Bab 8

1326 Words
 “Gpp akan aku makan. Sayang kalo dibuang buang.” Ucapnya membuat senyum Karen mengembang. Dengan teliti ia menyiapkan piring, sendok garpu besera lauk pauk yang akan disantap oleh Bram. Satu suapan masuk ke mulut Bram. Ia nyaris menahan nafasnya. “Rasanya tidak berubah. Masih tetap sama.” Puji Bram membuat kelegaan di hati Karen. Dengan setia Karen menemani Bram makan. Sesekali Karen menerima suapan dari Bram. Tanpa canggung lagi Karen mengelap sudut bibir Bram dengan tissue. Ia juga tak canggung menggandeng mesra tangan Bram. Awalnya Bram merasa tidak nyaman tapi akhirnya ia membiarkan. Saking senangnya Karen melayangkan sebuah ciuman di bibir Bram yang dulu rutin mereka lakukan. “Kak…aku…maaf…” Karen tampak kikuk. Kini malah giliran Bram yang menarik Karen ke dalam pelukannya. Sebuah ciuman panas dan mesra pun tercipta. Karen membuka mulutnya dan memejamkan mata menikmati ciuman mesra Bram yang telah lama ia rindukan. Lidah saling beradu, saling hisap hingga menimbulkan bunyi decak dari keduanya. Bram menarik diri, menempelkan dahinya dengan Karen sambil terengah engah. “Aku sayang kamu kak…Aku sayang kamu.” Cicit Karen dengan tatapan sendu. “Aku ngga bisa melupakan kakak. Maafin aku kak. Maafin aku.” Ucap Karen lagi. Kali ini ia memeluk Bram dengan erat. Bram membalas pelukannya, sesekali menciumi puncak kepalanya. “Aku juga masih sayang kamu.” Ungkap Bram. Karen mendongak dan keduanya kembali saling melumat. *** Antari terus menatap jam dinding di kamarnya yang sudah menunjukkan waktu pukul sembilan malam. Sudah dua jam yang lalu seharusnya sang suami pulang kerja. Tapi hingga saat ini Bram belum juga pulang. Antari mencoba menghubungi suaminya tapi tak diangkat. Antari terus mengenyahkan pikirian jahat tentang kemungkinan suaminya tengah bersama Karen calon istri kedua Bram. Ia mondar mandir resah. Ia ingin bertanya kepada mertuanya tapi takut. Tapi akhirnya Antari pun memberanikan diri bertanya kepada ibu mertuanya perihal suaminya yang belum juga pulang hingga sekarang. Betapa menyesalnya Antari bertanya kepada ibu mertuanya tentang keberadaan sang suami. Air matanya kembali mengalir. Dengan santainya ia berkata, “Ya baguslah kalo Bram ngga pulang. Paling dia menginap dirumah Karen. Mama sih berharap Bram lebih sering menginap dirumah Karen. Semakin sering menginap semakin cepat Karen kasih mama cucu.” “Ya allah mama. Kok mama santai banget sih mas Bram menginap dirumah wanita lain? Karen kan belum sah jadi istrinya mas Bram Ma. Haram hukumnya seorang gadis menginap dengan seorang pria yang bukan mukhrimnya.” Ucap Antari meluapkan kekesalannya. “Ngga usah menggurui mama kamu. Tahu apa kamu hah. Lagian Karen itu calon istrinya Bram, semakin cepat Bram menghamili Karen semakin cepat mereka menikah. Kamu ngga usah ikut campur.” Bentak Nyonya Effendi. “Astagfirullahaladzim… Tapi Ma…” “Udah deh ngga usah sok suci kamu. Jangan sok alim kamu.” Nyonya Efendi pergi meninggalkan Antari yang menangis sedih. Ya Allah tolong jauhkan suami hamba dari zina. Tolong sadarkan dia ya allah jika ia berbuat salah ucap Antari dalam hati. Sementara itu, Karen yang sudah kembali berbaikan dengan Bram, diajak berbelanja ke sebuah pusat pertokoan. Bram membelikan berbagai macam pakaian, sepatu dan tas yang berharga sangat mahal untuk Karen. Memang sejak dulu tanpa Karen minta, Bram akan memberikan Karen sesuatu yang ia inginkan. Tak hanya berbelanja, keduanya juga makan malam bersama di restoran mewah. Melihat tingkah lakunya, keduanya benar-benar dimabuk asmara. Bram merasa kembali menjadi seorang ABG yang tengah dimabuk cinta. Pelukan dan ciuman mesra tak pernah lepas ia berikan untuk Karen sang pujaan hati. Ia bahkan sengaja mengabaikan telepon dari istrinya dirumah. Setelah makan malam bersama, Bram mengantar Karen pulang ke apartemen lamanya yang masih sangat ia ingat. “Masuk dulu ngga sayang?” tawar Karen saat keduanya tiba di depan pintu rumahnya. Bram mengangguk. Keduanya pun masuk ke dalam. Berawal dari mengobrol tentang kisah kisah indah mereka, keduanya pun mulai saling meraba tubuh pasangan. Bram dan Karen saling melucuti pakaian masing-masing dan mencumbu mesra. “Aku mau kakak. Jadikan aku milik kakak selamanya.” Ucap Karen sebelum ia menyerahkan mahkotanya yang berharga untuk Bram. Bram mengelus pipi calon istrinya itu dengan lembut, “Kamu yakin sayang? Aku ingin kita melakukannya saat menikah kelak.” Tatapan Bram sudah tak bisa dibohongi lagi. Tubuh mulus Karen sudah sangat lama ia idam idamkan. Tinggal selangkah lagi ia menjadikan Karen miliknya. “Bukankan nanti kita akan menikah. Apa salahnya melakukannya sekarang. Sekarang atau nanti, aku ingin secepatnya menjadi istrimu