13

2015 Words

Naja memilih untuk membersihkan dirinya lebih dulu sebelum ikut bergabung untuk makan malam. Selain membersihkan diri, Naja juga harus mengendalikan detak jantungnya yang sedari tadi seperti ikut lomba lari marathon. Entah kenapa tatapan Iel masih saja terngiang. Tatapannya pun masih sama, sama seperti beberapa tahun yang lalu. Setelah cukup lama di depan kaca rias, Naja memutuskan untuk bergabung untuk makan malam bersama. Semua yang ada di meja makan termasuk Lio dan Iel menatap gadis itu tanpa berkedip. Naja memilih kursi kosong yang bergerak di samping Iel. Ini bukan suatu masalah, namun ini adalah sebuh rizki yang tidak mungkin bisa ditolak. Naja semakin gugup, ia takut jika Iel akan mendengar suara detak jantungnya. “Pah, liat deh Naja. Udah semakin cantik ‘kan?" tanya Winda.

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD