku jadi punya mata panda dan kantung mata gede banget. Lancarkanlah study suamiku yang tampan ini ya Allah.” Ucap Abel membuat Dito terharu.
“Amin…Makasih sayang. Semoga setelah semua ini selesai suaminya jadi makin ganteng lagi ya tanpa mata panda dan kantung mata.” Abel tertawa. “Besok kegiatan mas apa?”
“Besok libur yank. Kenapa?”
“Yaudah besok aku juga ngga akan ke toko. Mau merawat wajah suami biar mata pandanya sedikit berkurang.” Ucap Abel semangat. Dito tampak kebingungan. “Besok kita perawatan wajah ya sayang. Nanti aku pakein masker biar mata pandanya berkurang. Ngeri liatnya yank.”
Dito terkekeh. “Boleh lah. Suami mah nurut aja apa kata istrinya. Yang penting istri seneng suami ikut seneng.” Abel mencium bibir suaminya. “Makasih sayang.”
"Sama sama. Btw kenapa belum tidur yank?" tanya Dito sambil menikmati jari jarinya yang dimainkan oleh sang istri.
"Kebangun gara gara ngga ada yang meluk. Jadi ngga bisa tidur." ucap Abel manja sambil menciumi d**a suaminya.
"Sayaaang..." geram Dito menahan gairahnya. Dito sudah lama tidak berhubungan intim dengan Abel karena sang istri tengah berhalangan. Masa puasa Dito berakhir, kini Abel yakin Dito akan sangat ganas karena hasratnya tersalurkan.
"Sayaang... Aaahh..." erang Dito sambil terus menekan kepala Abel terus menciumi dadanya. Bahkan kini kepala Abel telah masuk kedalam kaos yang dikenakan Dito. Dito semakin tak fokus lagi karena ulah istrinya yang nakal.
"Kenapa sayang?" Abel sengaja menggoda sang suami yang tengah berusaha menahan gairahnya. Dito mengeluarkan Abel dari dalam kaosnya. Ditatapnya wajah cantik istrinya yang terlihat sendu.
"Udah boleh sayang?" tanya Dito dengan tatapan menggelap. Gairahnya sudah berada di ubun ubun. Abel menganggukkan kepala. Dito segera melumat bibir istrinya dengan ganas. Dibukanya mulut sang istri lalu lidahnya mulai mengabsen satu persatu deretan gigi istrinya. Lidah keduanya saling membelit dan menghisap. Decak yang terdengar pun semakin menambah gairah keduanya.
Dito memasukkan tangannya kedalam baju tidur istrinya yang memang tak pernah mengenakan bra tiap tidur. Dengan gemas pula Dito meremas, menarik dan memelintir squishy kesukaannya itu. Abel mendesah kuat. Dito melepaskan ciuman mereka dan membiarkan sang istri menghirup nafas dengan bebas tanpa mengurangi gerakan meremasnya.
Abel menyentuh wajah suaminya dengan perlahan. "Ayo bobok yank. Tugasnya udah selesai belum?" tanya Abel sambil menggigit bibir bawahnya menggoda sang suami. "s**t!!" umpat Dito. Jika sudah berurusan dengan ranjang Dito sudah tak mau mundur lagi. Persetan dengan tugas tugas yang menumpuk jika mereguk kenikmatan dengan sang istri yang di nanti.
Dito menggendong Abel dan melangkahkan kakinya keluar dari ruang kerja menuju kamar mereka. Di rebahkannya Abel ditengah ranjang lalu perlahan dilucuti. Abel membantu mempercepat kerjaan suaminya dengan mengangkat tubuhnya agar pakaiannya gampang terlepas.
Begitu pula dengan Dito, ia melucuti seluruh pakaiannya lalu bersiap untuk berolahraga sehat dengan sang istri. Sebelum melakukan hubungan intim, Dito mengajak istrinya membaca doa sebelum berhubungan.
“Allahumma janibnasyaithana wa janibnisyathanamarazaqna”.
Artinya : Dengan menyebut nama Allah, Ya Allah jauhkanlah kami dari campur tangan syaitan dan jauhkanlah pula syaitan dari apa-apa yang Engkau karuniakan kepada kami. Dito membimbing sang istri membaca doa sebelum keduanya berhubungan intim lalu setelah itu ia pun memulai aksinya.
***
Seperti yang sudah direncanakan sebelumnya, Abel mentreatment wajah suaminya dengan masker wajah dan juga serum muka. Dengan telaten Abel membersihkan wajah sang suami dari kotoran kotoran di wajah tampannya yang tampak lusuh.
Karena sudah cukup lama berkecimpung di bisnis Salon bersama sang mertua, Abel pun mulai mengaplikasi ilmunya kepada sang suami. Dengan beralaskan paha istrinya Dito tertidur karena wajahnya tengah dirawat oleh sang istri.
Mulai dari di bersihkan hingga di masker, Dito tertidur. Tidurnya semakin lelap setelah menerima pijatan lembut di kedua pundak dan lehernya yang tampak menegang karena stres dengan tugas tugas. Hampir satu jam lebih Abel melakukan perawatan untuk suaminya, kini giliran Abel yang mendapatkan perawatan oleh Dito.
Keduanya kembali mengulang pergumulan panas mereka berkali kali. Abel sudah tampak kepayahan melayani suaminya tapi tak begitu dengan Dito. Selalu dan selalu saja ia merasa kurang. Tubuh istrinya membuatnya candu cukup parah.
“Sayang…udah donk. Capek tahu.” Ucap Abel lemas karena Dito menginginkannya lagi dan lagi. Dito mengecup punggung polos istrinya. “Masih pengen sayang.” Dito merangsang tubuh istrinya dengan cumbuan mesra di titik titik sensitifnya.
“Tapi aaahh….” Abel kembali pasrah di pelukan suaminya. Entah sudah berapa banyak yang rahimnya tampung hari ini. Abel merasa sangat penuh. Dito mencium mesra bibirnya setelah kembali mengalami pelepasan hebat.
“Makasih sayang. Mas sayang kamu.”
“Aku juga sayang mas.” Dito mengecup dahi istrinya cukup lama sembari memanjatkan doa dalam hati. Tangannya perlahan turun ke bawah dan tepat diatas perut sang istri, dengan lembut tangannya mengusap usap. Berharap benih yang ditaburnya hari ini akan segera hadir di rahim sang istri.
Ya allah…Engkau Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ijinkan kami mendapatkan sedikit dari Maha Kasih mu dengan menitipkan amanah di rahim ku. Tak henti hentinya kami berdoa memohon kepada Mu Ya Allah. Ucap Abel berdoa dalam hati.
***
TBC