kak.” “Sayang aku…” Karen membungkam mulut Bram dengan mulutnya. Lidah keduanya saling membelit satu sama lain. Tak ada lagi yang diragukan Karen hingga Bram benar-benar memewaraninya malam itu. “Aaakkkhhh…” pekik Karen saat rudal Bram mulai menerobos masuk ke dalam miliknya yang sempit dan masih sangat rapat itu. Bram ingin menghentikan niatannya untuk menerobos Karen, tapi Karen memintanya untuk terus bergerak. “Maafin aku sayang. Ini akan sakit sedikit tapi selebihnya akan terasa nyaman.” Bisik Bram menenangkan Karen. Ia pun mengangguk pasrah. Ini adalah malam pertama dirinya bersama Bram. Ia ingin Bram menjadi satu satunya pria yang membuka segelnya malam ini juga. Karen menitikkan air mata bahagia tatkala rudal Bram telah menancap sempurna di dalam tubuhnya. Rasanya nyeri dan ngilu tapi lebih dari itu ia bahagia. Bram mengusap air mata kekasihnya itu dengan lembut. Bram membiarkan Karen beradaptasi dengan miliknya sebelum memulai pertemputan pertama mereka, “Aku sayang kamu karen.” Ucap Bram tulus. “Aku juga sayang kamu mas Bram.” Bram tersenyum saat Karen merubah panggilan sayangnya. Karen yang paham segera meminta Bram mulai bergerak. Seperti kata Bram, akan sedikit sakit dan tidak nyaman tapi percayalah ini sangat nikmat. Karen merasa begitu dipuja oleh Bram. Bram melakukannya dengan sangat lembut karena ia tahu ini yang pertama baginya. Rasa nyeri di s**********n perlahan menghilang dan berganti dengan rasa nikmat yang tiada tara. Erangan dan desahan nikmat Karen semakin membuat Bram memacu tubuhnya bergerak lebih cepat lagi. Karen meremasi seprai dan apapun yang bisa dipakainya untuk menahan laju tubuhnya karena gerakan Bram yang sangat dahsyat. Beberapa menit kemudian Karen mencapai pelepasannya yang pertama. Tubuhnya ambruk dan sangat lemas selemas lemasnya. Bram mencium mesra bibir kekasihnya itu dan membiarkan sang kekasih menikmati pelepasan pertamanya. Ia merasa bangga menjadi pria yang membuat kekasihnya itu merasakan hal sedahsyat itu. Bram kembali bergerak liar sebelum ia membuang benihnya di rahim Karen.   *** Keesokan harinya Bram terbangun lebih dulu. Senyumnya mengembang tatkala melihat seseorang yang masih terlelap dalam dekapannya. Wanita cantik yang begitu ia cintai. Wanita yang memberikan hal berharganya semalam hanya untuknya. Bram mengecup dahinya. Dua orang insan manusia tengah memacu diri diatas ranjang untuk menggapai kenikmatan. Suhu dalam kamar sangatlah panas. Bau bau aroma percintaan pun menggelitik hidung. Suara erangan dan desahan ditambah derit ranjang yang menggambarkan betapa dahsyatnya pergumulan sepasang manusia diatas ranjang menjadi saksi. Bram tengah menggauli Karen yang sudah lemas tak berdaya karenanya. Hujaman dan hentakan kuat di liang sempit Karen membuatnya tak bisa mengontrol dirinya sendiri. Meski baru pertama kali melakukannya dengan Bram, Karen tampak menikmati percintaan mereka malam itu. Bram bergerak semakin cepat. Ia merasa sudah berada diujung dan ingin segera menyalurkan benih benihnya dirahim Karen. “Sayaaang…Aku sampai…” Karen memeluk erat tubuh Bram. Begitu juga Bram yang memeluk erat tubuh Karen. Ia yang tak kuat menahannya lagi pun menekan rudalnya dalam dalam lalu membuang benih benih cintanya untuk bercampur dengan cairan cinta Karen di dalam rahim. Keduanya pun ambruk. Keringat membasahi tubuh keduanya. Deru nafas terengah engah. Bram mencium dahi Karen dan memeluknya semakin erat. Karen tersenyum. Harapannya untuk bisa bersama dengan Bram semakin lebar. Sore itu Karen dengan senang hati menyerahkan diri kepada Bram untuk membuktikan cintanya yang masih amat besar. “Udah donk kak.” ucap Karen tersengal-sengal. Pasalnya Bram sudah kembali on dan kini mulai mencumbunya kembali. Karen menggigit bibir bawahnya. Bram meremas dadanya dan menghisap leher jenjangnya hingga menimbulkan bercak merah keunguan. “Yakin mau udahan yank?” bisik Bram sambil terus menggoda liang milik Karen yang sangat basah. “Kakaaakk…” erang Karen saat milik Bram kembali masuk dengan paksa. Bram menghentak miliknya yang belum sepenuhnya masuk. Karen menjerit. Ia membenamkan wajahnya ke bantal untuk meredam jeritannya. Bram sengaja tarik-ulur miliknya sehingga membuat Karen kesal. Braw tertawa lalu menghentak dengan keras dan masuk sepenuhnya di dalam milik Karen. Karen mendongakkan kepalanya sambil mengerang. Miliknya begitu penuh. Sejak semalam, milik kekasihnya itu terus menggempurnya. Entah berapa kali benih itu di buang di rahimnya. Bram meraih wajah Karen lalu menciumnya dengan mesra.Tubuh keduanya kembali bergerak maju mundur. Semakin lama semakin cepat dan kenikmatan itu pun kembali diraih. *** TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD